Breaking News

Berpadunya Gagasan Visioner Dan Ketaatan

Spread the love

Oleh: Arin RM, S.Si

Muslimahtimes– Kekuatan gagasan merupakan faktor penentu keberhasilan. Ia akan menunjukkan kemana sebuah tindakan diarahkan agar sejalan dengan impian. Maka, bagi seorang muslim, gagasan visioner tidaklah lepas dari bimbingan iman. Sebab kekuatan imanlah yang akan mendampingi perwujudan setiap gagasan agar tidak sebatas berorientasi jangka pendek duniawi, melainkan jauh bervisi ke depan, surga di akhirat. Keberhasilan tertinggi bagi orang bertaqwa.

Salah satu sosok dengan gagasan visioner yang tidak diragukan ketaatanNya adalah Muhammad Al Fatih. Sultan muda pengagum Rasul yang sejak kecil ditanamkan bahwa Rasulullah bersabda: ” Konstantinopel benar-benar akan ditaklukkan. Sebaik-baik amir adalah amir yang memimpin penaklukkannya dan sebaik-baik tentara adalah tentara yang menaklukkannya.” (HR Bukhari, Ahmad, dan Al-Hakim).

Dari kekaguman itu, Al Fatih kemudian meniru strategi Rasul saat futuh Makkah (-yang didahului dengan perjanjian Hudaibiyah-) dalam melayakkan diri sebagai amir terbaik. Ia melakukan beberapa perjanjian dengan negara Eropa saat itu (Venezia, Genoa, Hungaria dan Serbia, Wallachia, dan Rodhes). Beliau menyetujui hampir setiap permintaan negara-negara tersebut, sehingga setiap utusan pulang dengan gembira dan meyakini bahwa beliau bukanlah ancaman sebagaimana ayahnya.

Namun, anggapan mereka meleset, sebab pemimpin yang mengikat perjanjian itu telah memegang visi kuat pembebasan Konstantinopel secara intens dari sang ayah. Visi yang sengaja diinjeksikan terus menerus dalam rangka menjemput janji Rasulullah yang dikaguminya. Maka tak heran jika fokus dan perhatiannya justru terpusat pada pengorganisiran pembebasan kota yang dijanjikan. Dan semua gagasan itu dikunci rapat dalam benaknya hingga tak dapat diprediksi oleh orang terdekatnya sekalipun. Ia berprinsip: “Bila selembar janggutku mengetahui yang aku rencanakan, maka aku akan segera mencabut dan membakarnya”.

Secara bertahap gagasan itu dikerjakan dengan penuh keseriusan. Sejarah menuliskan jejak pertama langkah perwujudan visinya berupa benteng Rumeli Hisari. Benteng kokoh yang dibangun hanya dalam waktu empat bulan, tepat di seberang benteng Anadolu Hisari peninggalan kakeknya, di selat Bhosporus. Dari dua titik tersebut al Fatih mengendalikan lalu lintas sirkulasi logistik yang keluar masuk kota targetnya. Dan dengan keduanya pula basis pertahanan di dekat target diperkuat, penyerangan dan sekaligus pengawasan dan kontrol area dapat dilakukan secara bersamaan.

Selanjutnya Al Fatih fokus menembus tembok Theodosius, pertahanan terkuat target. Kajian dilakukannya sendiri dengan menyelinap masuk kota itu. Dan hasilnya terlahir gagasan untuk membuat senjata penghancur tembok. Maka tercatatlah bahwa di masanya berhasil dibuat meriam terbesar pertama kali yang mampu melontarkan peluru seberat 700 kg untuk ekspedisi darat. Untuk ekspedisi laut, beliau telah menyiapkan ratusan kapal. 72 diantaranya menjadi pendobrak semangat kaum muslimin karena berhasil masuk ke Teluk Tanduk Emas dengan cara melayari bukit Galata dalam waktu semalam.

Sebuah teknik perpindahan kapal yang masih sulit terpecahkan bagaimana rincian prosesnya. Namun kapal berlayar di daratan itu bukan satu-satunya bukti kegemilangan gagasan yang dimilikinya. Sebab sesudahnya ada gentong jembatan melayang di atas laut dan juga menara kayu bergerak yang menjadi monster panah di daratan. Semua itu kemudian beliau padukan dengan pengumpulan jumlah pasukan sebanyak 250.000 orang. Semuanya menjadi ikhtiar maksimal bagi visi pembebasan konstantinopel.

Namun diluar ikhtiar di atas, kunci kemenangan Muhammad Al Fatih adalah ketaatannya kepada Allah. Hal ini terkam dari khutbatnya di hari terakhir penyerangan: “Jika penaklukan kota Konstantinopel sukses maka sabda Rasulullah saw telah menjadi kenyataan dan salah satu dari mukjizatnya telah terbukti. Kita akan mendapatkan bagian dari apa yang telah menjadi janji dari hadist ini, berupa kemuliaan dan penghargaan. Oleh karena itu, sampaikanlah kepada para pasukan satu persatu bahwa kemenangan besar yang akan menambah ketinggian dan kemuliaan Islam. Untuk itu, wajib bagi setiap pasukan menjadikan syariat selalu di depan matanya dan jangan sampai ada di antara mereka yang melanggar syariat yang mulia ini….”

Pelajaran penting yang dapat dipetik dari kisah Al Fatih ini adalah bahwa gagasan visioner berorientasi akhirat yang diwujudkan dengan balutan ketaatan adalah modal penting mencapai impian. Yang tentunya bukan sembarang impian, sebab impian itu terbangun dari keimanan atas dari kabar gembira sang Nabi. Maka sudah sepatutnya keyakinan dan upaya demikian dibangun oleh generasi masa kini. Agar perjalanan perealisasian bisyaroh nabi tidak sebatas sejarah. Namun menjadi penyemangat bahwa dengan menempuh ikhtiar dan ketaatan yang sama, kabar gembira lanjutannya dapat dituntaskan. Yakni pembebasan kota Roma serta kembalinya kepeimpinan Islam atas dunia jilid 2. []

Leave a Reply

Your email address will not be published.