Breaking News

Beginilah Demokrasi, Pengajian Dipermasalahkan Dugem Dibiarkan

Spread the love

Oleh. Sherly Agustina, M.Ag.
(Penulis dan Pemerhati Kebijakan Publik)

Muslimahtimes.com–Ketika ide kebebasan kebablasan, membuat opini di masyarakat yang baik dikritik, yang tak baik dibiarkan asyik. Pandangan baik dan buruknya pun sesuka hati, dan berbeda antara satu kepala dengan kepala lainnya. Tak pasti. Namun, hanya satu yang pasti bahwa baik menurut Allah sudah pasti baik untuk manusia walaupun buruk dalam pandangan manusia. Karena Allah Sang Maha Pencipta langit dan bumi beserta isinya, pasti lebih tahu yang terbaik untuk seluruh ciptaan-Nya.

Viral video Megawati yang isinya mengungkapkan bahwa, mengapa ibu-ibu suka banget pengajian? Menurutnya, apakah anaknya tidak diurus karena melihat fenomena stunting di Indonesia yang tinggi. Oleh karena itu, seorang ibu harus memiliki managemen waktu yang baik. Megawati mengatakan demikian saat menjadi pembicara di kegiatan Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan, Kekerasan dalam Rumah Tangga, serta Mengantisipasi Bencana.

Pernyataan Megawati tersebut tentu saja menuai pro dan kontra. Karena dianggap menyinggung ibu-ibu yang mengikuti pengajian dalam kesehariannya. Padahal, ibu-ibu pun selama ini merasa tak ada masalah dengan aktivitas pengajiannya dengan kesehatan dan kesejahteraan anggota keluarganya di rumah. Fine-fine saja.

Beginilah Demokrasi

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Muhammad Cholil Nafis, menanggapi pidato Megawati bahwa ibu-ibu yang rajin ke pengajian tidak menelantarkan anak-anaknya. Karena kebanyakan ibu-ibu yang datang ke pengajian, anak-anaknya sudah besar. Selain itu, ibu-ibu yang datang ke pengajian lebih sebentar menghabiskan waktu, ketimbang ibu-ibu yang bekerja kantoran atau menjalankan bisnis. Jika wanita yang kerja kantoran meninggalkan anaknya di rumah lama namun tetap terurus, tentu ibu pengajian pun demikian (khazanah.Republika.co.id, 19/2/2023)

Pernyataan Megawati sangat tendensius, karena seperti memojokkan umat Islam. Di sisi lain, mengapa wanita atau seorang ibu yang mungkin punya anak sementara berperilaku tidak baik seperti dugem di malam hari tak disinggung? Bahkan, perilaku dugem lebih mempunyai efek negatif pada pelaku dan anaknya di rumah.

Di alam demokrasi, orang bebas mengatakan dan berperilaku apa saja tapi tidak bagi umat Islam. Apapun yang dilakukan umat Islam, walau baik dalam pandangan syariat tetap dianggap buruk dalam pandangan demokrasi. Seperti pengajian yang viral di video Megawati tersebut. Jika pelaku dugem misalnya diingatkan, mereka berdalih bahwa itu adalah hak asasi dan siapa saja bebas melakukan apa saja untuk dirinya sendiri.

Umat sudah banyak diracuni oleh ide kebebasan yang kebablasan, Islam selalu menjadi pihak inferior walau jumlahnya mayoritas di negeri ini. Entah sampai kapan, umat diracuni oleh sistem yang rusak ini. Sistem yang membenarkan apa yang salah dalam pandangan syariat, dan menyalahkan apa yang benar dalam pandangan syariat. Umat harus segera diselamatkan dari sistem yang rusak ini, satu-satunya jalan dengan segera mencuci pemikiran umat dengan bersih lalu mengisinya dengan pemikiran Islam dan Islam segera diterapkan di muka bumi.

Pengajian Sarana Menimba Ilmu

Dalam Islam, menuntut ilmu wajib bagi muslim laki-laki dan perempuan. Sebagaimana sabda Nabi saw., “Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim…” (HR Ibnu Majah). Wajib dalam Islam ialah fardu ‘ain yang harus dilakukan oleh setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Apabila tidak dilakukan, maka akan berdosa. Pemahaman seperti ini sudah melekat dan terinternalisasi dalam diri seorang muslim.

Oleh karenanya, seorang ibu yang paham dari hasil pengajiannya tentu akan menjaga betul amanah yang diembannya. Seperti amanah dari suami untuk menjaga diri, anak, harta dan rumah suami. Menjaga anak termasuk keselamatan, keamanan, kebersihan dan kesejahteraan anaknya. Ini pasti berkaitan dengan kewajiban seorang suami menafkahi keluarganya. Tentu berkaitan juga dengan negara memberikan akses yang mudah agar kesejahteraan warga negara bisa dirasakan. Misalnya, harga bahan pokok terjangkau, barangnya mudah didapat tidak langka, tidak didominasi oleh pihak tertentu yang memiliki modal atau para cukong, dan lainnya.

Seorang ibu yang mengerti dari hasil kajiannya, akan terus memperbaiki diri dalam kehidupan sehari-hari. Fokus menunaikan kewajiban sebagai istri, lebih taat pada Allah dan suami dan memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya. Apalagi di sistem yang deras sekali konten negatif, keluarga harus memiliki tameng yang kuat yaitu fondasi agama dari ayah dan ibunya. Salah satu sarana mendapatkan pemahaman pondasi agama yaitu dari pengajian.

Ibu yang paham agama akan mendorong anaknya untuk rajin menimba ilmu terutama ilmu agama yang menjadi pondasi dalam kehidupan. Tak heran jika di masa dulu lahir ulama hebat yang merantau jauh menimba ilmu. Pelajaran yang bisa diambil dari kisah Imam Syafi’i dalam menuntut ilmu. Ucapan sang ibu ketika Imam Syafi’i pamit menimba ilmu ke Madinah, “pergilah engkau menuntut ilmu di jalan Allah, kita akan bertemu nanti di akhirat”

Sejak menimba ilmu di Mekah, lalu gurunya memerintahkan untuk menimba ilmu ke Madinah, Imam Syafi’i menuruti perintah gurunya. Selesai di Madinah, Imam Syafi’i terus menimba ilmu ke Irak hingga terkenal di sana. Dari satu tempat ke tempat lain, dan dari satu guru ke guru yang lain dilakukan oleh imam Syafi’i. Hendaknya, para pemuda muslim saat ini meneladani apa yang pernah dilakukan oleh imam besar seperti Imam Syafi’i. Tentu butuh support system yang baik, selain doa orang tua, lingkungan masyarakat yang kondusif dan negara memfasilitasinya. Allahualam bishawab.