Breaking News

Al-Qur’an di Dadaku

Spread the love

Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(Redaktur Pelaksana Muslimah Times)

MuslimahTimes.Com-Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika (Allah) mengutus seorang rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab (Alquran ) dan hikmah (sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (TQS.Al-Imran:164)

Demikianlah salah satu ayat yang menyatakan bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu dari Allah bagi manusia. Isi yang terkandung di dalamnya merupakan petunjuk dalam menjalani kehidupan agar tidak tersesat. Maka, berpegang teguh kepada Al-Qur’an merupakan konsekuensi logis dari keimanan seorang muslim. Ya, karena syarat menjadi muslim yang bertakwa adalah taat pada perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dan dari Al-Qur’an lah kita dapat membedakan antara yang haq dan yang batil. Sebab Al-Quran adalah Furqon (pembeda).

Oleh karena itu, tak layak berkobar di dada seorang muslim pembelaan terhadap sesuatu yang lain, kecuali pada Al-Qur’an. Tak layak pula seorang muslim meninggikan hukum yang lain selain hukum Allah. Maka, alangkah ternoda akidah seorang muslim ketika justru lantang menyeru, “ayat konstitusi di atas ayat suci”. Lantas dari seruannya itu, berbuntut pada pendiskreditan terhadap ajaran-ajaran Islam. Menganggap ajaran Islam tak jauh lebih baik daripada ajaran Plato dan Aristoteles. Sungguh memprihatinkan!

Jika bukan Al-Qur’an yang ada di dada kaum muslimim, maka kesesatan dan kefasikan akan merajalela. Betapa tidak, statusnya muslim, namun pemikiran dan perbuatannya sama sekali tak sesuai dengan syariat Islam. Sebab apa yang menjadi rujukannya bukanlah yang datang dari wahyu, melainkan akal manusia yang penuh keterbatasan.

Adapun di bawah naungan sistem kehidupan sekuler liberal hari ini, menjadikan Al-Qur’an di dada kaum muslimin merupakan sebuah tantangan. Sebab, kita dihadapkan pada kehidupan yang serba bebas dan menawarkan aneka gemerlap dunia yang menyilaukan. Banyak orang tertipu karenanya, sehingga akhirnya mampu menggeser kedudukan Al-Qur’an di dadanya dengan aturan ciptaan manusia.

Tunduk secara totalitas pada hukum Allah dianggap begitu mengekang, serba tidak boleh. Padahal itulah jalan keselamatan dan kemuliaan bagi kita. Namun, kilauan duniawi rupanya banyak membuat orang lupa bahwa sebaik-baiknya penolong adalah Al-Qur’an.

Ingatlah sabda Rasulullah Saw di akhir usianya:

Aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selamanya selama kamu berpegang dengan kedua-duanya, yaitu kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunahku.” (HR Al-Hakim)

Jadi, sudah saatnya kita meletakkan Al-Qur’an di dada kita, menjadikannya petunjuk dalam hidup kita, bukan hanya dalam skala individu, tapi juga dalam bermasyarakat dan bernegara. Ketika Al-Qur’an dijadikan rujukan, niscaya kehidupan akan diliputi keberkahan, kemuliaan, kesejahteraan, dan keadilan. Bukankah Allah sebaik-baiknya pembuat hukum?

Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” [al-Mâ`idah/5:50].

Tak hanya di dunia, kelak Al-Qur’an akan menjadi cahaya bagi kita di akhirat.

Aku tinggalkan di antara kalian kitab Allah. Ia adalah tali Allah. Barang siapa yang mengikutinya, niscaya berada atas petunjuk hidayah. Barang siapa yang meninggalkannya, niscaya tersesat.” (HR.Ibn Abi Syaibah dan Ibn Hibban).