Oleh. Ana Ummu Azka
Muslimahtimes.com–Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Isa Rachmatarwata, menyebut bahwa anggaran untuk perayaan upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI (HUT RI) ke-79 di Ibu Kota Nusantara (IKN) pada 17 Agustus 2024 mencapai Rp87 miliar. (www.antaranews.com, 18/08/2024)
Anggaran tersebut tentu menjadi buah bibir masyarakat, mengingat masyarakat kita Masih banyak yang hidup serba kekurangan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat kemiskinan di Indonesia pada Maret 2024 sekitar 25,22 juta orang. Jumlah kemiskinan tersebut seharusnya menjadi koreksi bagi penguasa negeri ini yang merayakan kemerdekaan dengan meriah. Tidak hanya angka kemiskinan yang tinggi, banyak kondisi masyarakat yang hidupnya serba sulit dikarenakan harga-harga kebutuhan meningkat. Yang terakhir harga BBM nonsubsidi juga kembali mengalami kenaikan. Jumlah pengangguran juga Masih tinggi akibat lapangan pekerjaan yang sulit, dan PHK yang terus terjadi. Di tengah kondisi rakyat yang serba kesulitan seharusnya penguasa lebih bijak dalam menggunakan anggaran negara, dan tentu jumlah anggaran sebesar Rp87 milliar untuk upacara kemerdekaan terkesan sebagai sesuatu pemborosan dan dholimnya penguasa terhadapnya warganya. Penguasa seolah mati rasa terhadap nasib masyarakatnya. Masyarakat harus mati-matian berjuang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri.
Kondisi penguasa negeri ini yang seolah mati rasa terhadap nasib warganya sebenarnya adalah buah dari sistem kapitalisme dan sekulerisme. Sistem kapitalisme telah mencetak penguasa yang memperhitungkan untung dalam mengayomi masyarakatnya. Serta adanya sekulerisme yang menjauhkan agama dari kehidupan juga mencetak penguasa yang abai dan dholim karena tidak takut akan halal haram dan hisab di akhirat kelak. Maka jadilah penguasa ketika mendapatkan amanah kepemimpinan tidak lagi berpegang pada agama, tapi lebih memakai nafsu dalam berkuasa.
Masyarakat Adil Sejahtera dengan Islam
Sungguh kesejahteraan dan keadilan pernah dirasakan umat manusia ketika umat tersebut mengadopsi hukum Islam semata. Sejarah mencatat bahwa ketika syariat Islam diterapkan oleh sebuah negara (Khilafah) maka kesejhateraan bukan ilusi semata. Melansir dari media umat, bahwa kesejahteraan di era khilafah di antaranya:
– Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, khilafah Islam sangat memperhatikan agar rakyatnya cerdas. Anak-anak dari semua kelas sosial mengunjungi pendidikan dasar yang terjangkau semua orang. Negaralah membayar para gurunya. Selain 80 sekolah umum Cordoba yang didirikan Khalifah Al-Hakam II pada 965 M, masih ada 27 sekolah khusus anak-anak miskin. Di Kairo, Al-Mansur Qalawun mendirikan sekolah anak yatim. Dia juga menganggarkan setiap hari ransum makanan yang cukup serta satu stel baju untuk musim dingin dan satu stel baju untuk musim panas.Bahkan untuk orang-orang badui yang berpindah-pindah, dikirim guru yang juga siap berpindah-pindah mengikuti tempat tinggal muridnya.
– Kesehatan
Dalam bidang kesehatan, pada kurun abad 9-10 M, Qusta ibn Luqa, ar-Razi, Ibn al-Jazzar dan al-Masihi membangun sistem pengelolaan sampah perkotaan, yang sebelumnya hanya diserahkan pada kesadaran masing-masing orang, yang di perkotaan padat penduduk akan menciptakan kota yang kumuh. Kebersihan kota menjadi salah satu modal sehat selain kesadaran sehat karena pendidikan. Tenaga kesehatan secara teratur diuji kompetensinya.
Dokter Kekhalifahan menguji setiap tabib agar mereka hanya mengobati sesuai dengan pendidikan atau keahliannya. Mereka harus diperankan sebagai konsultan kesehatan dan bukan orang yang sok mampu mengatasi segala penyakit. Ini adalah sisi hulu untuk mencegah penyakit sehingga beban sisi hilir dalam pengobatan jauh lebih ringan.
– Pertanian
Dalam bidang pertanian, dikenal dengan ‘revolusi pertanian Muslim’ yang menyinergikan semua teknologi baik cuaca, peralatan untuk mempersiapkan lahan, teknologi irigasi, pemupukan, pengendalian hama, teknologi pengolahan pasca panen hingga manajemen perusahaan pertanian.
– Industri
Dalam bidang industri, khilafah ternyata memiliki spektrum yang sangat luas. Donald R. Hill dalam bukunya, Islamic Technology: an Illustrated History (Unesco & The Press Syndicate of the University of Cambridge, 1986), membuat sebuah daftar yang lumayan panjang dari industri yang pernah ada dalam sejarah Islam; mulai dari industri mesin, bahan bangunan, persenjataan, perkapalan, kimia, tekstil, kertas, kulit, pangan hingga pertambangan dan metalurgi. Dan masih banyak kesejahteraan yang dirasakan umat pada masa Khilafah Islamiyah.
Sungguh jika cermati kesejahteraan ini sesungguhnya adalah karena aturan/undang-unsang yamg dibuat dalam Khilafah adalah undang-undang dari Allah Swt yangmngetahui baij buruknya untuk mamusia. Sehingga aturan dalam Khilafah mampu menyejahterakan dan mampu memberi keadilan. Sungguh jika kita ingin mulia dan sejahtera tidak ada cara lain kecuali dengan menerapkan Syariat Islam dalam institusi Khilafah, serta membuang demokrasi yang penuh dengan Ilusi. Mari kita bersama-sama untuk berjuang menegakkan Islam sehingga rahmatan lil alamin segera terwujud.