Breaking News

Papua Berduka, Negara Tak Berdaya

Spread the love

Oleh : Trisnawaty A

(Aktivis Dakwah dan Revowriter, Makassar)

 

#MuslimahTimes — Innalillahi wainnaa ilaihi rojiun. Mendung bukan pertanda akan turun hujan tapi karena asap si jago merah. Akibat  ulah manusia yang tak bertanggungjawab. Kobaran api telah melahap 80 kendaraan roda empat, 30 kendaraan roda dua, 150 rumah dan pertokoan, serta 5 perkantoran hangus terbakar. Bumi Indonesia bagian timur mencekam. Dikabarkan hingga Rabu (25/9/2019), total korban meninggal dunia akibat kerusuhan Wamena, Papua tercatat menjadi 32 orang. Ada 75 orang yang mengalami luka-luka. Dunia Kesehatan Papua pun berduka.

Salah satu dokter yang selama lima tahun terakhir bertugas di Kabupaten Tolikara, Papua, menjadi salah satu korban tewas kerusuhan Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Namanya dr Soeko Marsetiyo (53 tahun). Dia berprofesi sebagai dokter umum yang bersedia meninggalkan keluarganya di Yogyakarta untuk melayani masyarakat di pedalaman Papua (tribunnews.com).  Disisi lain seperti dilansir KOMPAS.com, warga panik karena kehilangan anggota keluarga. Ribuan warga di Kota Wamena, kabupaten Jayawijaya, Papua mengungsi di Markas Polres dan Kodim Jayawajiya.  Mereka juga telah kehilangan rumah akibat dibakar massa.

 

Negara Tak Berdaya

Problem Papua adalah problem krusial (genting). Dibalik berderetnya problem kemiskinan, ketidakadilan, hingga ancaman disintegrasi.  Menanggapi kerusuhan di Papua, Staf Kepresidenan Moeldoko menyampaikan, ‘Presiden Joko Widodo sudah memanggil panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri jenderal (Pol) Tito karnavian. Presiden memberi intruksi pada panglima dan kapolri agar aparat bertindak proporsional dan profesional dalam menangani kerusuhan di Wamena. Menurutnya, Presiden jokowi meminta agar semua aparat menahan diri. Karena ini sangat berkaitan dengan apa yang terjadi di sidang PBB. Jadi jangan kita memunculkan situasi yang tidak bagus. Lanjut Moeldoko (KOMPAS.com).

Sebelumya, pada hari Senin (2/9) di Kantor staf Presiden, Kompleks istana Kepresidenan Jakarta, Moeldoko mengatakan pemerintah Indonesia ingin mendapat dukungan dari Amerika Serikat (AS) untuk menangani gejolak yang terjadi di Papua dan Papua Barat. Dia mmengklaim AS sudah sepakat membantu Indonesia mempertahankan Papua. Mantan panglima TNI itu berharap dukungan yang diberikan AS ini tak hanya bersifat diplomatik, tetapi juga dalam hal menjaga situasi keamanan. Memberikan dukungan penuh kepada Indonesia dalam mempertahankan Papua. Hal ini karena Amerika memiliki kegiatan di papua. Dalam kesempatan lain, Menkopolhukam Wiranto justru membantah pemerintah Indonesia meminta bantuan Amerika Serikat terkait persoalan Papua. Terlepas dari perbedaan kedua pejabat tinggi negara itu. Sejatinya meminta bantuan Amerika serikat untuk menyelesaikan persoalan Papua adalah bunuh diri politik. Dan menunjukkan negara tak berdaya.

 

Islam Punya solusi

Adanya kepentingan asing dalam kasus Papua tak bisa dinafikan bahkan harus diwaspadai. Dapat diapstikan negara-negara imperealis tidak akan membiarkan Indonesia menjadi negara yang utuh dan kuat. Negara-negara imperialis ini akan selalu melakukan konspirasi untuk kepentingan ekonomi dan politik.   Rand Corporation, lembaga kajian strategis yang sering memberikan rekomendasi kepada Kemenhan AS, pada tahun 1998, bahwa Indonesia harus dibagi dalam delapan wilayah. Salah satu prioritas adalah memerdekan Papua. Hal itu diungkap oleh Hendrajit dkk dalam buku Tangan-Tangan Amerika (Operasi Siluman AS di Pelbagai Belahan Dunia), terbitan Global Future Institute pada 2010. (Media Umat, Edisi 6-19 September 2019).

Belajar dari kasus Tim Tim  senjata ampuh yang digunakan dalam proses disintegrasi, adalah demokrasi. Nilai penting demokrasi dengan  menentukan nasib sendiri. Yang sejatinya Sejatinya  akan memperlemah Papua. Membuka kerang seluas-luasnya bagi negara imperialis. Memangsa kekayaan alam dan sumber daya negeri Papua. Selain itu, mulusnya upaya pemisahan Papua tidak bisa dilepaskan dari kegagalan rezim liberal mensejahterakan rakyat Papua. Ditengah kekayaan alam yang luar biasa. Pangkalnya penerapan demokrasi kapitalisme. Sistem demokrasi telah memuluskan berbagai UU liberal mengesahkan perusahaan asing seperti Freeport untuk merampok kekayaan alam Papua. Tidak ada jalan lain untuk keluar dari persoalan ini kecuali mencampakkan demokrasi kapitalisme. Menerapkan syariah islam dalam naungan khilafah. Syariah islam akan menjaga keamanan dan menjamin kesejahteraan seluruh rakyat tanpa melihat suku, warna kulit, bangsa maupun agama.  Syariah islam akan menghentikan imperialisme Amerika, Inggris, Australia dan Barat. Menutup celah bagi negara imperialis  memecah dan menguasai negeri ini.

Allah swt berfirman, “Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada kaum kafir untuk menguasai kaum mukmin “ (TQS an-Nisa [4]:141). Wallahu ‘allam

Leave a Reply

Your email address will not be published.