Breaking News

Gawat! Ratusan Anak Masuk RSJ Karena Gadget

Spread the love

Oleh : Shita Ummu Bisyarah

Muslimahtimes– Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Cisarua Jawa Barat menerima ratusan pasien anak yang mengalami kecanduan gadget. Dalam sebulan mereka bisa menangani 11-12 anak dengan usia 7-15 tahun. Bahkan kasus yang paling mengenaskan adalah anak usia 5 tahun yang dirawat di RSJ karena menghancurkan pintu akibat HP yang tidak bisa dicharge. ( tribunnews.com )

“Tidak hanya spesifik kecanduan game, ada juga karena YouTube. Ada remaja yang menonton YouTube seharian hingga muncul gejala psikologis,” kata Sub spesialis kesehatan jiwa anak dan remaja, dr Lina Budiyanti di Cisarua, Selasa (15/10/2019).

Peristiwa kecanduan gadget atau gawai ini sangat tragis karena tak hanya menjangkiti orang dewasa tapi juga anak – anak bahkan usia 5 tahun. Ada beberapa sebab yang melatarbelakangi kasus ini. Pertama faktor orang tua. Orang tua yang kurang ilmu dalam mendidik anaknya jelas akan mengalami kesulitan dalam mendidik anaknya. Dunia anak adalah dunia bermain dimana dia akan aktif mengeksplorasi dunianya, maka tak heran dia akan berlarian kesana kemari, mengobrak – abrik perabotan rumah sana sini bahkan ketika emosionalnya belum matang maka dia akan “tantrum”. Masa ini merupakan masa yang cukup menguras kesabaran orang tua. Namun jika orang tua paham ilmu parenting maka hal ini akan terasa ringan.

Banyaknya orang tua yang tak paham ilmu parenting membuat mereka “malpraktek terhadap anaknya. Akhirnya angka kekerasan anak meningkat, dilansir dari tirto.id sebanyak 73,7 persen anak mengalami kekerasan di rumahnya sendiri, bahkan pelaku paling sering adalah ibu. Miris bukan?Hal ini berimbas pada masalah berantai yakni kenakalan anak, pergaulan bebas, narkoba hingga tindak kriminal lainnya.
Orang tua yang tak berilmu ini akhirnya memilih cara instan untuk mengatasi kelakuan anaknya yang tak terkontrol, yakni dengan memfasilitasi mereka dengan gadget.

Gadget memang menjadi daya tarik tersendiri kepada anak karena sifatnya yang responsif, dan penuh warna. Setiap anak kecil yang diberi gadget pasti langsung diam dari tangisnya atau diam dari keaktifannya bahkan bisa tahan di depannya berjam – jam lamanya. Inilah mengapa para orang tua memilih gadget sebagai pengganti kehadiran mereka untuk anaknya. Namun siapa sangka hal ini justru membuat anak mereka kecanduan dan susah dikontrol emosinya sehingga wajar jika kasus di atas terjadi.

Maka dari itu, marilah para orang tua belajar ilmu parenting.

Berusahalah sabar dalam mendidik anak, masih banyak cara kreatif lain yang bisa digunakan untuk menggantikan gadget anda.

Faktor ke dua adalah hilangnya peran negara dalam mengurusi urusan rakyatnya. Maksudnya bagaimana? Faktanya banyak sekali orang tua terutama para ibu dari lubuk hatinya yang paling dalam ingin menemani anak – anaknya. Namun mereka tidak bisa karena mereka terlilit kebutuhan ekonomi dan harus ikut membanting tulang demi keberlangsungan hidup keluarganya. Tulang rusuk terpaksa menjadi tulang punggung, begitulah gambarannya. Alhasil mendidik anak disubkontrakkan atau bahkan diabaikan.

Ketika para orang tua pulang kerja dengan setumpuk kelelahan tak ada sisa energi untuk anak – anaknya, akhirnya gadgetlah yang dipilih menjadi alternatif agar mereka bisa rehat dari kelelahannya.

Hal ini disebabkan karena negara hanya menjadi regulator dalam mengurusi urusan rakyat, sedangkan aset – aset krusial negara seperti pertambangan, hutan, dan kekayaan alam lain pengelolaannya diserahkan kepada asing. Akhirnya negara tak memiliki pemasukan yang ideal ke APBN, malah justru semakin meningkatkan pajak kepada rakyatnya. Alhasil terjadilah ketimpangan ekonomi yang sangat tajam. Kekayaan hanya berpusat pada segelintir orang yakni pemilik modal. Jadilah rakyat miskin semakin miskin dan harus membanting tulang demi sesuap nasi. Faktor inilah yang berperan besar menyebabkan maraknya anak yang tak sempat diurus para orangtua yang kelelahan sehingga mereka kecanduan gadget.

Faktor terakhir yang melatarbelakangi semua ini adalah diterapkannya sistem kapitalis di negara ini. Bila yang terjadi hanya satu atau 2 kasus maka kita mungkin bisa menyalahkan oknum, namun pertanyaannya mengapa yang terjadi ratusan bahkan ribuan kasus yang meningkat setiap tahunnya? Mengapa para orang tua banyak yang tidak paham ilmu parenting? Atau mengapa negara sekaya Indonesia bisa miskin rakyatnya?Karena hal ini semua sudah tersistematis. Indonesia yang menerapkan sistem demokrasi kapitalisme meniscayakan adanya asas materialisme dan kebebasan dalam bertingkah laku. Hal ini yang melatarbelakangi bolehnya penguasaan swasta bahkan Asing terhadap aset krusial negara.

Sekarang kita saksikan berbagai tambang besar di Indoneaia bukanlah milik kita, namun dikuasai oleh asing.

Hal inilah yang menjadi akar masalah segala kerusakan yang terjadi di muka bumi.

Lalu bagaimana solusinya? Karena akar masalahnya adalah sistem kapitalis yang bersumber dari akal manusia maka mau tidak mau sistem ini harus diganti dengan sistem yang layak. Apa itu yakni sistem yang bersumber dari pencipta manusia, yakni sistem Islam. Islam memiliki pengaturan komperhensif di segala bidang, baik ekonomi, pendidikan maupun ekonomi. Di dalam Islam kekayaan yang menjadi hajat orang banyak tidak boleh dikuasai swasta bahkan asing.

Rasulullah Saw bersabda :
Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

Maka haram hukumnya menyerahkan kekayaan Indonesia yang sifatnya mengalir terus menerus untuk dikelola swasta. Tak hanya itu dalam sejarah Islam sistem pendidikan pun sangat diperhatikan terutama pendidikan anak pra baligh yang harusnya dididik oleh ibu dan bapaknya “al ummu wa robbatul bayt”. Hal ini terbukti ketika Islam diterapkan selama 14 abad banyak terlahir para pholymath jenius peletak dasar ilmu pengetahuan seperti Ibnu Sina, Al Khawarizmi, Al Haytham, Maryam Al Asturlabi dkk. Wallahualambissawab. [nb]

Leave a Reply

Your email address will not be published.