Breaking News

Kapitalisme Biang Stres Para Ibu

Spread the love

Oleh : NS. Rahayu

(Pengamat Masalah Sosial)

#MuslimahTimes — Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia. Begitulah gambaran sosok ibu buah karya SM Mochtar. Memang perjuangan para ibu untuk anak-anaknya tak kan bisa terbalas dan terbayarkan oleh apapun.

Namun kondisi sistemik saat ini, dimana perekonomian masyarakat kocar-kacir telah membuat para ibu pusing tujuh keliling. Memutar otak untuk sekedar kecukupan pemenuhan makan keluarga di tengah pandemi yang belum usai. Sementara penghasilan suami kadang ada kadang tidak. Bahkan ada yang macet total karena terdampak PHK. Stres ibu-ibu makin meningkat lagi, kala uang tak terpegang, pemenuhan kebutuhan mengejar.

Ibu dengan bekal keimanan dan agama yang lemah, akhirnya memilih jalan pintas. Bunuh diri beserta anak-anaknya, karena tak lagi mampu bertahan hidup dalam kesulitan dan penderitaan hidup.

Viral dalam berita media, seorang ibu bernama MT di Nias Utara yang telah membunuh ke tiga anaknya saat Pilkada, akhirnya meninggal dunia. Aksinya tersebut diduga karena stres himpitan ekonomi keluarga (viva.co.id, 13/12/20).

Sebelumnya juga terjadi, seorang ibu berinisial LH di Lebak Banten, tega menganiaya anak perempuannya yang berusia 8 tahun hingga tewas pada bulan Agustus lalu. Hanya disebabkan, sang anak tidak mengerti belajar daring. Ironisnya ayahnya justru ikut membantu menguburkan anaknya untuk menghilangkan jejak (kompas.com, 04/12/20).

/Rakyat Korban Buah Penerapan Sistem Salah/

Jika ditelisik lebih mendalam, ada permasalah mendasar yang mengakibatkan seorang ibu kehilangan nurani dan tega  membunuh anak-anaknya. Kelaparan ataupun stres dengan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) adalah pemicu saja. Kondisi stres akut seperti ini, selalu akan terus berulang dengan pemberlakuan sistem yang salah yaitu demokrasi kapitalis.

Sistem demokrasi kapitalis yang diterapkan dalam kehidupan telah membangun kesenjangan ekonomi yang tajam. Distribusi harta tidak merata sampai kebawah dan hanya dikuasai beberapa gelintir orang yang memiliki kapital saja. Sistem ini telah memanjakan para pemilik modal bergerak leluasa menguasai SDA (sumber daya alam) dan sumber-sumber kekayaan lainnya dalam pengelolaan dan kekuasaan mereka.

Suara rakyat pun hanya menjadi kendaraan menuju tampuk kekuasaan saja, saat Pemilu ataupun Pilkada. Hal ini nampak dari banyak kebijakan yang lebih condong pada kapitalis daripada kepada rakyat. Ironi demokrasi dan kapitalisme dalam kasus ini: saat sang suami nyoblos dengan harapan mendapat pemimpin baru, istri dan anaknya justru kehilangan harapan hidup.

Harapan untuk memiliki pemimpin yang mampu menyejahterakan rakyat menyeluruh bagaikan ilusi. Janji yang ditebarkan tidak ada realisasinya, bahkan kondisi ekonomi makin kritis. Penerapan sistem salah ini akan terus memproduksi kerusakan.

/Islam Solusi Kemaslhatan Umat/

Berbeda dalam sistem Islam yang mengatur seluruh kehidupan ini dengan aturan Pencipta-Nya yaitu Allah SWT. Keimanan telah membentuk tanggungjawab dalam individu, masyarakat dan negara untuk mematuhi Islam kaffah (menyeluruh).

Secara individu Islam mewajibkan laki-laki untuk bekerja agar bisa memberikan nafkah bagi keluarganya. Sehingga negara juga selalu membuka peluang kerja bagi rakyatnya agar terpenuhi kebutuhan mereka.

Begitupun dengan masyarakat yang dipenuhi nuansa keimanan, menjadi kontrol dalam masyarakat dan bagi negara. Hal ini akan menumbuhkan empati pada saudara dan tetangga yang tidak mampu, untuk menyalurkan sedekah yang bernilai pahala. Sekaligus memberikan kritisi pada penguasa ketika ada kebijakan yang merugikan rakyat.  Penguasa juga dengan bijak mendengarkan semua masukan dari masyarakat (rakyat).

Dan semua itu bisa berjalan, karena negara mempunyai peran vital dalam kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh, baik muslim maupun non muslim. Dalam Islam  jaminan pemenuhan kebutuhan dasar (sandang, pangan, papan) adalah pengurusan dan tanggung jawab pemimpin (kholifah) dan didistribusikan secara mudah dan merata. Sebagaimana Rasulullah, SWA bersabda : “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR. Bukhari)

 

Kehidupan yang bernuansakan aturan Islam akan memberikan kemaslahatan bagi semua rakyat pada umumnya. Khususnya para ibu, sehingga tidak terbebani stres tiada akhir di sistem salah. Namun hal ini baru bisa terealisasi ketika sistem Islam dijadikan aturan dalam kehidupan. Sistem Islam dengan khilafah memberi solusi bagaimana menjamin pemenuhan kebutuhan dasar setiap rakyat dan menjamin pemenuhan kebutuhan pendidikan

Wallahu’alam bishawab.

Leave a Reply

Your email address will not be published.