Breaking News

Layanan Publik Dibandrol Mahal, Rakyat Kesal

Spread the love

Oleh: Shafayasmin Salsabila

Muslimahtimes– Kesal, dongkol, kalut, sederet rasa berkecamuk. Rakyat bingung, hendak mengadu ke mana. Kian hari, kebijakan semakin mencekik, membuat sesak napas. Mampukah bertahan dalam tekanan kebijakan?

Pasalnya, cnnindonesia.com memberitakan terkait iuran BPJS yang direncanakan naik dua kali lipat. Menyusul lagi kabar dari tirto.id bahwa subsidi energi 2020 akan dipangkas, alamat harga listrik, BBM dan LPG akan ikut naik. Sebaliknya pendapatan bulanan keluarga, cenderung jalan di tempat. Wajar kepala pusing tujuh keliling, sampai keluar keringat dingin. Rakyat pun keberatan dan berharap ini hanya mimpi buruk semata.

Disampaikan oleh Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal, bahwa dampak kenaikan iuran BPJS Kesehatan akan terasa kepada buruh dengan upah minimum per bulan di bawah Rp 2.000.000, misalnya Sragen, Boyolali, dan Yogyakarta. Demikian juga dengan wiraswasta kecil yang digolongkan sebagai peserta bukan penerima upah.

Iqbal mengatakan sekitar 150.000 buruh akan menggelar aksi menolak kenaikan iuran BPJS Kesehatan secara serentak di 10 kota pada 2 Oktober 2019 mendatang. Aksi akan dipusatkan di depan gedung DPR/MPR RI dengan perkiraan akan melibatkan 50.000-70.000 buruh. (cnbcindonesia.com, 3/9/2019)

Terpisah, dilansir oleh kumparan.com, Warga Bandar Lampung yang menggunakan BPJS mandiri, Suryati mengatakan cukup keberatan dengan rencana kenaikan iuran hingga 100% tersebut karena tidak sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan. Dengan gaji buruhnya, Suryati mengeluhkan kebutuhan hidupnya juga banyak tidak hanya BPJS saja yang harus dibayar.

Komentar senada juga, membulat pada wacana pemangkasan subsidi energi tahun 2020. Memang alaminya, kenaikan harga apapun tidak akan diaminkan oleh sebagian besar rakyat. Karena layanan publik sejatinya diperuntukkan demi kesejahteraan rakyat. Jika akhirnya dihargai dan dibandrol mahal, tidakkah keluhuran tujuan di awal, terasa sekadar retorika? Lips service semata.

Sebenarnya, kondisi mengenaskan seperti ini, tidak heran untuk disaksikan. Pada saat sistem hidup yang diterapkan tidak berkiblat pada ideologi Islam. Pondasinya keropos, lahir dari pemisahan agama dari kehidupan. Nilai keuntungan menjadi satu hal yang diperebutkan. Negara akhirnya hitung-hitungan dengan rakyatnya. Layanan publik pun tak luput dikomersilkan. Rakyat dipalak dengan seribu dalih agar menjadi legal oleh Undang-Undang.

Masalahnya bukan hanya kocek rakyat bobol semata, tapi ada pelanggaran hukum syara’. Rakyat memang dirugikan, namun ada yang lebih mengerikan, yakni pengkhianatan pemimpin terhadap Sang Pencipta lewat kebijakan zalim yang disahkan.

Allah, sebagai satu-satunya pemilik kedaulatan, telah mengamanahkan kepada setiap pemimpin untuk mengurusi rakyatnya dengan syariat (aturan baku dari Allah). Melarang menahan dan mengambil paksa hak-hak warga negaranya. Di antara hak yang harus dipenuhi adalah hak dasar berupa kesehatan, pendidikan dan keamanan.

Adalah hak bagi rakyat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terbaik, tanpa harus bergotong-royong, membayar premi setiap bulan. Hal ini harus dipahami baik-baik. Agar pemerintah berpikir ulang, untuk membandrol harga sebuah kesehatan. Begitupun rakyat, semestinya tidak begitu saja rida, diminta membayar sesuatu yang sejatinya adalah haknya.

Terkait masalah kepemilikan, Allah pun sangat tegas mengaturnya. Sumber energi, semuanya adalah milik rakyat. Negara hanya mengelola untuk berikutnya dikembalikan manfaatnya kepada rakyat. Maka tidak boleh ada monopoli swasta atau bahkan negara, atas komoditas ini.

Maka selayaknya seluruh pihak, untuk kembali berpikir sehat. Islam janganlah dinafikan. Di dalamnya terkandung konsep sempurna tentang pengaturan kehidupan. Dilengkapi metode sebagai alat untuk mewujudkannya.

Saat pemimpin dan rakyat sama-sama mencermati kembali hakikat keberadaannya di muka bumi, maka tidak lagi ada kekhawatiran, kekalutan dan kekesalan. Kedua elemen ini akan bersinergi membangun sesuatu yang besar. Sebuah peradaban agung, melimpah bersamanya kemakmuran dan kesejahteraan. Pemimpin mencintai rakyatnya, rakyat pun mencintai pemimpinnya. Di atas semuanya, ada keridaan Allah, dan keselamatan yang dijanjikan, dunia dan akhirat.

Wallahu a’lam bish-shawab. [nb]

Leave a Reply

Your email address will not be published.