Breaking News

Menjaga Akad hingga Akhir Hayat

Spread the love

Oleh. Kholda Najiyah
(Founder Salehah Institute)

Memulai hidup baru menuju gerbang pernikahan, harus diawali degan niat dan tekad yang kuat, bahwa menikah cukup sekali. Apabila kemudian pernikahan tak mulus, bisa berbelok atau bahkan berhenti di tengah jalan, itu perkara lain, yang memang atas ketetapan Allah Swt. Namun, di awal nikah, sepasang mempelai hendaknya sudah bertekad bulat, akan menjaga akad hingga akhir hayat. Tekad itulah yang akan menguatkan masing-masing pasangan, agar sama-sama berjuang menghadapi ujian-ujian dalam pernikahan. Beberapa hal berikut bisa direnungkan, agar pernikahan terjaga hingga akhir hayat:

1. Menerima Qadha Allah atas Jodoh

Begitu bersedia berakad dengan pasangan, saat itulah hidup kita akan berubah tak lagi seperti saat sendiri. Masing-masing harus menerima dengan ikhlas dan rida atas jodoh yang sudah dikirimkan Allah Swt kepadanya. Tidak ada lagi yang boleh disesali. Harus ada kelapangan dada untuk menerima jodohnya, berikut kekurangan dan kelebihannya. Walaupun ternyata dalam perjalanan waktu banyak hal yang tidak sesuai harapan, ya memang begitulah hidup. Tinggal bagaimana caranya untuk mencintai apa yang sudah dimiliki.

2. Menerima Karakter yang Tak Bisa Diubah

Setiap manusia dilahirkan dengan ciri khas tertentu yang melekat pada dirinya. Sebuah karakter bawaan yang menetap dan sulit atau bahkan tidak bisa berubah. Karakter ini membentuk perilaku, pembawaan, sikap dan tindak-tanduk yang terkadang tidak disukai oleh pasangan. Misal, ada suami yang sangat pendiam, sehingga istri kesulitan mengajaknya berkomunikasi. Ada istri yang cenderung emosional, sehingga sulit mengendalikan lisannya.

Walhasil, banyak pasangan tak tahan, merasa tidak cocok. Ia menyangka pasangannya telah berubah, tak seperti saat awal menikah. Padahal, tak ada yang berubah. Yang ada adalah kita baru tahu, ternyata pasangan punya karakter seperti itu. Maka, menerima dengan legowo apa adanya, adalah nasihat yang tak bosan diulang-ulang kembali.

3. Ingat Tujuan Pernikahan

Menikah bertujuan untuk meraih ketenangan dan ketentraman. Apabila belum terwujud, maka kewajiban masing-masing untuk mewujudkannya. Baik sendiri-sendiri, maupun bersama-sama. Maksudnya, istri dipersilakan punya ikhtiar tersendiri untuk mewujudkan ketenangan dan ketentraman, dan suamipun silakan berupaya bagaimana mewujudkan sakinah tersebut.

Tidak ada istilah bertepuk sebelah tangan, karena masing-masing akan meraih pahala atas ikhtiarnya. Misal, istri berusaha membangun suasana hati yang selalu gembira. Suami pun selalu berupaya untuk bertanggung jawab. Selain itu, berdua juga saling bekerjasama mewujudkan sakinah. Misal dengan bersepakat melakukan hal-hal yang menumbuhkan kemesraan. Dengan demikian keduanya akan saling memiliki kecenderungan dan ketergantungan satu sama lain yang tak terpisahkan.

4. Mengutamakan Kemaslahatan yang Lebih Besar

Menikah memang perkara privat yang dilakukan oleh dua orang manusia, demi meraih kebahagiaan bersama. Namun, Allah mensyariatkan pernikahan untuk tujuan yang agung, antara lain melestarikan keturunan manusia. Pernikahan adalah wadah untuk melahirkan generasi-generasi penerus. Institusi tempat menggembleng calon-calon manusia terbaik yang akan melestarikan peradaban.

Generasi terbaik akan lahir dari pernikahan yang harmonis, kokoh dan tahan lama. Sebab di dalam keluarga inilah generasi ini membentuk diri menjadi manusia yang mandiri, berkarakter, berakhlak dan berkepribadian mulia. Jadi, menikah bukan hanya mengejar kebahagiaan individu semata, tetapi ada tugas mulia untuk menyemai generasi harapan umat.

5. Mengikhtiarkan Jalan Menuju Jannah

Hidup berpasangan sejatinya adalah upaya untuk berjuang bersama-sama menuju ke tujuan akhir berupa jannah. Antara suami dan istri saling bekerjasama dan tolong menolong dalam kebaikan. Saling berlomba-lomba mencapai derajat insan yang bertakwa. Oleh karena itu, baik suami maupun istri bersikap terbuka dalam bertukar pikiran. Menerima masukan dan nasihat dengan bijak. Selalu berbaik sangka pada pasangan. Tidak mudah marah, apalagi benci dan dendam. Sebab, Allah Swt memerintahkan setiap manusia untuk berbuat baik, tak terkecuali pada pasangan, seburuk apapun dia di mata kita.

Demikianlah, semoga Allah Swt selalu menjaga pernikahan kaum muslimin di manapun berada dengan ikhtiar yang telah ditegakkan. Aamiin.(*)