Breaking News

Cegah Depresi, Penuhi Kebutuhan Asasi

Spread the love

Oleh. Kholda Najiyah
(Founder Salehah Institute & Komunitas Istri Strong)

Seseorang merasa tertekan hingga depresi, disebabkan tidak tercukupinya kebutuhan dasar akan kebutuhan jasmani maupun naluri. Karena itu, untuk mencegah depresi, usahakan semaksimal mungkin seluruh kebutuhan ini terpenuhi.

1. Kebutuhan Jasmani

Pemenuhan kebutuhan jasmani berupa makan, minum, buang hajat dan istirahat secara normal, seharusnya sudah cukup untuk membuat hidup juga normal. Bisa makan, minum dan fisik sehat, menumbuhkan rasa syukur, sehingga tidak perlu tertekan jiwa.

Menurut para pakar, salah satu penyebab stres adalah pola makan yang tidak baik, pola tidur yang tidak teratur, dan kurang olahraga. Artinya, hal itu terjadi karena kebutuhan jasmani tidak dipenuhi secara normal. Oleh karena itu, usahakan kebutuhan pokok ini terpenuhi sesuai kemampuan.

2. Hargai Diri Sendiri dan Orang lain

Manusia butuh penghargaan dan penghormatan dari orang lain. Secara naluriah, manusia ingin selalu diakui eksistensinya. Ingin dihargai dan dihormati. Ini berkaitan dengan interaksi sosial kita dengan orang lain. Oleh karena itu, jika ingin dihormati dan dihargai orang lain, maka perlakukanlah orang lain dengan cara yang sama.

Jangan pelit memberikan pujian dan apresiasi pada orang lain, agar orang lain pun menghargai kita. Termasuk dalam interaksi dengan pasangan atau anak-anak. Hargai mereka dengan sering memberikan apresiasi positif, agar kebutuhan jiwa mereka terpuaskan.

Banyak orang merasa stres karena tidak dihargai, dan menyalahkan orang-orang di sekitarnya yang tidak mau mengerti perasaannya. Akibatnya ia merasa tak berguna, rendah diri dan gagal sebagai manusia. Padahal perasaan untuk dihargai ini justru harus berangkat dari cara kita menghargai orang lain. Jangan menggantungkan perhatian pada pihak lain, mulailah dengan memerhatikan diri kita, mencintai dan menghargainya, kemudian perlakukan orang lain dengan cara yang sama.

3. Keinginan Memiliki Harta

Tekanan batin juga datang karena kecemasan finansial yang berlebihan. Khawatir dengan masa depan diri dan anak-anaknya. Khawatir tidak bisa memiliki ini dan itu seperti yang diimpikannya. Mungkin ia paham dengan konsep rezeki dari Allah, namun ketika berhadapan dengan realita, keyakinan itu seolah tergerus.

Munculnya rasa menderita, karena pikiran diliputi oleh keinginan-keinginan atau harapan-harapan yang sebenarnya bukan termasuk kebutuhan pokok. Apalagi di era sekuler di mana gaya hidup sangat berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat. Hasrat untuk seperti orang lain, yang bisa menikmati kebutuhan sekunder dan bahkan tersier, meningkatkan tekanan batin. Akibatnya merasa tidak cukup walau kebutuhan dasar sudah terpenuhi.

Oleh karena itu, hilangkan kecemasan finansial ini, tetap yakin bahwa Allah Swt sudah memberikan rezeki yang terbaik baik hamba-Nya. Jangan membandingkan kemampuan finansial kita dengan orang lain. Memenuhi keinginan boleh saja, sewajarnya dan sesuai kemampuan.

4. Naluri Kasih Sayang

Perasaan untuk disayang dan diperhatikan adalah naluriah. Kodrat manusia memang membutuhkan cinta dan kasih sayang. Penuhi kebutuhan ini dengan memupuk rasa kasih sayang dengan pihak yang berhak secara halal. Banyak orang yang tertekan jiwanya karena merasa tidak disayang.

Bagi pasangan suami istri, jalinlah hubungan persahabatan yang dilandasi ridho dan tulus, terbuka dan penuh kasih. Hubungan yang ramah, cair dan tidak kaku. Sering bercengkerama, berpelukan, bersentuhan dan mendengarkan keluh kesah, akan mengurangi tingkat tekanan batin. Masing-masing pasangan harus saling tahu kondisi psikisnya dan bisa membantu memberikan dukungan untuk menormalkannya.

5. Naluri Beragama

Kekuatan spiritual adalah rem terbaik dan terpenting dalam menangkal sakit mental. Teruslah mendekatkan diri pada Allah Swt, rajin beribadah sunah, berbagi, berzikir dan mempelajari ilmu agama. Perkuat terus suasana keimanan dalam jiwa sehingga tidak ada celah bagi setan-setan untuk menggoda kita. Setan yang selalu membisikkan hal-hal negatif, menggoda syahwat, dan menggerus rasa bahagia dalam diri kita.

Demikianlah, jika kebutuhan mendasar manusia tersebut telah tercukupi, meski sebatas hal-hal yang mendasar, semestinya sudah cukup membuat pikiran menjadi tenang. Jiwa menjadi tenteram dan psikis pun sehat. Ingat, hidup memang tidak selalu sesuai harapan. Boleh berharap setinggi apapun, tetapi harus tetap realistis menerima dan menghadapi kenyataan. Rida menerima keputusan Allah, senantiasa bersyukur dan husnuzan bahwa semua itu pasti yang terbaik untuk kita, adalah kunci sehat mental. Wallahu’alam.(*)