Breaking News

Nonton Film Porno Plus Edukasi Seks, Salah Arah?

Spread the love

Oleh: Punky Purboyowati
(Ibu rumah tangga, Peduli Generasi)

MuslimahTimes.com-Akhir-akhir ini publik dihebohkan dengan gaya pendidikan seks ala artis, yaitu menonton film porno yang didampingi orang tua. Menurut artis yang berinisial YS ini, ketika anak nonton film porno perlu didampingi agar tidak salah dalam menafsirkan suatu hal. Sebab tak mungkin akan melarang anak untuk menonton film dewasa. Pernyataan YS sontak mendapat reaksi dari Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto, yang menilai bahwa film porno buruk bagi anak-anak.

“Konten porno itu konten berbahaya. Dampak negatifnya serius bagi tumbuh kembang anak. Konten porno tak boleh ditonton oleh anak-anak meski diawasi atau ditemani. Menurutnya, konten porno tetap memiliki dampak buruk. Orang tua perlu berhati-hati dalam mendidik anak. Ia meminta orang tua tetap memperhatikan etika perlindungan anak”. (news.detik.com, 26/6/2021).

Konten Porno Merusak Generasi

Konten porno hingga kini masih beredar bebas di masyarakat. Meskipun negara sudah berupaya menghapus konten porno, namun tetap bermunculan walaupun sekadar kissing. Hal itu sengaja dilakukan ada yang demi uang atau ingin viral. Konten porno berasal dari budaya Barat yang bebas. Budaya Barat ini dapat diketahui melalui dunia maya seperti televisi, Facebook, Youtube, dan lain-lain. Sementara melalui dunia pendidikan diperkenalkan ilmu peradaban Barat yang modern.

Adapun film porno, termasuk dunia hiburan, banyak dijadikan bisnis yang menggiurkan terutama bagi Kapitalis yaitu para pemilik modal. Seperti memperkenalkan bentuk desain baju yang terbuka, gaya make up wanita, tak sedikit bagian aurat wanita dijadikan sebagai pemuas nafsu meraih keuntungan materi. Inilah budaya Barat yang sekuler (memisahkan agama dari kehidupan). Tak ada standar perbuatan hukum halal dan haram, yang ada hanyalah manfaat. Hakikatnya, para kapitalis menciptakan konten porno tidak lain targetnya adalah anak-anak muslim. Pada awalnya anak-anak merasa canggung dan risih dengan konten dewasa, namun lambat laun mereka jadi terbiasa menyukai dan mempraktikkannya. Hal ini jelas dapat merangsang naluri seksualnya.

Anak-anak tidak terpikirkan bahayanya. Sebab disadari atau tidak, dapat merusak pribadinya. Yang pasti akan jauh dari ketaatan pada Allah Swt. Menundukkan pandangan dan aurat, tak lagi dijaga. Akibat minimnya pemahaman tentang Islam serta minimnya pengawasan orang tua muncul masalah pada anak. Selain itu, akibat abainya fungsi negara dalam menjaga akidah, beban para pendidik menjadi bertambah berat. Sebab perkembangan otak anak didik menjadi terganggu, malas berpikir dan lemah dalam kreativitas. Otak menjadi tidak fokus, naluri pun menjadi galau. Alhasil konten porno hanyalah racun yang merusak otak.

Edukasi Seks Salah Arah

Di Luar Negeri (LN), rata-rata pendidikan seks diajarkan pada anak usia dini. Cara dan metode yang terapkan berbeda-beda. Mulai dari pemahaman tentang cinta, cara menunjukkan kasih sayang dan sebagainya. Seperti di Norwegia, usia anak 8-12 tahun menonton serial video edukasi tentang seks. Di Swedia, anak-anak SD menonton video alat reproduksi sebagai dasar untuk pendidikan seks di jenjang selanjutnya. Di India menerima pendidikan seks yang didesain oleh YP Foundation dan disebut-sebut sebagai pendidikan seks terbaik di dunia. Pendidikan tersebut meliputi beberapa isu, seperti kesetaraan gender dan keberagaman seksual. Sementara di Amerika mendapatkan materi tentang HIV dan informasi tentang kontrasepsi sebelum mereka melakukan hubungan seks untuk pertama kalinya. (www.popbela.com, 9/11/2021)

Gambaran pendidikan seks di LN tidak lepas dari paham sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan). Akibat agama tidak dijadikan tolok ukur dalam perbuatan, manusia tak mampu mengarahkan nalurinya dengan benar. Sebab edukasi seks yang ditanamkan sudah salah arah sejak awalnya. Alhasil ketika berada di luar, naluri tak mampu dibendung. Terjadinya pelecehan seksual, pemerkosaan, bullying, body shamming, mewarnai kehidupan sehari-hari. Pun dunia hiburan seperti film joke (humor) tak lepas dari konten dewasa.

Parahnya, para orang tua di LN tak takut dan khawatir melakukan seks dengan aman sebab ‘No worry, no pregnancy’. Apalagi negara memfasilitasi dengan alat kontrasepsi, maka semakin menambah rasa aman. Di lain pihak, edukasi seks didukung oleh program beberapa lembaga dunia, seperti UNICEF, WHO dan UNAIDS memiliki panduan dasar bagi orangtua dan pendidik untuk menjelaskan tentang seksualitas. Membantu melindungi diri dari kehamilan yang tidak diinginkan, HIV, dan infeksi menular seksual lainnya, mempromosikan nilai-nilai toleransi, saling menghormati hak asasi seperti L68T dan tanpa kekerasan dalam hubungan serta kemajuan menuju kesetaraan gender.

Edukasi Akidah Solusi Naluri Anak

Membahas edukasi seks, membahas pula naluri yang ada pada diri manusia. Sebab keberadaan naluri tak bisa ditutupi, dibohongi, apalagi dikebiri. Jika dalam sistem Kapitalis, sebuah naluri manusia dibebaskan, maka berbeda dengan sistem Islam. Islam sangat menjaga naluri manusia agar tidak berjalan sendiri alias dibiarkan begitu saja. Sebab hal ini terkait dengan hukum perbuatan manusia. Syariat Islam mengaturnya dengan sangat rinci.

Bukan berarti karena zaman sudah modern lalu hukum Islam ditinggalkan. Justru Islam sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan seks, baik berkenaan dengan teknologi boleh saja dipelajari namun berkenaan dengan akidah maka seorang muslim harus berhati-hati. Sebab bisa jadi pendidikan ala Barat akan menjerumuskan pada kehinaan. Seperti aktivitas yang membolehkan melihat aurat lawan jenis, bergaul dengan siapa saja tanpa didampingi mahram, berdua-duaan dan lain-lain.

Karenanya Islam memerintahkan seorang muslim menundukkan pandangan dan menutup aurat, melarang khalwat dan ikhtilat, mengharamkan zina dan liwath. Sebaliknya agar memenuhi naluri seksualnya dengan menikah dan senantiasa menghormati lawan jenis sebagai identitas. Cara Islam ini agar menjaga individu dari bahaya serta kehinaan di dunia dan akhirat. Juga meniscayakan masyarakat yang beradab dan bermartabat.

Dengan demikian, dalam diri anak akan tercipta suasana aman dan nyaman bergaul dengan siapa pun sebab perintah syariat telah dipahami dengan keimanan bahwa setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Namun suasana aman bisa terwujud dengan adanya peran negara selaku yang menerapkan aturan. Mengadopsi hukum Islam untuk mengatur pergaulan dengan sistem Islam. Mengawasi dan menyaring setiap media yang tidak bermanfaat bagi generasi.

Maka khusus para orang tua hendaknya tidak mudah terbawa arus globalisasi saat ini. Justru arus pergaulan yang semakin mengkhawatirkan saat ini mendorong orangtua untuk semakin kencang mendalami ajaran Islam dengan benar dan menyeluruh. Sebab edukasi Islam merupakan solusi bagi naluri anak. Dengan demikian, nalurinya dapat diarahkan dengan benar dan kuat menghadapi pergaulan di luar. Terlebih dalam meraih amal perbuatan yang diridai Allah Swt. Apalagi didukung oleh negara yang menerapkan ajaran Islam dalam bermasyarakat dan bernegara, niscaya melahirkan generasi yang bermartabat dan mulia. Wallahu a’lam bisshowab.