Breaking News

Kematian Sangat Dekat

Spread the love

Oleh: Rut Sri Wahyuningsih

(Institut Literasi dan Peradaban)

MuslimahTimes.com – Waktu menunjukkan pukul 04.45 wib, sebuah notifikasi dari grup PKK menyala, segera kubuka barangkali berita penting. Dan, Innalillahi wa innailaihi rojiun, tepat pukul 22.00 wib semalam, ternyata salah satu tetangga meninggal dunia. Ajal telah sampai kepadanya. Tak ada yang bisa mencegah, memajukan atau bahkan mengundurnya barang sedetikpun. Kematian sangat dekat, itulah yang akhirnya menjadi perenungan.

Aku sangat bersyukur memiliki tetangga yang peduli, karena saat kami yang baru sempat paginya hadir takziyah, jenazah sudah disucikan dan kami tinggal baca Yasin dan Tahlil. Selama itu pula saya mendengar banyak pendapat yang menyayangkan mengapa Allah cepat memanggil beliau. Namun suara lain, mengatakan kelegaan, itu lebih baik, sebab beberapa bulan terakhir sering keluar masuk rumah sakit karena sakitnya.

Allah lebih tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Mungkin bagi manusia hidup lebih baik, namun Allah jadi berbeda. Yang kita butuhkan hanyalah mengimani bahwa kematian bisa datang kapan saja dan pada siapa saja. Kita hanya diminta menyiapkan sebaik mungkin saat kehidupan masih bersanding.

Allah berfirman dalam QS Ali Imran ayat 102 yang artinya:
“Hai orang orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar benar takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”

Ayat di atas dengan jelas memerintahkan kita untuk bertakwa, itulah yang dilakukan oleh orang beriman. Artinya, persiapan terbaik yang harus dikerjakan oleh orang Mukmin adalah ketakwaannya dan tak ada ketakwaan kecuali dalam Islam. Hingga Allah mengancam janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan Islam, sedang faktanya kita tak tahu kapan kita akan mati. Dengan jalan mudah atau susah.

Maka satu hal yang pasti, kita harus berbekal dengan sesuatu yang tak bakal menggelincirkan kita kepada keadaan yang buruk atau bahkan sesat. Bekal kita hari ini yang berat dalam timbangan Allah adalah dakwah kepada Islam. Kepedulian kita untuk mengadakan perubahan hakiki inilah satu-satunya yang mampu dan dimampukan oleh Allah.

Mengapa orang-orang kafir pada masa Nabi dan Rasul sebelum Rasulullah dibinasakan, sedangkan kita masih terus di hadapkan kepada golongan mereka? Sebab Allah menghendaki kita untuk fastabikul khoirot dengan yang disisakan ini.

Berbagai penderitaan kaum Muslim di berbagai belahan dunia bahkan di negeri Indonesia tercinta ini semestinya membuka kesadaran bahwa Islam tidak sedang baik-baik saja. Penderitaan dan bencana silih berganti. Sedangkan pemerintah hanya mampu tergagap. Yang mereka buru hanyalah dana kaum Muslim yang memang potensinya sangat besar. Inilah tiket emas untuk menjelaskan buruknya sistem hari ini dan sekaligus kemuliaan Islam bagi pemeluknya jika mereka berjuang untuk menggantinya .

” Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya”. (QS Ali Imran : 19).

Maka, tidakkah ini menjadi ancaman bagi orang beriman ketika ia mulai melenceng? Dan masihkah berani ia mengharap kematian yang husnul khotimah sedangkan sepanjang hidupnya terus menerus menukar ayat Allah dengan harga yang murah, melecehkan, mengubah bahkan menghilangkan?

Kematian sangat dekat. Ketika ruh berpisah dengan jasad, kita masih merasakan apapun hingga tak terdengar lagi langkah terakhir orang-orang yang menghadiri pemakaman kita. Anak, suami, istri, kerabat, sahabat, tetangga tak ada yang bersedia duduk bersebelahan lagi sebagaimana dulu. Bahkan mungkin hanya beberapa hari mereka mengingat kita, tinggallah amal salih yang setia menemani. Banyak hadis yang menceritakan bagaimana si mayit di alam kubur. Meskipun sebagian besar hadis ahad l, namun tak buruk untuk dijadikan motivasi. Agar yang masih diberi waktu untuk berbenah dan berbekal ini segera bergegas. Wallahu a’ lam bish showab.