Breaking News

Menyandera Demi Dana Desa, KKB Harus Diakhiri

Spread the love

Oleh Ummu Sansan

(Komunitas Pena Cendekia)

#MuslimahTimes — Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) berulah kembali. Kali ini dengan menyandera pilot dan tiga penumpang pesawat Susi Air. KKB sebanyak 30 orang itu mengancam agar pesawat tidak membawa penumpang dari aparat TNI-Polri dan supaya dana desa diberikan kepada mereka. Insiden terjadi selama dua jam dan berakhir tanpa korban jiwa. (regional.kompas.com, 13/3/2021).

Ulah KKB di Papua ini bukan terjadi sekali saja. Sayangnya belum nampak tindakan tegas untuk menumpasnya. Padahal jelas-jelas tindakan terornya telah meresahkan warga bahkan tak jarang jatuh korban jiwa. Persenjataan yang lengkap seperti senjata api dan amunisi yang dipunyai diduga didapat dari rampasan dana desa. Mengapa mereka masih dibiarkan berkeliaran?

Aparat telah sering baku tembak menghadapi KKB ini. Tapi seolah tak jadi solusi karena keberadaannya masih terus eksis hingga hari ini. Nampaknya KKB tak sungguh-sungguh ingin ditumpas. Alhasil memicu persoalan yang tak kunjung tuntas. Keinginan memisahkan diri dan membuat onar meneror warga sejatinya tak bisa ditoleransi. Karenanya butuh kesungguhan pemerintah dan aparat untuk membasmi.

Jaminan keamanan sejatinya menjadi tanggung jawab pemerintah terhadap warganya. Ketiadaan rasa aman menunjukkan abainya pemerintah dalam menjalankan fungsinya. Apalagi jika keamanan itu sudah bertahun-tahun tak terwujud. Sayangnya pemerintah bergeming. Harapan aman hanyalah angan di benak warga. Belum lagi keadilan dan kesejahteraan yang jauh dari harapan.

Abainya pemerintah akan fungsi dan tanggung jawabnya wajar terjadi dalam negara yang menganut sistem kapitalisme sekularisme. Prinsipnya negara hanyalah fasilitator bukan penanggung jawab utama. Jadi alih-alih warga menjadi sejahtera, hanya incaran materi demi kepentingan pribadi saja yang utama dipikirkan pemerintah. Jelas kondisi ini bertolak belakang dengan sistem Islam.

Dalam Islam, negara berfungsi sebagai perisai dan pelindung rakyatnya sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang imam (kepala negara) laksana perisai, rakyat di belakangnya dan dia menjadi pelindung bagi rakyatnya” (HR Bukhari dan Muslim). Maka jaminan kebutuhan warga seharusnya tercukupi semuanya baik kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan papan. Juga kebutuhan akan kesehatan, pendidikan, dan keamanan.

Di sisi lain, Papua sejatinya wilayah yang kaya akan sumber daya alam, sayangnya telah dikeruk asing dengan seijin negara. Warga Papua malah tak menikmatinya. Maka kesejahteraan tak terjadi. Kesejahteraan akan terwujud jika ada keadilan dan pemerataan pembangunan. Dengan demikian tak akan muncul keinginan untuk memisahkan diri. Jika keinginan separatisme masih muncul, tindakan tegas untuk menumpas harus ditempuh. Karena Islam tidak mentolerirnya.

Jika separatisme hingga memisahkan diri dari negara Indonesia terus dihembuskan sebagai makar. Gerakan apapun wajib dibasmi. Jika berdalih berandalan saja tanpa ada upaya disintegrasi, tak layak pula ada kelompok bersenjata di negeri ini. Itupun harus dibasmi. Yang jelas tindakan separatisme dan disintegrasi tegas dibasmi dalam sistem Islam. Karena bercerai berai menjadikan suatu negara lemah.

Islam justru memerintahkan untuk bersatu sebagaimana disebutkan dalam QS Ali Imron ayat 103 yang artinya “Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” Jadi dalih apapun yang menyebabkan KKB tetap eksis baik tuntutan disintegrasi atau gangguan keamanan maka tindakan tegas membasminya harus ditempuh tanpa toleransi lagi. Wallahua’lam bisshowab.