Breaking News

Jabatan dan Kekuasaan

Spread the love
Oleh. Ummu Nazry
(Pemerhati Generasi)
#MuslimahTimes — Jabatan dan kekuasaan adalah sesuatu yang diidamkan oleh setiap orang. Hal tersebut wajar dan fitrah. Sebab ia adalah salah satu penampakan dari naluri mempertahankan diri atau eksistensi diri (ghorizatu baqo). Sebab itu Allah Swt, memberikan tuntunan kepada manusia, saat mendapatkan amanah kepemimpinan dan jabatan. Sehingga manusia selamat saat mengemban amanah kepemimpinan dan memiliki jabatan. 
Mereka akan menjadikan amanah jabatan dan kekuasaan sebagai jembatan untuk menebarkan kebaikan pada seluruh umat manusia. Sehingga manusia mendapatkan dan merasakan kebaikan dan keberkahan atas kepemimpinannya. Amanah jabatan dan kekuasaan dijadikan sebagai modal untuk menyampaikan kebaikan dan kebenaran. Sehingga kehidupan manusia di bawah kepemimpinannya tidak tersesat, tahu jalan yang lurus dan jalan yang tidak lurus, sehingga kehidupan manusia akan dipenuhi dengan cahaya kebaikan. 
Demikian seharusnya yang dilakukan oleh seseorang yang mendapat amanah jabatan dan kekuasaan publik. Amanah jabatan dan kekuasaan publik tidak boleh dijadikan sebagai alat untuk memperkaya diri sendiri. Tidak boleh dijadikan sebagai jalan untuk menyesatkan publik. Tidak boleh dijadikan sebagai alat untuk berbuat sewenang-wenang dan penuh kezaliman terhadap masyarakat yang dipimpinnya. Tidak boleh djadikan sebagai alat untuk menyebarkan kebohongan kepada publik demi meraih simpati.
Namun demikian, sistem hidup sekuler sungguh telah membuat pelaksanaan amanah jabatan dan kekuasaan melenceng jauh dari rel yang seharusnya dijalani. Amanah jabatan dan kekuasaan dijadikan sebagai alat untuk mengeruk keuntungan materi sebanyak-banyaknya bagi pribadi pejabat dan penguasa. Sebab sekulerisme telah menjadikan hawa nafsu sebagai tolak ukur untuk berbuat. Aturan agama disingkirkan. Jadilah individu pejabat dan penguasa berbuat zalim dan tidak amanah terhadap jabatan dan kekuasaan yang diamanatkan kepadanya. Apapun dilakukan demi mendapat simpati publik, meski harus melakukan kebohongan-kebohongan publik, demi sebuah simpati yang ingin diraihnya. Memutarbalikan fakta biasa dilakukan untuk menutupi satu kebohongan dengan kebohongan yang lain. Hingga kalaupun harus menggadaikan akidahnya sendiri akan dilakukan oleh banyak pejabat dan penguasa publik dalam  sistem sekuler demokrasi kapitalisme ini.
Padahal akidah adalah yang akan menentukan seseorang selamat atau tidak di dunia dan diakherat. Sebagai contoh, ditengah banyaknya masalah yang harus diselesaikan sebagai efek besar akibat salah penanganan  wabah covid-19 di sistem sekuler demokrasi kapitalisme,  seorang menteri yang baru menjabat menambah deretan masalah baru, yang bisa memantik konflik horizontal di tengah masyarakat, yaitu dengan vulgar mengizinkan Syi’ah dan Ahmadiyah  untuk hidup kembali, setelah sebelumnya dilarang, Sebab disinyalir kedua aliran ini menistakan dan menodai ajaran suatu agama tertentu, yaitu Islam. Adalah hal yang wajar terjadi dalam sistem sekuler demokrasi kapitalis saat ini, yaitu pelecehan dan penodaan suatu ajaran agama,  sebab adanya kepentingan untuk meraih simpati publik. Jadilah terjadi penyesatan ajaran agama di tengah-tengah publik. Dan hal ini sebetulnya sangat berbahaya jika dibiarkan, sebab bisa menyebabkan rusaknya tatanan kehidupan dalam masyarakat akibat terjadinya penyesatan akidah yang dilakukan oleh sistem melalui para pejabat dan penguasanya. 
Dan inilah yang disebut sebagai penyesatan publik secara sistemik. Sangat berbahaya. Sebab secara naluriah dan fitrahnya, setiap agama sebetulnya tidak ingin dicampuradukkan ajarannya dengan ajaran agama yang lainnya, dan pastilah setiap penganut agama akan berusaha untuk menjaga kemurnian ajaran agamannya agar tidak tercampur dengan ajaran agama yang lain.
Alhasil, akan menjadi karakter yang busuk yang akan menempel kuat pada para pejabat dan penguasa publik dalam sistem sekuler kapitalisme. Sebab landasan yang dipakai untuk bekerja dari para pejabat dan penguasa dalam sistem sekuler adalah jauh dari konsep halal dan haram, seperti yang dikenal dalam agama. Aturan agama disingkirkan. Sehingga menjadi satu hal yang lumrah terjadi jika para pejabat dan penguasa dalam sistem sekuler akan berubah menjadi para penjahat berdasi. Biasa melakukan kebohongan publik dan merampas harta milik publik dengan cara yang sangat halus yang sulit dideteksi sebab dilindungi oleh Undang-Undang buatan mereka sendiri yang disandarkan pada tujuan dan kepentingan sendiri bukan tujuan dan kepentingan publik. 
Karena  itu sungguh jabatan dan kekuasaan yang diperoleh dalam sistem sekuler kapitalisme hanya  akan menjadi penyesalan semata kelak di yaumil akhir, sebab pelaksanaan jabatan dan kekuasaannya semua menabrak hukum syariat, menabrak konsep halal dan haram, sehingga akan membuat para pejabat dan penguasanya tidak akan mampu berbuat adil dan amanah.
Mereka akan terus melakukan kezaliman kepada umat. Sedangkan setiap kezaliman akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di Yaumil Akhir, terkait dengan kezaliman terhadap harta, jiwa dan kehormatan setiap manusia yang ada di bawah kekuasaannya. 
Artinya seorang penguasa akan dimintai pertanggungjawaban terkait seorang individu yang kelaparan saat hidup di bawah pemerintahan dan kekuasaannya. Seorang pejabat dan penguasa juga akan dituntut di pengadilan di Yaumil Akhir kelak saat menumpahkann darah seorang manusia yang ada di bawah kekuasaannya. Seorang pejabat dan penguasa juga akan dimintai pertanggungjawaban terkait hilangnya satu nyawa manusia yang berada di bawah kekuasannya. 
Padahal telah jamak diketahui bahwa  kelaparan,  pembunuhan, perampasan harta dan kehormatan dalam sistem saat ini tidak terjadi pada satu orang saja, melainkan marak dan jamak terjadi. Hingga tidak terbayang bagaimana kelak hisabnya nanti di akhirat, sebab begitu banyak kasus ketidakadilan kerap menimpa umat manusia di alam sekuler kapitalisme. 
Karenannya, Islam telah memberikan peringatan sedemikian jelas agar menjadi pejabat dan penguasa yang adil dan amanah, sebab jika tidak, maka  jabatan dan kekuasaan hanyalah akan menjadi fitnah dan penyesalan saja bagi para pelakunya, akibat begitu banyak hal-hal yang akan dipertanyakan dan yang harus dipertanggungjawabkannya kelak di hadapan Allah Swt, sehingga hisabnya pun akan sangat lama sekali, baik bagi pejabat dan penguasa yang salih yang berkuasa dengan menerapkan sistem Islam kaffah maupun bagi penguasa zalim yang berkuasa dalam sistem sekuler kapitalisme.  Semua akan mendapat giliran hisab di hari pengadilan kelak. Dimana tidak ada yang dapat menyelamatkannya kecuali kejujurannya dalam mengemban amanah jabatan dan kekuasannya yaitu kesesuaian pelaksanaannya dengan apa yang telah ditunjuki oleh Allah Swt dan RasulNya. 
Karena itu, jabatan dan kekuasaan akan menjadi hal yang akan menyelamatkan seseorang jika dilakukan sesuai dengan tuntunan dari Rasulullah Saw dalam sistem hidup yang sahih, yaitu sebuah sistem yang menerapkan syariat Islam kaffah. Bukan sistem sekuler demokrasi kapitalisme yang sesat dan menyesatkan, yang hanya akan menjadi penyesalan tiada ujung di hari pengadilan di yaumil akhir kelak.
Wallahualam.

Leave a Reply

Your email address will not be published.