Breaking News

Apa Pentingnya Roleplayer Sih?

Spread the love

Oleh: Rut Sri Wahyuningsih

(Institut Literasi dan Peradaban)

MuslimahTimes.comGhosting lifestyle mungkin masih tren, tapi sifat millenial yang haus coba-coba telah mengalihkan perhatian pada lifestyle lain yaitu roleplayer. Gaya hidup ini masih erat kaitannya dengan korean wave yang mengekspos drama Korea begitu rupa hingga mampu membius generasi muda dunia, termasuk pemuda pemudi Muslim.

Pada akhirnya Roleplayer melalui media sosial terkenal seperti Facebook, Line, Twitter yang juga sekaligus menjadi media untuk “bermain peran” (medium.com, 30/12/2017).

Roleplayer yang akrab dipanggil dengan RP (dibaca erpe) adalah sebuah kegiatan dimana kita memainkan suatu peran menjadi seorang tokoh yang telah ada. Pada dasarnya tujuan utama bermain roleplayer adalah untuk mempromosikan artis yang kita perankan.

Seorang artis yang baru debut, atau yang belum begitu dikenal. Dengan kita bermain peran “menjadi dirinya” secara tidak langsung kita sudah membuat idola yang kita perankan ini menjadi lebih dikenal. Ironinya, anak muda Muslim mengambil gaya hidup ini tanpa memilah bahkan tanpa menggali apakah boleh dalam agama yang dianutnya.

Yang awalnya hanya sekedar membantu artis idola untuk dikenal kini benar-benar menjadi kebutuhan. Padahal apa pentingnya roleplayer, memerankan orang lain, sedangkan Allah menciptakan kita sebagai individu real?

Sebab pada perkembangannya, yang tadinya sekedar bermain peran kini menjadi kebutuhan yang menghalalkan pergaulan bebas melalui media sosial. Hal itu bisa dilihat dari Istilah-istilah dalam Roleplayer World (RPW) seperti Chara (character/tokoh) yang akan memerankan tokoh yang diingini dengan cara terus mengup date apapun yang dikerjakan oleh tokohnya ke fanbase atau fanpage.

Kemudian Fantalk dan Fanservice adalah aktifitas chatting dengan satu atau lebih akun yang ngefans dengan salah satu Chara yang diperankan pemain pertama. Disinilah letak kemudharatan itu, sebab hanya dengan alasan menyenangkan idola maka bisa melakukan apa saja, dari sekedar chatting hingga memberikan pose flying kiss dan lain sebagainya.

Dalam roleplayer sesedikit mungkin mengekspos kehidupan real pemain (real life/RL). Meskipun pada banyak kasus justru tak terelakan sebab saling suka bahkan berpacaran. Ini yang kemudian disebut dengan OOC (Out Of Character). Dan masih banyak lagi istilah dalam permainan roleplayer ini, intinya mengapa budaya sampah ini bisa begitu digandrungi anak muda yang nota bene bakal menjadi penerus bangsa? Yang fokus mereka adalah menempa diri dengan berbagai aktifitas positif dan produktif.

Hal ini karena budaya liberalisme barat yang diadopsi tanpa hambatan oleh generasi muda telah menjadi candu bagi mereka. Mereka disebut millenial sebab terlahir dalam dunia kekinian, dimana kemajuan teknologi mengalami kemajuan pesat hingga bisa disebut dengan era digitalisasi. Penulis sebut tanpa hambatan karena ide kebebasan tanpa batas ini diajarkan dalam kurikulum, dicontohkan dalam kehidupan sosial, dilindungi UU oleh negara.

Jika ada orangtua yang menentang dan ingin mengembalikan kepada fitrah sudah pasti dianggap sebagai kuno atau tidak relevan dengan zaman. Sadarlah! Racun inilah yang terus menerus ditelan oleh generasi muda. Mereka telah kehilangan makna hidup yang sebenarnya. Mereka terlena pada kehidupan fana dan berandai-andai bakal abadi di dunia. Sudah seharusnya gaya hidup ini dibuang, sebab telah nyata merusak. Dan samasekali tak penting.

Visi misi generasi muda hari ini mandul, sebab Islam telah jauh dari benak kaum Muslim sendiri, sebagai warga mayoritas Islam ternyata hanya diterapkan sebagai pengatur ibadah individu, padahal Islam adalah sebuah peraturan hidup yang bisa secara praktis diterapkan guna mengatasi seluruh problematika umat.

Generasi yang kehilangan identitas ini adalah persoalan genting. Lantas bagaimana kita berharap akan lahir dari mereka sosok tangguh, yang keukeuh membela agama dan taat syariat, Jika hari-hari mereka diisi oleh sesuatu yang tak real?

Sementara problematika umat itu real begitu pula dengan azab dan siksa neraka juga real dalam pandangan Islam. Dahulu para sahabat Rasulullah begitu getol belajar agama meskipun usia masih belia. Sebutlah Ali bin Abi Thalib, seseorang yang dikenal cerdas, lembut hati, santun dan berbudipekerti tinggi, mengenal Islam pada saat usianya masih 10 tahun.

Dia ditempa Rasulullah dengan tsaqofah Islam hingga menjadi sosok yang makin gemilang. Sepak terjangnya dalam membela agama dan Rasulullah sudah tak terkatakan lagi. Terlebih saat ia menjadi Khalifah ke empat sesudah Ustman bin Affan, Islam makin tersebar dan dianut oleh banyak bangsa dan wilayah. Rakyat di bawah kepemimpinannya pun mengalami kesejahteraan yang luas biasa. Hingga hari ini belum ada yang mampu menyamainya.

Wallahu a’ lam bish showab.

Leave a Reply

Your email address will not be published.