Breaking News

Nasib Perempuan Dan Generasi Masa Depan Ala Kapitalis Vs Islam

Spread the love

Oleh: Istiqomah Asturlabi

(Pegiat Literasi Kepulauan Riau)

 

#MuslimahTimes — Kata Ahmad Dhani makhlukindah yang paling indah adalah perempuan. Perempuan dari angle manapun amat sangat menarik diperhatikan, akan tetapi bisa dilihat bahwa perempuan juga turut serta dalam melanggengkan aktivitas industri. Mindset yang mengarah padanya justru akan berakibat fatal, jika definisi soal perempuan disalahartikan.

Isu terkait perempuan tidak ada habisnya untuk dikulik kembali. Benar, saat ini peran perempuan begitu besar. Keterlibatan dalam semua bidang menambah subur dunia industrialis. Dunia juga tahu soal itu. Apalagi kampanye feminisme makin jor-joran dimana-mana salah satunya pada awal Maret lalu di Beijing dengan mengusung tema “Saya Generasi Setara: Menyadari Hak Perempuan”. Tapi apakah benar semua itu nyata bagi perempuan yang dituntut untuk disejahterakan dan ‘disetarakan’ dengan laki-laki?

Dihimpun dari mesin pencari popular yakni google, ada jutaan sumber dari beberapa algoritma kata hot, cantik, seksi dan pornografi. Sematan itu didominasi oleh perempuan yang mempresentasika nwanita modern. Itu artinya algoritma sendiri telah mendeteksi bahwa perempuan modern adalah mereka yang memproyeksikan diri dengan ekspresi kebebasan, serta tampil minim dalam berbusana.Yang pasti mengundang para laki-laki bermata keranjang dengan fantasi liarnya.Sederet iklan produk juga melibatkan perempuan menjadi brand ambassador dan ajang promosi produk para kapitalis. Sudah pasti perempuan menjadi simbol supaya ada yang menarik hati ingin membeli produk tersebut. Tiga kata kunci utamanya, putih, mulus dan terbuka.

Juga ada sebagian para pekerja seks komersil turut serta dalam menjajakan diri secara online.Yang jelas bisa menjadi bahan referensi para hidung belang untuk jajan seluas-luasnya. Mereka juga banyak berada di tempat-tempat strategis, bandara dan pelabuhan misalnya. Bisnis ini juga sudah lama terdengar tapi sayangnya tidak seutuhnya tuntas. Mucikari dan para agen juga sudah ditangkap, sayangnya entah apa alasannya pun sampai kini yang menggelar lapak juga banyak. Lebih disayangkan lagi usia produktif menjadi korban bahkan putus sekolah dengan berbagai alasan yang menyertainya, baik yang sebelumnya menjadi korban pemerkosaan dan motif ekonomi yang menggiurkan.

Belum lagi media massa memberitakan pemberitaan secara massif. Ini membuktikan isu-isu perempuan tidak ditangani dengan benar. Apalagi soal kehormatan yang merenggut harga dirinya, yang semestinya menjadi ranah privacy. Malah saat ini tontonan dengan konten tak senonoh menjadi konsumsi publik. Menurut Bisnis.com traffic kenaikan konten porno mencapai 18% kala pandemic mewabah, berdasarkan data tersebut bahwa memang benar ada berbagai kategori bisnis terancam gulung tikar tapi tidak untuk konten vulgar satu ini. Salah satu situs yang dikunjungi adalah pornhub, ini dikarenakan banyak diantaranya yang ingin tetap merasakan kesenangan, gairah seksual, tertekan dan stress pada saat segala aktivitas dilakukan dari rumah.

Rasa malu pun tiada lagi menghampiri menganggap bahwa tubuh adalah otoritas pribadi. Bagi perempuan-perempuan yang merasa sah-sah saja dengan sukarela memamerkan lekuk tubuh, itu tak mengapa. Tapi, hal ini justru akan mendorong para laki-laki untuk memuaskan syahwatnya dengan menghalalkan segala cara, pemerkosaan, pencabulan dan tindakan kekerasan lainnya. Baik kekerasan fisik dan kekerasan verbal juga. Jika masih ingat pesan Bang NAPI “Kejahatan bukan hanya terletak pada niat pelakunya saja, tapi juga adanya kesempatan” maka aneh sekali jika kesempatan ini justru dibuka secara terang-terangan.Wabah covid juga tak menghentikan ruang gerak kekerasan terhadap perempuan, berbagai stretotip, ekonomi, ketimpangan social kerap dialami perempuan. Lantas apa peran serta femisime itu sendiri sebagai wadah yang menaruh harapan bagi wanita untuk dijamin hak-haknya dalam kancah kehidupan sekuler kapitalis. Sayangnya ide itu masih dipercaya bahwa segala problematika yang dialaminya bisa selesai.

Para pejuang kesetaraan gender menganggap hal tersebut karena budaya patriarki yang masih berkembang pada masyarakat. Jika dicermati sepak terjang pegiat feminisme sendiri tak kurang hanya sekedar aksi dari perpanjangan tangan para kapitalis yang mengeksiskan hagemoninya. Bukankah hiruk-pikuk tatanan sosial dan krisise konomi disebabkan dari kebijakan pemangku jabatan yang berpihak pada kapitalis itu sendiri? Sulitnya lapangan kerja untuk para suami dan terbelengkalainya rumah tangga akibat perempuan menghabiskan waktu di tempat kerja.

Sejatinya feminislah yang menjadi benteng pertentangan untuk menyadarkan muslimah lain untuk kembali kepada perannya yang strategis. Juga karena Kapitalis yang menyengsarakan mencela ajaran Islam dalam memuliakan wanita dalam kehidupan rumah tangga. Mereka menganggap bahwa perempuan yang tidak bekerja di pojokkan sebagai perempuan yang tak mandiri serta menganggap lemah diri mereka.

Mana ada generasi yang akan bangga dengan kualitas perempuan yang terpuruk dan disepadankan dengan produk-produk yang diiklankan berpenampilan memamerkan lekuk tubuh. Islam sudah sejak lama menjaga kehormatan perempuan sebagai upaya menyelamatkan generasi dari racun pemikiran Barat serta lahir generasi pejuang, maju dalam prestasi gemilang. Tentu di situ turut sertanya perempuan dalam menunjang peradaban adalah kunci utama untuk ditegakkan. Islam sendiri yang sudah membuktikan peran perempuan Aisyah istri Rasulullah, Khadijah istri Rasulullah, Fatimah binti Muhammad, Asma’ Binti Abu Bakar, Nusaibah, Sumayyah yang melihat bayang-bayang surga dalam syahidnya, serta sederet ulama perempuan yang bisa Islam banggakan. Sedangkan Kapitalis sendiri melahirkan Irshad Manji yang sesat pikiran.Untuk itu kembali pada Islam adalah solusi fundamental yang dinilai tepat untuk diterapkan, karena Islam dan Ajarannya yang mampu menutup akses kesesatan apapun lewat tajul furudhnya, berupa institusi yang kebijakannya melahirkan ketenangan dan keadilan yang hakiki. Apalagi jika bukan Khilafah alaminhajin nnubuwwah mahkotanya peradaban.

Maka, jika masih terus berharap belas kasih dari Kapitalisme, bersiaplah bertopang dagu dan menyaksikan kesengsaraan lainnya. Sebuah ending yang memilikan.

Wallahu a’lam bishawab.

Leave a Reply

Your email address will not be published.