Breaking News

Kesehatan Islam Tak Sekadar Bicara Herbal

Spread the love

Oleh. Rut Sri Wahyuningsih
(Institut Literasi dan Peradaban)

 

MuslimahTimes.com– Beberapa hari ini di beranda facebook muncul postingan seledri dan bahan-bahan lain yang diklaim sebagai obat herbal. Ditambah pula dengan caption “Kini tiap tahun ribuan dokter diwisuda, rumah sakit pun tumbuh berkembang bak cendawan di musim hujan, tapi fakta menyatakan bahwa penyakit semakin banyak…”. Padahal itu adalah postingan di tahun 2015. Mengapa bisa muncul lagi dan makin banyak yang share atau copas?

Dan menurut akun salah satu teman di facebook juga, semua ternyata hoax, alias isinya tak bisa dipertanggungjawabkan, seperti misalnya kacang panjang obat diabetes, singkong obat kanker dan lain-lain. Tidak setiap penyakit bisa disembuhkan dengan sayur mayur yang disebutkan dalam postingan itu, sebab riwayat medis masing-masing penyakit juga berbeda. Bisa jadi akan sangat berbahaya jika diikuti begitu saja saran dalam postingan itu padahal penyakitnya sudah kronis dan butuh obat kimia. Atau riset lebih lanjut.

Maka pertama sikap kita adalah, bijaksana mengelola berita, jangan asal share dan copas. Dengan tabayyun atau meneliti terlebih dahulu, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Hujurat 49:6, yang artinya:

” Jika ada seorang faasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian”.

Meskipun kini era kemudahan memperoleh dan menyebarkan informasi karena kemajuan teknologi, tetaplah harus ada filter agar tak menimbulkan kemudharatan. Sudah lazim, bagaimana para buzzer mengotak-atik berita agar menimbulkan cheos di masyarakat, akankah kita sebagai Muslim mengikuti jejaknya begitu saja, padahal Rasulullah sudah melarang dan memberikan tuntunan di dalamnya?

Kedua, pemahaman tentang obat herbal kembali mencuat, seolah masyarakat lebih percaya herbal daripada obat kimia yang diresepkan dokter dan apoteker. Ini wajar, artinya memang ada yang salah terkait pengurusan kesehatan. Herbal seringkali dikaitkan dengan ” kedokteran ala Nabi” yang kemudian menafikan obat-obatan modern.

Jika hari ini ada pergeseran pemahaman, sesungguhnya akar persoalannya adalah adanya kapitalisasi di bidang kesehatan. Negara tidak menjamin sepenuhnya pengobatan masyarakat. BPJS bukti nyata abainya negara, menjadikan beban kesehatan sebagai beban bersama. Dikelola oleh swasta dan dibiayai pasien sendiri dengan membayar premi setiap bulannya.

Akibatnya, sangat beragam, sesuai keterbatasan yang dimiliki oleh rakyat individu perindividu. Bagi mereka yang banyak uang maka bisa menikmati fasilitas kelas satu,bagi mereka yang miskin, cukup fasilitas kelas tiga itupun masuknya masih harus antri dengan alasan penuh. Jika telat bayar, kena denda atau pinalti. Jelas saja secara psikologis rakyat makin merasa sakit.

Ketiga, bukti makin jauhnya kaum Muslim dari pemahaman agamanya. Membuat mereka tak lagi melihat sejarah, bagaimana dunia kesehatan asalnya adalah merujuk kepada Islam. Tak hanya Tibbun Nabawiyah saja yang berkembang, namun juga pengobatan modern. Yang melalui serangkaian riset di laboratorium dan sebagainya.

Kaum Muslim secara sadar telah melakukan penelitian-penelitian ilmiah di bidang kedokteran secara orisinil dan memberikan kontribusi luar biasa di bidang kedokteran. Sehingga kemajuan kedokteran dan dunia kesehatan kaum Muslim ketika itu sudah melampau negara lain yang dianggap Pioneer kesehatan. Seperti Yunani.

Inspirasinya adalah sabda Rasulullah Saw berikut:
“Tidak ada penyakit yang Allah ciptakan, kecuali dia juga menciptakan cara penyembuhannya” (HR. Bukhari).

Akibatnya, muncul berbagai penelitian yang melahirkan ilmuwan seperti Ishaq bin Ali Rahawi, pada abad-9, ia penulis kitab Adab al-Tabib yang ditujukan untuk kode etik kedokteran. Kemudian Al-Kindi juga di abad-9, beliau menunjukkan aplikasi matematika untuk kuantifikasi di bidang kedokteran, misalnya mengukur derajat penyakit ( sejenis termometer), mengukur kekuatan obat hingga dapat menaksir saat kritis pasien. Dan lain-lain.

Dokter-dokter Islam adalah yang pertama kali mendirikan rumah sakit dalam pengertian modern. Dibuat untuk mempercepat penyembuhan pasien, dengan staff ahli dan terlatih, perempuan pun ada yang bekerja sebagai perawat, seperti di Kairo, berdiri rumah sakit Khalifah Qalaqun yang dapat menampung hingga 8000 pasien. Rumah sakit ini juga digunakan untuk pendidikan universitas serta riset. Dimana Eropa baru bisa mendirikan rumah sakit yang sama adalah setelah perang salib, dimana para veteran perang salib terinspirasi dari kemajuan kedokteran dan kesehatan Islam.

Inilah yang seharusnya menjadi kosentrasi dari negara, untuk mengembalikan kepercayaan rakyat kepada pengobatan modern, yang sesuai dengan kapasitasnya. Sebab pengobatan herbalpun bagian dari warisan Islam. Hari ini saking sulitnya akses kesehatan masyarakat hingga dukun, ahli sihir, dan pengobatan-pengobatan alternatif yang jadi rujukan. Islam sudah menunjukkan bukti kesempurnaannya, tak hanya mengatur akidah dan ibadah namun juga penjaminan kesehatan yang disertai riset dan memanfaatkan teknologi . Wallahu a’ lam bish showab.

[Mnh]

Leave a Reply

Your email address will not be published.