Breaking News

Jangan Terlalu Mendalami Agama?

Spread the love

Oleh. Sherly Agustina, M.Ag
(Penulis dan pemerhati kebijakan publik)

 

MuslimahTimes.com–Allah Swt. memerintahkan hamba-Nya untuk masuk Islam secara menyeluruh. Hal ini sudah tercantum di dalam Al-Qur’an surat al Baqarah ayat 208. Artinya, dalam mempelajari Islam tidak boleh setengah-setengah harus menyeluruh dan mendalam. Heran, jika ada yang mengatakan jangan terlalu dalam mempelajari agama.

TNI AD, Dudung Abdurachman, sosok yang menjadi sorotan, namun terkadang mengeluarkan pernyataan yang kontroversial. Dilansir dari detikNews.com (6/12/21), pada saat Kepala Staf TNI AD (KSAD) Jenderal TNI, Dudung Abdurachman, memberikan kultum usai salat Subuh bersama prajurit Kodam XVIII/Cenderawasih, mengatakan bahwa ‘jangan terlalu dalam mempelajari agama agar tidak melakukan penyimpangan.”

Sontak saja pernyataan ini ramai diperbincangkan dan viral di media sosial karena terkesan tendensius. Ketua MUI, Muhammad Cholil Nafis pun mempertanyakan maksud Jenderal Dudung, menurutnya, dalam memahami agama memang harus mendalam. Beliau memahami di dalam hadis dijelaskan kalau orang dikehendaki baik oleh Allah, di antaranya adalah yang paham agama.

Seakan tak ada habisnya narasi negatif menyerang ajaran Islam, mirisnya hal tersebut justru dilakukan oleh seorang muslim. Gorengan radikalisme terus bergulir, bahkan deradikalisasi terus dilakukan hingga saat ini. Umat digiring opini bahwa ajaran Islam itu menakutkan, memecah belah jika terlalu dalam mempelajarinya. Umat Islam dinilai toleran jika moderat, maka opini moderasi beragama terus diembuskan.

Mengapa ajaran Islam dan kaum muslim selalu menjadi sasaran empuk opini negatif? Tidakkah umat berpikir, gorengan yang selama ini menyudutkan umat Islam hanya untuk kepentingan pihak tertentu, mulai dari labelling War on Terorism, intoleran, radikal, mewaspadai kajian di kampus dan sekolah, dan kini narasi tendensius ‘ jangan terlalu dalam mempelajari agama’.

Umat harus membuka mata dan hati, berpikir cerdas dan jernih agar tidak terpengaruh opini negatif tentang Islam dan kaum muslim. Tak terbayang apa yang akan terjadi jika ulama dahulu tidak mendalami agama, tentu ajaran Islam tidak akan sampai pada umat saat ini. Umat tidak mengetahui mana yang hak dan batil. Perkara salat misalnya, jika tak mendalami agama tidak akan tahu apa dalilnya, bagaimana gerakan mulai dari takbir hingga salam. Bagaimana bacaan dan doa-doa yang dipakai, serta hikmah apa yang didapat dari salat.

Begitu pun ilmu-ilmu yang lainnya, fikih waris contohnya yang begitu rumit. Bagaimana umat bisa paham tentang ilmu yang berkaitan dengan waris. Misalnya, studi kasus yang terjadi, cara menghitung dan mengamalkan, rumusnya, dan lain-lain. Sementara fikih dalam ajaran Islam banyak sekali yang harus dipelajari dan dipahami. Jika ulama tak mendalami agama, umat begitu gelap tanpa cahaya ilmu.

Di masa kejayaan peradaban Islam, apabila para ulama dan ilmuwan tidak dalam mempelajari agama maka tidak akan ada penemuan-penemuan ilmu pengetahuan. Di bidang sains dan teknologi misalnya, yang kini banyak digunakan oleh dunia. Hingga para ulama dan ilmuwan muslim dikenal dunia sepanjang masa.

Islam begitu memperhatikan manusia agar memahami dan mempelajari agama dengan benar. Hal ini bisa dilihat dari firman Allah Swt. surat At-Taubah ayat 122, “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka…”

Di dalam tafsir Ibnu Katsir, Qatadah mengatakan takwil ayat ini, bahwa apabila Rasulullah saw. mengirimkan pasukan, Allah memerintahkan kepada kaum muslim agar pergi berperang. Tetapi sebagian dari mereka harus tinggal bersama Rasul saw. untuk memperdalam pengetahuan agama.

Keberadaan ulama yang mendalami agama sangat dibutuhkan umat, Sayyidina Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma di dalam kitab Minhajul Qashidin pernah mengatakan bahwa keutamaan ahlul ‘ilmi (ahli ilmu) dibandingkan kaum mukminin adalah sebesar 700 kali lipat lebih utama.

Hal terburuk apabila umat tidak mendalami agama yaitu, pelanggaran syariat akan terjadi di mana-mana. Jika demikian, kerusakan pun tak terelakkan. Maka, keberkahan akan dicabut oleh Allah sehingga yang dirasakan oleh penduduk bumi kehidupan yang sempit, kering, dan gersang.

Cukuplah ayat ini menjadi pengingat bahwa orang yang tidak mendalami agama, berarti memilih berpaling dari peringatan Allah. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat Thaha ayat 124, “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.”

Allahu A’lam bi ash Shawab.