Breaking News

New Normal, Rakyat Jadi Tumbal

Spread the love

Oleh : Ula Ma’rifatul Mukaromah, S.E. (Aktifis Muslimah Yogyakarta)

Muslimahtimes – Sampai saat ini dunia berjibaku dengan pandemi Corona. Sebuah wabah virus yang cukup mematikan, yang menyerang saluran pernapasan dan telah menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia. Meski kemungkinan untuk dapat sembuh dan pulih dari infeksi virus ini cukup besar, akan tetapi jumlah korban jiwa yang telah berjatuhan pun tak dapat diabaikan.

Perang melawan virus Corona masih terus dilakukan. Berbagai upaya yg saat ini dikerahkan demi menekan laju penyebaran. Upaya melakukan dari mulai karantina wilayah, isolasi bagi yang telah terinfeksi, penyelenggaraan test sebanyak mungkin hingga upaya menemukan vaksin pun terus dilakukan.

Sayangnya kita bisa saksikan dengan berlalunya waktu yang cukup panjang, dunia pun sepertinya ditimpa kelelahan dan kebingungan. Beban berat bagi dunia medis pun bisa kita saksikan, dampak sosial ekonomi hingga kejenuhan akibat diharuskan untuk berada di rumah dan meminimalkan aktivitas di luar, agaknya membuat dunia mau tak mau harus membuat terobosan kebijakan baru. Bagaimana dapat menjalani kehidupan ‘senormal mungkin’ meski wabah Corona belum hilang sepenuhnya.

Pemerintah seharusnya mengkaji kebijakan-kebijakan secara mendalam. Bukan sekedar euforia lewat pidato asal-asalan seperti pidato sang presiden yang mengajak berdamai dengan Corona pun seakan menjadi legitimasinya. Karena faktanya sungguh berbahaya jika kebijakan new normal diterapkan. Kita bisa lihat saat ini di Indonesia sendiri masih tinggi kasus dalam penularan dan penanganan wabah, ini sama saja menyerahkan rakyat sebagai tumbal.

Kita bisa lihat berbagai kritik kaum intelektual sampai masyarakat pun telah dilayangkan atas kebijakan new normal. Namun sepertinya pemerintah pun tak bergeming atau merespon kritikan tersebut. Berbagai persiapan pun tengah dilakukan dalam menyambut New normal ini. Pemerintah pun telah menerbitkan protokol baru melalui Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/335/2020 tentang Protokol Pencegahan Penularan Corona Virus Disease (COVID-19) di Tempat Kerja Sektor Jasa dan Perdagangan (Area Publik) dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha.

Kebijakan New Normal ini nyatanya menunjukkan sikap yang gegabah karena tidak disertai dengan upaya peningkatan penanganan wabah dari aspek kesehatan. Sungguh menggelikan saat pemerintah belum dapat mengendalikan wabah tetapi bersikeras menerapkan New Normal seperti di negara-negara maju yang telah lebih dulu berhasil atasi wabah. Maka, kebijakan pemerintah ini justru dapat menimbulkan masalah baru bukan malah menyelesaikan permasalahan yang ada.

Bagaimana tidak, New Normal yang kita harapkan dapat menyelamatkan ekonomi justru sangat membahayakan nyawa rakyatnya. Dengan semakin banyaknya orang yang beraktifitas di luar di saat laju penularan Corona masih begitu tinggi, tentu resiko penyebaran pun akan melonjak naik. Bisa jadi bukan ekonomi yang pulih tetapi gelombang pandemi kedua yang tengah mengintai di depan mata.

Di era kapitalisme saat ini memang kita ketahui pengambilan kebijakan yang lebih mengutamakan kapital, untung/rugi, sebagai pertimbangan dibanding kepentingan rakyat. Maka, tidak mengherankan jika demi menyelamatkan kapital para pemodal, keselamatan rakyat pun bisa menjadi tumbal.

Kita bisa bandingkan dengan bagaimana kepemimpinan Islam meriayah rakyatnya. Bukan hanya dalam kondisi wabah, pemimpin Islam akan memastikan setiap rakyat tercukupi segala kebutuhannya. Negara menjadi penjamin terpenuhinya kebutuhan akan pendidikan, kesehatan dan ketersediaan pangan. Kebijakan yang diambil oleh pemimpin Islam pun sejalan dengan aturan Islam yang diterapkannya.

Maka, dipastikan tidak akan ada kebijakan yang hanya menguntungkan negara lain tanpa pertimbangan yang matang dan rasional. Bahkan kebijakan untuk membuka kembali karantina yang sedang berlangsung tentu didasarkan pada telah terindikasi berhentinya wabah. Yaitu dengan melihat tidak ada lagi kasus infeksi baru serta dapat tertanganinya setiap yang terinfeksi dengan perawatan yang memadai sesuai prosedur kesehatan.

Setelah dipastikan suatu wabah benar-benar teratasi barulah perlahan kegiatan dapat dikembalikan ke kehidupan normal seperti sedia kala. Namun dengan pertimbangan yang jelas yaitu terjaminnya keselamatan rakyat. Sebab satu nyawa saja begitu dihargai dalam Islam.

“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).

Sungguh sangat berbeda sekali dengan sistem kapitalisme saat ini yang mana kita lihat nyawa rakyat dihargai begitu murah. Kita bisa saksikan ribuan nyawa yang telah melayang seakan dianggap biasa saja dan tidak menjadi peringatan keras untuk pemerintah atau muhasabah agar lebih serius dan intensif lagi dalam menangani wabah agar korban tak semakin bertambah.

Namun kenyataannya, yang dilakukan malah sebaliknya, justru akan lebih meningkatkan resiko jatuhnya korban dengan kebijakan New Normal. Sungguh hanya Islam yang dapat menjadi solusi segala permasalahan manusia yang sudah terbukti 1400 tahun mampu menyelesaikan masalah tidak terkecuali dengan adanya kasus pandemi Corona yang tengah menimpa saat ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published.