Breaking News

Pancasila Solusi Untuk Korea, Bagaimana dengan Papua?

Spread the love

Oleh : Ifa Mufida

(Pemerhati Masalah Sosial)

#MuslimahTimes — Dalam pidatonya di DMZ International Forum on the Peace Economy, Presiden RI Kelima Megawati Soekarnoputri menyatakan Pancasila dengan musyawarah dan mufakatnya menjadi jalan yang sebaiknya ditempuh dalam mendorong perdamaian Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) yang lebih baik.Berikut kata Megawati, “Musyawarah mufakat adalah suatu metode komunikasi politik yang membuka ruang dialog terbuka tanpa hasrat dominasi terhadap pihak lain. Tema-tema yang telah disepakati, lalu dibicarakan tidak dengan paradigma mayoritas dan minoritas” (www.beritasatu.com).

Di hadapan ratusan lebih peserta acara, Megawati menjelaskan musyawarah mufakat adalah prinsip demokrasi yang terkandung dalam Pancasila, ideologi bangsa dan dasar negara Indonesia. Lima prinsip yang menjadi penuntun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu; Ketuhanan Yang Maha Esa, nasionalisme, internasionalisme, demokrasi, dan keadilan sosial.

Metode demokrasi yang ada di dalam Pancasila adalah musyawarah dan mufakat. Dan itu membuka dialog terbuka tanpa dominasi. Metode itu mendorong pencapaian satu kesepakatan, yang di dalam kesepakatan itu terpatrikan keputusan politik tindakan afirmasi negara kepada rakyat. “Terutama bagi kelompok yang termarginalkan akibat sistem politik yang ada. Bukan suatu hal yang mudah untuk dijalankan, tetapi bukan berarti tidak mungkin,” ujar Megawati ” (www.beritasatu.com).

Kita ketahui bahwa Korea Utara  dan Korea Selatan sudah mengalami konflik lebih dari 70 tahun. Jika kita kembali ke sejarah awal mula pecahnya kore aadalah pasca perang dunia ke-2. Kedua pihak yang bercampur tangan langsung kala itu adalah Amerika dan Uni Soviet yang membuat kebijakan untuk membagi Korea menjadi dua bagian. Mungkin untuk memudahkan pembagian wilayah yang diperebutkan. Ideologi yang mewarnai dua bagian korea ini pun berbeda. Jika Korea Selatan lebih cenderaung ke ideologi kapitalisme-sekuler yang diemban Amerika, maka Korea Utara sebaliknya lebih condong kepada ideologi sosialis-komunisme yang diemban oleh Uni Soviet.

Dari kasus di Korea jika kita mau menelisik lebih dalam sejatinya akar permasalahan konflik di sana adalah karena adanya perbedaan ideologi yang menaungi keduanya. Ideologi ini pula yang akhirnya mempengaruhi corak kehidupan berbangsa di keduanya. Kita ketahui, jika korea selatan yang dipengaruhi oleh ideologi kapitalisme-sekuler telah melahirkan masyarakat yang serba bebas dan hedonis. Kita bisa lihat bagaimana kehidupan para artis dan kebanyak masyarakat di sana. Bagaimana entertainment di Korea Selatan yang terkenal di berbagai media utama seperti K-Pop, K-Drama, belum lagi soal boy/girl band yang menjamur di sana. Perilaku di sana cenderung meniru kehidupan sosial serta gemerlap yang biasa kita temukan di Amerika.

Berbeda dengan korea utara yang mereka lebih fokus memajukan segi kemiliteran di atas faktor lainnya. Sebagaimana Kim Jong Un tengah merancang berbagai teknik dan peralatan perang yang canggih untuk melumpuhkan lawan dengan akurat dan efisien. Kini Korea Utara sedang getol-getolnya mengembangkan teknologi nuklir untuk kemudian dijadikan senjata. Di sisi lain, masyarakat di Korea Utara sudah dikenal sebagai negara yang serba tertutup. Para turis yang ingin mengunjungi Korea Utara juga harus mengikuti program dan peraturan yang ketat. Semua kehidupan diatur oleh pemerintah. Kita bisa lihat kalau di sana memang lebih condong menampilkan corak kehidupan sosialis komunisme.

Pertanyaannya, mampukah pancasila akan menjadi solusi terhadap konflik di sana? Padahal jika kita lihat saat ini justru di Indonesia sedang mengalami ancaman disintegrasi bangsa. Gejolak papua misalnya, saat ini telah menjadi ancaman terbesar kesatuan negeri karena jika kita lihat mendalam bahwa mereka menuntut untuk merdeka, menuntut terlepas dari Indonesia. Bahkan mereka sudah berani mengibarkan bendera bintang kejora di berbagai moment aksi mereka. Tuntutan mereka satu yakni untuk menentukan nasib sendiri di bawah Papua merdeka.

Gejolak Papua pun tak terlepas dari pengaruh kapitalisme global. Inti dari seluruh aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa Papua ialah terkait Peringatan Perjanjian New York. Perjanjian tersebut berisi penyerahan Papua bagian barat dari Belanda melalui United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA). Namun faktanya, perjanjian tersebut tak ubahnya bentuk penjajahan kapitalistik yang dilancarkan Amerika Serikat. Sebab jika papua tak lagi menjadi bagian negeri Indonesia maka para negara kapitalisme global akan sangat mudah menguasai kekayaan alam yang ada di tanah papua.

Seharusnya kita belajar di sini. Pancasila yang “dikatakan” sebagai ideologi bangsa nyatanya tidak bisa menjadi ideologi yang menyatukan negeri ini. Secara fakta justru negeri ini selalu condong ke salah satu ideologi yang ada di dunia, entah kapitalisme ataukah sosialis-komunisme. Selama Indonesia merdeka, yang dominan adalah ideologi kapitalisme. Fakta yang nyata bagaimana efek dari kapitalisme di Indonesia telah menjadikan ketimpangan yang luarbiasa. Yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin. Sumber daya alam hanya dikuasai oleh segelintir orang saja, bahkan banyak yang dijual ke luar negeri. Papua, adalah potretnya yang terjadi ketika Indonesia di bawah kapitalisme.

Pernah di zaman Presiden Soekarno, Indonesia condong ke blokTimur (sosialis-komunis) dan ternyata ideologi ini sangat tidak bisa diterima di bumi nusantara ini. Karena ideologi ini jelas menafikkan adanya agama, sedang di Indonesia masih sangat kental dengan ruh kehidupan beragama. Hingga akhirnya ideologi komunisme dinyatakan terlarang dan bertentangan dengan UUD 1945. Meski hingga sampai detik ini pejuang komunis nampaknya tak pernah berhenti untuk memperjuangkan ideologinya. Terlebih pemerintah saat ini yang berkuasa terlihat sangat dekat dengan china yang mengemban ideologi sosialis-komunisme.

Nampak di sini bahwa pancasila yang dikatakan arah pandang negeri ini, yang dikatakan dasar negara ternyata selama ini tidak bisa berdiri sendiri. Selalu ada ideologi yang berada di baliknya. Musyawarah mufakat yang dikatakan sebagai prinsip demokrasi yang ada di dalam pancasila juga tidak bisa menjaga keutuhan negeri ini. Terbukti Timor Timur telah lebih dulu merdeka dari Indonesia. Dan sekarang ancaman disitegrasi bangsa datang di beberapa wilayah, sebut saja papua dan aceh. Jika Indonesia tidak segera menetapkan arah pandang negeri ini maka ada kemungkinan ancaman disintegrasi bangsa tidak bisa dihindarkan lagi,

Sebagaimana pengertian ideologi oleh beberapa ahli antara lain menurut Francis Bacon, pengertian ideologi adalah sintesa pemikiran mendasar dari suatu konsep hidup. Hampir sama, menurut Drs. Moerdiono, ideologi adalah a system of ideas yang akan mensistematisasikan seluruh pemikiran mengenai kehidupan ini dan melengkapinya dengan sarana serta kebijakan dan strategi dengan tujuan menyesuaikan keadaan nyata dengan nilai-nilai yang terkandung dalam filsafat yang menjadi induknya. Jika diamati secara mendalam di seluruh dunia, maka akan didapati ada tiga ideologi besar yaitu kapitalisme, sosialisme termasuk komunisme, dan Islam.

Terbukti negara yang mengemban ideologi inilah yang akhirnya bisa  menjadinegeri adidaya contohnya amerika yang mengemban kapitalisme, Cina yang mengemban sosialis-komunisme dan khilafah Islam yang mengemban ideologi Islam. Meski saat  Islam tidak ada di dunia karena sudah dihancurkan sejak keruntuhan kekhilafahan Turki Utsmani,  namun sejarah telah menunjukkan secara gamblang bagaimana khilafah telah menaungi hampir dua pertiga wilayah dunia selama berabad-abad. Khilafah pun mengalami kemunduran ketika dia mulai memasukkan hukum selain hukum dari Islam dan akibat serangan demi serangan dari musuh-musuh Islam untuk menghancurkannya.

Saat ini di dunia, hanya dua ideologi yang diemban oleh negara-nagara bangsa. Sosialis komunisme dikatakan sudah gagal dengan runtuhnya uni soviet, meski saat ini ada beberapa negara yang masih mengembannya. Namun mereka tidak mengemban secara murni, tetapi dengan dikombinasi dengan ideologi kapitalisme. Sedang kapitalisme sendiri jika kita lihat, belum juga genap 100 tahun, tetap iideologi ini telah menampakkan kerusakan demi kerusakannya. Kerusakan tataran sosial, ketimpangan ekonomi, bahkan ada beberapa negara diambang kehancuran karena mengalami kebangkrutan akibat sistem ribawi.

Maka, pancasila tidaklah patut jika hanya dipakai sebagai jargon negeri ini. Jika faktanya justru ada ideologi lain di belakangnya. Akankah Indonesia akan tetap mencondongkan kepada kapitalisme dan sosialisme yang nyata rusak. Sebab ideologi ini bukan berasa ldari Tuhan Semesta alam. Setiap ideologi buatan manusia nyata tidak akan bisa mensejahterakan manusia. Islam adalah cara pandang yang berasal dari aqidah Islam dan memancarkan seperangkat aturan yang berasal dari Tuhan semesta Alam. Ideologi yang berasal dari Tuhan pencipta manusialah yang sejatinya “pasti” kebenaranannya. Selain itu, hanya dengan ideologi yang benar maka setiap permasalahan juga akan bisa terselesaikan.

Islam sebagai ideologi dengan konsep politik ekonominya satu-satunya yang akan bisa menyatukan negeri di seluruh dunia, yang saat ini terpisah oleh negeri bangsa buatan kapitalisme global. Melihat realita kerusakan yang terjadi saat ini sudah sepatutnya kita bersegera kembali kepada ideologi yang benar yakni ideologi Islam. Hanya Ideologi Islam saja yang akan menjadi problem solver atas setiap permasalah manusia, Insya Allah.

Leave a Reply

Your email address will not be published.