Breaking News

Benarkah Reformasi telah Dikorupsi?

Spread the love

Oleh.Ummu Azka

 

MuslimahTimes– Foto kematian Akbar Alamsyah viral. Dia salah satu korban meninggal pasca aksi 25 September silam. Kronologis yang simpang siur menimbulkan seribu tanda tanya. Bisa jadi sudah banyak masyarakat yang cerdas melihat situasi. Bahwa dalam setiap aksi selalu ada “tumbal” rezim. Ritme yang selalu sama hampir membuat masyarakat tak lagi bisa dibohongi.

Menarik melihat sisi lain dari kematian Akbar, terkait hastag Reformasi Dikorupsi. Tagar berhuruf kecil berada di pojokan kiri bawah ternyata memiliki makna mendalam.

Kata reformasi bagi sebagian orang merupakan titik balik dimana banyak harapan tertuju. Kondisi orde baru yang terlihat adem ayem bagi rakyat kecil, nyatanya menyakitkan bagi banyak aktivis muslim. Zaman orba adalah masa dimana banyak peristiwa kelam terhadap umat Islam.

Tragedi berdarah Tanjung Priok adalah salah satunya. Tragedi yang terjadi 35 tahun silam, adalah titi mangsa yang begitu kelabu bagi umat muslim. Di Tanjung Priok, Jakarta Utara, darah tumpah. Dari percik pemantik beberapa hari sebelumnya, polemik berpuncak pada tetesan darah pada 12 September 1984. Pecahlah kerusuhan yang melibatkan massa Islam dengan aparat pemerintah Orde Baru (Orba). Korban tewas nyaris seluruhnya meregang nyawa lantaran diterjang timah panas dari senapan tentara.

Pertumpahan darah sesama anak bangsa itu bermula dari penerapan Pancasila sebagai asas tunggal yang mulai gencar digaungkan sejak awal 1980-an. Semua organisasi di bumi Nusantara wajib berasaskan Pancasila, tidak boleh yang lain. Artinya, siapapun yang tidak sejalan dengan garis politik rezim Orba maka layak dituduh sebagai anti-Pancasila (Tohir Bawazir, Jalan Tengah Demokrasi, 2015: 161).

Selain itu orde baru adalah masa kelam bagi para ulama. Persekusi dilakukan, bahkan langsung dengan penahanan aparat secara sepihak lagi masif.
Dari Banten sendiri, Kyai Abuya Dimyati, ulama asal Cidahu Pandeglang adalah salah satunya. Ulama lurus ini dijerat pasal UU Subversif karena ceramah yang profokatif. Sesungguhnya, beliau ditangkap karena melarang massa mengikuti seruan pemerintah untuk memilih partai berkuasa.

Masih banyak jejak rekam yang begitu mencekam menimpa para ulama di penjuru Nusantara.
Oleh karenanya reformasi yang meletus pada 1998 diharapkan membawa angin segar yang bisa membawa umat dari kabut asap kediktatoran.

Namun seperti jauh panggang dari api. Reformasi nyatanya hanya seonggok narasi tanpa arti. Pergantian rezim yang berulang, belum mampu membawa perbaikan yang signifikan.

Jika dahulu Tengku Daud Beureuh ditangkap karena terlalu vokal mengkritik pemerintah orba karena banyak proyek yang hanya mengeruk kekayaan lokal Aceh tanpa diimbangi dengan kesejahteraan penduduk. Kini, setelah reformasi penguasaan Asing terhadap banyak sektor makin leluasa. Tak ada protes, karena semuanya melalui legislasi, rapi terbungkus birokrasi.

Bagaimana dengan kondisi umat Islam? Geliat keislaman yang makin terlihat pasca reformasi tetap tak boleh melampaui batas-batas kekuasaan. Artinya, umat Islam diberikan kebebasan lebih untuk beribadah, namun secara politik tetap terpenjara.
Buktinya, ketika para ulama mulai banyak berbicara tentang penguasa, persekusi digencarkan terhadap mereka.
Jadwal-jadwal ceramah dibatalkan secara sepihak dibawah tekanan.

Para ulama dikendalikan, agar jangan sampai berbicara Islam sebagai kekuasaan, apalagi melancarkan kritik terhadap penguasa.
Bahkan dibuat legislasi agar ormas yang dianggap berseberangan dengan penguasa bisa dibungkam.

Slogan Islam yes politik no , dibuat viral semata untuk menjauhkan umat dari Islam kaffah.

Begitulah fakta pasca reformasi yang sungguh tak berbeda dengan pra reformasi. Hal ini membuktikan bahwa reformasi bukan solusi. Apalagi sampai dikorupsi.

Reformasi masih menyimpan harapan pada demokrasi. Sementara itu sebagai anak emas kapitalisme sekuler, demokrasi dengan pongahnya tak memberikan ruang bagi Islam dan kaum muslimin untuk berkuasa. Bagi demokrasi, kekuasaan utuh hanya bagi kapitalis dan sekularis.

Sebagai umat Islam saatnya kita tersadar, bahwa hanya Islam yang pantas diperjuangkan.
Kewajiban melaksanakan syariatNya berbanding lurus dengan upaya menjadikan Islam sebagai satu-satunya aturan bagi kehidupan individu, sosial dan negara.

Leave a Reply

Your email address will not be published.