Breaking News

Anomali di Negeri Demokrasi

Spread the love

Oleh: Widhy Lutfiah Marha

(Pendidik Generasi dan Member Akademi Menulis Kreatif)

 

#MuslimahTimes — Banyak keanehan di negeri ini. Jika itu benar malah menjadi disalahkan atau benar justru dianggap salah, bukankah itu sangat aneh? Sebaliknya, yang salah ternyata menjadi benar atau salah dianggap benar. Tentu saja, aneh juga, bukan? Sedangkan makna anomali itu apa?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, anomali diartikan: tidak seperti yang pernah ada; penyimpangan dari yang sudah ada.  Istilah yang mirip, yakni istilah ironi. Masih menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ironi diartikan: kejadian atau situasi yang bertentangan dengan yang diharapkan atau yang seharusnya terjadi, tetapi sudah menjadi suratan takdir.

Semua Bisa Diatur

Ya, semua bisa diatur  dalam makna apapun,  baik semua hal yang berkaitan dengan kebaikan dan juga termasuk  semua hal keburukan. Makna “diatur” di sini maksudnya menjadi “diakalin”.  Ini memang berbahaya. Contoh , ada anak yang nilainya jeblok. Supaya di rapor tidak tertulis nilai jelek, akhirnya  orangtua melobi wali kelas atau bahkan kepala sekolah agar anaknya diberi nilai bagus di rapor. Tentu berlaku istilah: “tidak  ada makan siang gratis”. Artinya ya, bayar . Bisa dengan uang bisa dengan iming-iming hadiah lainnya.

Di tingkat urusan yang lebih tinggi,  “semua bisa diatur” tergantung juga kepentingannya apa, siapa pelakunya, dan untuk siapa. Belum lama, Ahok alias BTP, meskipun residivis ternyata dipaksakan oleh penguasa untuk menjadi  Komisaris Utama Pertamina. Awalnya memang ada banyak penolakan dari berbagai pihak dan lembaga atas rencana si penista agama ini dijadikan bos di perusahaan BUMN, tapi akhirnya semua bisa diatur. Siapa lagi yang bisa atur sedemikian rupa jika tidak ada pihak berwenang yang lebih tinggi kuasanya.

Jelas, inilah ironi dan anomali di negeri ini. Lalu apa lagi? Abu Janda laknatullah ‘alaih, itu? Si pembenci Islam dan kaum muslimin ini sejak lama memang dipelihara penguasa untuk urusan memecah belah umat Islam. Buktinya tidak diusik,  apalagi diberi sanksi. Dia bebas berkeliaran dan mulut busuknya terus menebar kebencian kepada Islam dan kaum muslimin. Terbaru dia berkata bahwa “terorisme itu mempunyai agama, dan agamanya Islam”.  Ajaibnya, dia dengan mulut kotornya tetap eksis dan memang dipelihari penguasa. Karena semua bisa diatur sesuai kepentingan di antara mereka.

Ada lagi  Sukmawati binti Soekarno, panggilannya sekarang di kalangan netizen: Busuk. Ya, sebusuk hatinya karena aksi nekatnya membandingkan jasa Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dengan bapaknya untuk kemerdekaan republik ini. Tapi, dia masih anteng-anteng saja tidak disentuh hukum, meskipun seruan supaya Busuk dipenjara menggema, termasuk di hari kemarin saat puluhan ribu kaum muslimin mengadakan acara Reuni Akbar Mujahid 212 di Jakarta. Ada salah seorang orator yang menggemakan seruan supaya Busuk segera diseret ke penjara. Semoga terwujud.

Pertanyaannya, kenapa Busuk tetap aman? Karena semua bisa diatur. Rezim ini sudah sekolam dengan dia . Jadi, suka-suka mereka saja. Sesama penjahat saling melindungi. Mereka tampak tidak takut  dengan azab dari Allah Ta’ala, berbicara ngawur sesuka nafsunya.

Ada yang lebih parah, ada seorang yang digelari Gus, tapi salah satu isi ceramahnya bukan saja menghina dan melecehkan Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam, tetapi sudah melemparkan fitnah. Kurang lebih isi ucapan ustadz berambut gondrong itu seperti ini:

“Tapi awak dewe nggambarno Kanjeng Nabi lahir koyo ngene-koyo ngene, Nabi lahir biasa mawon. Wajahe bersinar..! Lah nek bersinar yo konangan, diketok karo wong bolone Abroha. Kan ono seng cerito bahwa Nabi lahir wajahe bersinar tekan langit, la lek koyo ngunu yo digoleki karo wong yahudi. Biasa mawon, cilikane yo rembes, melu mbah. Bocah kui yen melu mbah mesti ora pati kaurus, neng ndi-ndi. Wong mbah kuwi teng pundi mawon, lek ngurus boca ora iso”

Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia-nya seperti ini: “(tapi kita menggambarkan Nabi lahir seperti ini, Nabi lahir itu biasa saja. Wajahnya (Nabi) bersinar, jika wajah nabi bersinar, ketahuan, dan akan dibunuh oleh pasukan Abraha. Ada yang bercerita, bahwasannya ketika Nabi lahir, wajahnya bersinar sampai ke langit. Jika seperti itu, tentunya akan ketahuan oleh Yahudi. Nabi lahir itu biasa saja. Kecil beliau dekil, wong namanya ikut kakek. Anak itu jika dibesarkan kakek, di manapun, pasti tidak terurus. Ya namanya kakek, itu tidak bisa merawat cucu)”.

Walaupun seperti itu, ada saja orang yang mendukung Si Rambut Gondrong ini. Karena “semua bisa diatur” sesuai keinginan mereka. Sesama perusuh  pasti bekerjasama. Itu saja.

Sikap kita sebagai muslim

Seharusnya sikap kita sama kerasnya terhadap para musuh Islam dan kaum muslimin. Sama juga sikap keras kita terhadap orang-orang atau pihak-pihak yang menjadikan negeri ini rusak karena jauh dari ajaran Islam walaupun mayoritas penduduk negeri ini muslim. Kita pantas marah dan menggelorakan perlawanan terhadap rezim yang menista agama dan menyusahkan kaum muslimin dengan berbagai stigma (cap negatif). Dituduh radikal, anti NKRI, anti Pancasila, teroris dan berbagai tuduhan dan fitnah lainnya.

Kita muslim tidak boleh diam saja. Apalagi terpengaruh tuduhan itu lalu ikut membenci saudaranya sesama muslim. Kita harus melawan ketidakadilan ini. Bahkan harus lebih kuat dan konsisten lagi karena kita melawan pihak-pihak yang bukan saja zalim tapi juga berperilaku anomali. Ini jelas ironi bagi rakyat negeri ini yang mayoritas muslim. Lebih ironi lagi jika kita yang muslim ikut-ikutan gila membenci sesama saudara muslim yang dituduh radikal, padahal mereka hanya menjalankan ketaatan kepada aturan Islam.

Jadi jika  kita ingin menghilangkan anomali dan ironi di negeri ini, sebagai muslim kita harus lebih kuat berjuang untuk menegakkan syariah Islam ini dan menerapkannya sebagai ideologi negara.  Supaya pihak-pihak yang membenci Islam dan kaum muslimin tidak seenaknya membuat aturan lalu “mengatur semua urusan” sesuka mereka untuk memusuhi Islam dan kaum muslimin. Kita jangan diam. Maka dari itu harus menyadari  bahwa perilaku musuh-musuh Islam itu bagian dari upaya stigmatisasi terhadap Islam dan kaum muslimin. Untuk menandinginya kita harus banyak belajar Islam, dan mengamalkan ilmu yang kita dapatkan dengan dakwah mengedukasi masyarakat, untuk menegakkan Islam di muka bumi ini dan demi menghancurkan musuh-musuh Islam yang bercokol saat ini.

Wallahu a’lam bishshawab.

Leave a Reply

Your email address will not be published.