Breaking News

Bisakah KDRT Dicegah Sejak Sebelum Menikah?

Spread the love

Oleh. Kholda Najiyah
(Salehah Institute)

Muslimahtimes.com– Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) belakangan ini menjadi momok bagi pasangan suami istri, maupun yang belum menikah. Apalagi dengan maraknya kasus KDRT yang melanda publik figur. Terlihat mesra dan romantis di media, sekalinya bertengkar, sampai ke kantor kepolisian.

Benar, setiap rumah tangga tidak steril dari perselisihan. Namun, jika sudah main kekerasan, tentu tak dibenarkan. Jangankan kekerasan fisik yang melukai badan, kekerasan verbal yang menyakiti hati pun tak boleh. Sebab, hal itu keluar dari perintah Allah agar memperlakukan pasangan dengan makruf.

Tak heran bila wajah pernikahan kian menakutkan. Lantas, bisakah mencegah KDRT sejak dari sebelum menikah? Apa tanda-tanda pasangan berpotensi melakukan KDRT? Sebaliknya, bagaimana memilih pasangan yang sekiranya tidak temperamental? Hal-hal berikut ini bisa menjadi pertimbangan.

Jujur Minta Pengakuannya

Bagi yang akan atau sedang proses ta’aruf, cari info sebanyak-banyaknya tentang calon pasanganmu. Bukan hanya silau dengan wajah, ibadah, tingkat pendidikan, pekerjaan atau status sosial keluarganya, tapi teliti juga akhlaknya.

Caranya, bisa dengan meminta kejujuran dari dia langsung, apakah merasa sebagai orang pemarah atau bukan. Bila memang pemarah, tanyakan, bagaimana cara mengeskpresikan kemarahannya. Apa yang biasanya memicu marah dan bagaimana cara dia meredam amarah.

Jika sudah tahu dia pemarah, silakan istikharah, apakah yakin akan menerima dia dengan segala konsekuensinya. Siapkah dengan risikonya. Jika tidak, silakan ditinggalkan. Tetapi ingat, manusia diciptakan Allah sangat beragam. Termasuk diciptakannya makhluk pemarah. Barangkali, dia dijodohkan dengan si lembut untuk mengendalikan amarahnya.

2. Kenali Latar Belakang Pergaulan dan Keluarganya

Jika dia tidak jujur mengakui wataknya, kenali karakter seseorang dari sahabat, teman-temannya bergaul atau keluarga besarnya. Secara singkat bisa ditanyakan kepada mereka, apakah selama ini pernah melihatnya lepas kendali saat marah besar. Sebab, setiap manusia pasti pernah marah. Tetapi, respons masing-masing orang saat marah, ini yang berbeda-beda. Ada yang bisa mengendalikan, ada yang lepas tanpa kendali.

Orang-orang terdekatnya, pasti tahu persis perilaku dia saat marah. Apalagi keluarganya. Bila perlu, para tetangga ditanya, apakah calon ini tumbuh dalam keluarga baik-baik, keluarga yang hangat dan harmonis, atau keluarga yang kaku, panas dan penuh pertikaian. Bagaimanapun, keluarga sangat berpengaruh terhadap watak seseorang.

3. Tes Watak

Jika masih belum yakin, atau belum mendapatkan jawaban yang jujur, bisa meminta masing-masing melakukan tes kepribadian, tes watak/karakter atau ada juga yang menyebutnya tes kecerdasan bawaan. Ya, dewasa ini sudah berkembang ilmu pengetahuan yang mengenali dan membagi karakter-karakter manusia berdasar sifat asli bawaannya. Meskipun tidak akurat 100 persen, tetapi setidaknya hal itu bisa menjadi acuan.

Ada pembagian dua besar yaitu introver dan estrover. Nah, orang introver, umumnya cenderung lebih pemarah dan pendendam daripada tipe ekstrover. Ada juga yang membagi kecerdasan bawaan menjadi yaitu sensing, thinking, intuiting dan feeling. Kalau mencari yang tidak pemarah, barangkali bisa mencari tipe intuiting atau feeling. Ada juga pembagian kepribadian menjadi empat: koleris, melankolism plegmatis dan sanguinis. Nah, tipe koleris ini biasanya yang pemarah.

Tetapi ingat, yang namanya jodoh, tetap hak Allah. Walaupun kita menghindar dan sudah sangat selektif memilih agar tidak berjodoh dengan si pemarah, tetapi jika sudah takdir, tak akan bisa mengelak. Karena, sekali lagi, Allah juga mendodohkan seseorang dengan orang yang pemarah. Semakin pilih-pilih yang cocok berdasar hasil tes wataknya, boleh jadi malah semakin bingung dan semakin jauh dari jodoh.

4. Tawakkal

Sebenarnya, kunci menerima jodoh adalah berpasrah diri dan tawakkal kepada Allah Swt. Repot bila mencari yang sesuai kriteria. Apalagi, kriterianya bagus-bagus dan ideal semua. Padahal kriteria seperti itu, sulit berkumpul pada satu sosok saja. Sebab, manusia ada kurang dan lebihnya. Yakin saja, Allah sudah menyiapkan jodoh yang paling tepat untukmu. Bukan yang paling cocok wataknya, tapi yang paling menguji ketakwaanmu.

Menerima jodoh itu adalah ikhtiar untuk mendekatkan diri pada Allah Swt. Kelak, ketika diuji dengan perilaku buruk pasangan, Allah Swt juga sudah menyiapkan solusi dan pertolongannya. Yang penting bismillah, selalu menyertakan Allah dalam setiap langkah. Bergantung pada Allah saja saat mencari solusi dalam mengatasi masalah.

Bagaimana, masih takut menikah? Sebaiknya segera lakukan saja, daripada penasaran siapa jodohmu sesungguhnya. Akankah dia pemarah atau bukan, kita tak pernah tahu jika tidak segera memasuki gerbang pernikahan. Jangan takut, jangan bimbang. Ada Allah yang akan menuntun jalannya pernikahan.(*)