Breaking News

Nestapa Uighur, Dimana Suara Pemimpin Islam?

Spread the love

Oleh: Azrina Fauziah

(Aktivis Dakwah dan Member Komunitas Pena Langit)

 

#MuslimahTimes — Apa yang anda rasakan ketika melihat saudara kandung anda, ibu, ayah, suami, istri dan anak anda dipisahkan dan justru dianiayah oleh sekelompok orang yang tak bertanggung jawab? Kesal dan sedih begitulah yang akan kita rasa. Ditambah lagi bila tetangga baik kita hanya sekedar melihat dan tak bisa berbuat apa-apa untuk kita yang sedang didzolimi.  Begitu marah hati ini melihat kejadian tersebut.

Hal tersebut mungkin saja tengah dirasakanoleh saudara muslim kita diluar sana, wa bil khusus muslim uighur. Kesengsaraan yang dirasakan muslim uighur masih berlanjut hingga hari ini. Diketahui setahun lalu tepat pada tahun 2018, kabar persekusi etnis uighur mencuat ke permukaan publik internasionalsetelah pemberitaan PBB. Banyak kecaman yang diberikan oleh beberapa pihak termasuk organisasi islam dinegeri mayoritas muslim seperti Indonesia.

Pada tahun selanjutnya yakni 2019, Wall Street Journal (WSJ) melaporkan bahwaChina menggelontorkan dana donasi terhadap ormas islam untuk menghentikan rongrongan kecil di Indonesia.maka tak diherankan bila suara kritikan semakin kecil didengar. Dilansir dari cnnindonesia.com, China berupaya membujuk sejumlah organisasi islam seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, media Indonesia serta akademisi untuk bungkam dan tak lagi mengkritisi dugaan persekusi yang diterima oleh etnis uighur di Xinjiang.

Opini ini pun semakin hari semakin bergulir, umat tak berhenti berbagi kabar ke jejaring sosial tentang muslim uighur. Meskipun beberapa ormas islam telah memberikan klarifikasi kunjungan ke kamp-kamp konsentrasi dan menunjukan keamanan situasi. Namun fakta tak pernah bisa berbohong pada publik.

            Kita bisa flasback sedikit tentang uighur, uighur sendiri merupakan etnis turkistan timur yang wilayahnya telah diambil alih oleh pemerintahan China. Wilayah ini telah terdakwahi islam sejak 20 tahun setelah rasulullah SAW meninggal. Tak heran mayoritas penduduk Xinjiang pada hari ini memeluk islam sebagai agama terbesar di wilayah itu. Setelah wilayah Xinjiang didudukikekuasaan China komunis, penduduknya mengalami diskriminasi agama.

Dilansir dari berbagai media internasional seperti The Guardian, The Sun, Al Jazeera, RFA, Financial Times, CNN dll. Muslim uighur dilarang memakai nama islami, menyita al Qur’an, sajadah dan barang-barang yang bersimbol islam, melarang penggunakan gamis dan kerudung, dilarang beribadah, masjid diubah menjadi pusat propaganda, memasang 40.000 kamera pendeteksi wajah dan mengirim tamu-tamu dari partai komunis untuk mengawasi keluarga muslim uighur. Hingga beberapa tahun belakangan ini tersiar kabar pembangunan kamp-kamp konsentrasi yang sebenarnya ada dalam rangka re-edukasi pemahaman islam menjadi pemahaman komunis yang kini dibawa oleh rezim China. Tak sekedar hal itu, yang lebih mengerikan ialah penyiksaan yang diterima oleh muslim uighur di dalam sana.

Mengapa hal ini bisa terjadi?

Melihat kasus pelanggaran HAM besar ini mungkin akan memberikan pertanyaan besar kepada kita kenapa hal ini bisa terjadi? Apa salah dan dosa muslim uighur kepada rezim komunis China hingga memperlakukan mereka sebiadab itu?

Sungguh bukan rahasia lagi bahwa HAM merupakan alat propaganda barat dalam melanggengkan cengkeramannya di negeri kaum muslimin. Termasuk pula negara kapitalis timur China. HAM tak bisa digunakan oleh kaum muslimin untuk membela diri mereka, sebab HAM hanya diprogram menjadi alatpembelaan kaum kafir. Hal ini terbukti dari sikap negara pertama beserta PBB yang telah mempimpin negara-negara di dunia ketika menyikapi problem muslim Palestina, Suriah, Yaman, Myanmar dan Uighur. Mereka tak pernah bertindak tegas kepada pelanggaran kemanusian yang dialami kaum muslimin, justru hanya kecaman saja yang mereka lontarkan bahkan kecaman itu keluar pun terjadi sebab kepentingannya tengah terusik.

Berharap pada siapa lagi kaum muslimin? Pada penguasa negeri-negeri kaum muslimkah? Justru para pemimpin kaum muslimin kini tengah berdiam diri, tak mampu membela sebab hutang-hutangnya kepada kapitalis China menumpuk bak gunung merapi yang akan meletus. Untuk sekedar berbela sungkawa saja mereka enggan apalagi untuk membela suadaranya yang tengah didzolimi.

Akankah kita akan diam wahai kaum muslimin? Bukankah kita ibarat satu tubuh seperti sabda Rasulullah Saw, “perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi, seumpama tubuh jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasa demam”. (HR. Muslim)

            Persaudaraan atas keimanan ibarat tali penghubung yang menjadikan kita saudara kandung seayah dan seibu. Persaudaraan ini ibarat hubungan persaudaraan kakak dan adik. Dimana kita saling memiliki kewajiban menjaga, berkasih sayang beserta amar ma’ruf nahi munkar.

            Lalu bila kini sifat itu kita matikan sebab takut akan hegemoni kafir komunis. Wahai penguasa muslim, akan kau jawab apa nanti kepada Rabb mu? Diamnya kita kepada kedzaliman ini akan dipertanggung jawabkan kepada Allah Swt.

Telah nyata kebencian kaum kafir kepada islam, mereka dengan jelas membenci kaum muslim sebab keimanan mereka kepada Allah Swt, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka…”. (QS. Al Baqarah:120)

            Tidakkah rindukita akan sosok kepemimpinan khalifah al mu’tashim billah, yang dengan berani mengirim puluhan ribu pasukan untuk mengepung kota amuriah. membela kehormatan seorang muslimah yang dilecehkan oleh pasukan romawi hingga kota tersebut jatuh kepangkuan islam. Begitu kuatnya kaum muslim ketika mereka bersatu dan terhimpun pada satu kepemimpinan islam, khilafah ala min hajinubuwah. Waallahu’allam

Leave a Reply

Your email address will not be published.