Breaking News

Mendidik Anak dengan Pemahaman

Spread the love

Oleh: Heni Yuliana S.Pd

 

#MuslimahTimes — Mendidik anak bukan perkara mudah. Semua sepakat? Karena itu tanpa sadar kita sebagai orang tua mengatakan hal-hal yang seharusnya tidak kita katakan, misalnya “Dek, makanannya dihabiskan ya. Kalo engga nanti dimarahin ayah..” atau “Jangan ini, nanti tante itu marah.” Bisa juga, “Jangan itu, nanti ga dikasih ini” dan “Dek, mandi yuk! Nanti mama beliin eskrim.”

Sering mendengar kalimat di atas? Sering. Secara sadar atau tidak, banyak dari kita mengucapkan perkataan itu pada anak ketika ingin menyuruh atau melarang anak untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sekilas dengan kalimat-kalimat ini anak akan menuruti apa yang dikehendaki oleh orangtua. Tapi ada beberapa hal yang akan akan anak dapatkan.

Pertama, anak akan mendapat semacam ancaman. Dia melakukan apa yang kita kehendaki bukan atas dasar kesadaran tapi karena intimidasi. Atau hanya karena iming-iming. Walaupun ini juga bisa diberikan. Karena iming-iming itu semacam reward di muka. Tapi jangan terlalu keseringan. Bila ini sering dilakukan maka anak terpaku pada hadiahnya saja.

Kedua, terpatri kesan negatif terhadap orang yang menjadi bahan ancaman. Misal ayah suka marah. Kalau terus menerus ditanamkan seperti itu anak akan menganggap si ayah memang pemarah. Jangankan untuk bermain, mendekat saja bisa jadi anak akan merasa ketakutan. Padahal ayah ialah sosok yang penting dalam perkembangan tumbuh kembang anak. Pun dengan sosok-sosok yang lainnya seperti kakek, nenek, tante atau siapapun. Dengan mengatakan itu kita telah memberikan label bahwa mereka ialah sosok yang pemarah.

Anak diibaratkan kertas putih. Akal mereka belum sempurna, kitalah sebagai orangtua yang wajib mendidiknya dan menyempurnakan pemahamannya. Sebagaimana hadist Rasulullah SAW, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, dan Nashrani, sebagaimana dilahirkannya binatang ternak dengan sempurna, apakah ada telinga yang terputus?” (HR. Abu Hurairoh)

Maka penting bagi orangtua mewarnai kertas putih itu dengan warna yang indah. Berikanlah mereka pemahaman ketika mereka diberikan perintah atau larangan. Kenapa mereka harus atau jangan melakukan itu. Tentu dengan kadar pemahaman anak sesuai umur mereka. Dan ini harus terus menerus dilakukan. Sehingga benar-benar akan terbentuk pemahaman.

Ketika kita suruh untuk menghabiskan makan maka berikan pemahaman kalau makan itu penting untuk pertumbuhannya. Supaya ada tenaga untuk belajar dan bermain dengan temannya. Dan bentuk mensyukuri rezeki yang Allah berikan, dengan tidak membuang makanan.

Dan ketika mereka mau atau berhasil melakukan yang kita mau maka jangan segan-segan memberikan reward/hadiah. Jangan sangka hadiah itu harus berupa sesuatu yang mahal. Hadiah ini bisa berupa pujian dari kita atau berupa peluk cium. Ini sangat penting bagi mereka, untuk mengapresiasi dan memupuk rasa percaya diri. Agar mereka merasa dihargai, dan melakukan apa yang kita minta dengan senang hati.

Semoga Allah anugrahkan pada kita anak-anak yang sholih dan sholihah. Penyejuk mata dan hati orangtuabya. Anak yang akan menjadi penyelamat kita di akhirat kelak. Aamiin ya Robbal’alamiin.

 

==================================

Sumber Foto : Go Dok

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.