Breaking News

Jahitan Berbalas Kejahatan

Spread the love

 

Oleh. Annida K. Ummah, S.Pd 

(Praktisi Pendidikan)

MuslimahTimes.com – Surga di bawah telapak kaki ibu. Nampaknya hal itu hanya isapan jempol belaka di era kebebasan berpendapat dan berekspresi seperti hari ini. Sabtu (9/1/2021), seorang anak melaporkan ibu kandungnya ke polisi di Kabupaten Demak, Jawa Tengah.(detik.com)

Kasus anak laporkan ibu ke polisi bukan kali ini saja terjadi, tahun 2020 lalu hal serupa juga pernah terjadi. Pada Juni 2020 lalu, seorang anak di NTB ingin penjarakan ibunya gara-gara sepeda motor. (tribunnews.com)

Seorang anak melaporkan ibu kandungnya ke polisi merupakan bukti nyata tiadanya takzim anak kepada orangtua. Demi materi, anak tega membalas air susu dengan air tuba. Sungguh miris terjadi. Krisis identitas sebagai generasi dambaan umat. Fakta ini menggambarkan sangat jauhnya gambaran generasi penyejuk mata. Hal ini tentu bukan buah hasil tebaran benih satu atau dua menit yang lalu. Melainkan hasil tebaran benih bertahun-tahun silam.

Pendidikan dan gaya hidup sekuleristik membuat seorang anak kehilangan landasan bertingkahlaku. Jauhnya pendidikan negara dari agama membuat anak terprogram bahwa hidup untuk manfaat semata. Jika ada sesuatu yang tidak menghasilkan manfaat atau keuntungan bagi dirinya, maka ia akan bertindak untuk menjauhkannya dari hadapan.

Bertahun-tahun silam kita diajarkan untuk meraih peringkat terbaik. Tanpa diarahkan bagaimana mendapatkan predikat terbaik yang mulia. Sedari dini kita sudah diajarkan bahwa mendapat prestasi akan meraup pujian dan decak kagum orang-orang. Sehingga ketika dewasa menjadi berpikir bahwa yang penting punya prestasi, yaitu berlimpah harta. Tanpa peduli bagaimana cara mendapatkan harta berlimpah itu. Tanpa berpikir pula bagaimana caranya menjadi orang yang berlimpah harta tapi mulia.

Kehidupan masyarakat kapitalistik mengajarkan kita bahwa mendapat materi berlimpah adalah prestasi. Sehingga menilai orang dengan indikator rumah bagus, mobil, motor, dan hal-hal materi lainnya. Anak penjarakan ibu merupakan bukti buruknya output pendidikan beberapa dekade silam bahkan hingga hari ini. Anak kehilangan hubungan kasih sayang dengan ibunya sendiri. Menganggap ibunya tidak mendatangkan manfaat untuknya, serta menganggap ibunya merugikan dirinya, anak yang dahulu ditimang penuh kasih dan saying tiada lagi menyayangi ibunya. Luka jahitan melahirkan dibalas jahat tanpa empati. Sungguh air susu dibalas air tuba.

Islam mengajarkan hubungan orangtua dan anak tidak akan pernah putus karena kematian atau perceraian. Mereka tetap akan menjadi orangtua dan anak sampai kapanpun. Tak akan pernah berubah meski jarak memisahkan atau kondisi berubah. Islam memberikan limpahan pahala untuk orangtua yang mengasuhnya sedari kecil. Juga memberikan tumpahan pahala untuk anak yang berbakti kepada orangtuanya, terlebih di kala mengurus orangtua memasuki usia senja.

Demikianlah Islam mengajarkan hubungan anak dan orangtua atas landasan keridaan Allah ta’ala. Semua pihak bertindak sesuai syariat Islam, tidak ada perhitungan untung rugi berdasarkan materi. Sebab semua akan bersaksi di hari yang paling berat nanti, hari perhitungan. Negara juga turut serta mendukung terwujudnya keluarga sakinah mawadah wa rahmah. Dengan memberikan pendidikan berbasis Islam serta kehidupan yang kondusif untuk melakukan amal salih. Sejatinya dukungan suprasistem lah yang paling efektif untuk mewujudkan generasi salih serta keluarga yang harmonis. Itulah pentingnya kita meninggalkan kehidupan sekuler ini dan menggantinya dengan kehidupan Islam. Sehingga tidak ada lagi jahitan berbalas kejahatan.[]