Breaking News

Pemakzulan Trump dan Restrukturisasi Umat Islam

Spread the love

Oleh: Iranti Mantasari, BA.IR, M.Si

Alumni Kajian Timur Tengah dan Islam UI

MuslimahTimes.com – Dunia internasional di awal 2021 ini digemparkan dengan isu kerusuhan yang terjadi di negeri punggawa demokrasi, Amerika. Kerusuhan ini alhasil menjadi ‘akhir’ bagi kekuasaan Trump yang secara demokratis telah kalah di ajang pemilihan presiden AS melawan Joe Biden. Beberapa nyawa pun harus menjadi korban dari kerusuhan yang dipicu oleh pendukung fanatik Trump yang tak terima hasil kekalahan junjungannya. (Kompas 08/01/21)

Trump yang juga turut andil membakar semangat para pendukungnya sesaat sebelum demonstrasi terjadi menjadi pelatuk dan ‘lampu hijau’ bagi senat AS untuk memakzulkannya untuk yang kedua kalinya, fenomena pertama yang terjadi dalam sejarah pemerintahan AS. (Deutsche Welle, 11/01/2021) Pada agenda impeachment atau pemakzulan kedua ini, baik dari Partai Demokrat maupun Partai Republik bersatu dalam pemungutan suara dan mayoritas menghendaki Trump untuk dimakzulkan dari singgasananyan.

Di tengah pandemi global yang belum tampak ujungnya, AS tidaklah jauh berbeda dengan negara-negara lain yang menjadi pengikutnya dalam perpolitikan internasional. Ia sejatinya sakit dan sangat rapuh, karena sistem sekuler-liberal yang dianutnya memang meniscayakan demikian. Kekisruhan yang terjadi di dalam negeri AS sendiri menunjukkan ketidaksatuan hati dan pemikiran rakyatnya, yang sangat mudah untuk tercerai-berai. Hal seperti ini bukanlah disebabkan karena level demokrasi di AS sedang mengalami penurunan, tapi tabiat demokrasi memang memungkinkan hal seperti ini terjadi. AS pada akhirnya termakan oleh jargon “Freedom of Expression”nya sendiri yang menjadi salah satu pilar penting penopang demokrasi liberalnya.

Sebagai insan yang beriman, tentu tidak sedikit pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa kerusuhan di jantung demokrasi ini. Salah satunya adalah bahwa AS, sebagai punggawa demokrasi pun sangat mudah untuk “dihancurkan” dari dalam tubuhnya sendiri bila Allah swt. berkehendak. AS yang selama ini sudah terbukti secara nyata dan jelas adalah satu di antara banyak dalang politik bengis ala sekularisme terhadap Islam dan kaum muslimin pun memiliki masa ‘expire’ atau kadaluarsa yang suatu ketika akan sampai pada ajalnya.

Kondisi yang demikian ini tentu saja merupakan kesempatan emas bagi Islam, sebagai ideologi dan sistem kehidupan sempurna yang disyariatkan oleh Allah untuk memimpin peradaban dunia. Peradaban yang disebut oleh banyak pakar ibarat bandul yang akan dapat kembali pada titik jayanya di suatu masa, seperti yang pernah dijalani Islam di masa lampau. Meski demikian, mewujudkan peradaban Islam yang agung ini bukanlah perkara remeh-temeh. Ikhtiar untuk memunculkannya kembali menuntut para pengembannya untuk melakukan pembenahan di banyak sisi terlebih dulu.

Salah satu hal yang pertama dan utama untuk dilakukan adalah dengan restrukturisasi umat. Hari ini, umat Muhammad bak buih di lautan. Jumlahnya banyak, tapi tak memiliki kekuatan dan posisi tawar yang patut diperhitungkan pihak lain. Umat juga saat ini belum memiliki fokus yang sama, masih banyak yang terpecah fokus pandangannya pada hal yang sifatnya tidak esensial. Penting bagi kita untuk menghimpun kekuatan dan pandangan umat ini pada satu tujuan dan cita-cita yang besar, sehingga langkah yang tergerak akan selaras, dan tantangan yang terhampar akan dapat dilewati.

Pertama, pandangan umat harus bergeser dari yang semula hanya fokus pada masalah dalam negeri berkerangkakan nasionalisme menuju pandangan pada masalah keumatan yang lebih luas dengan kerangka pandangan bahwa umat Islam adalah “ummatan wahidatan” atau umat yang satu sebagaimana yang disematkan Kitabullah padanya.

Berikutnya, umat juga harus memahami bahwa seluruh masalah yang menimpa dunia Islam dan kaum muslimin hari ini merupakan masalah yang membutuhkan solusi syar’i yang terintegrasi dari puncak hingga ke dasarnya. Bukan dengan pandangan bahwa segenap problematika yang ada ini hanyalah berbagai masalah yang berdiri sendiri.

Ketiga, umat yang mengupayakan terwujudnya kembali peradaban Islam ini harus memiliki kesadaran politik yang benar, yang memahami siapa lawan yang harus ‘dipukul’ dan siapa kawan yang harus dirangkul, yang jernih pengelihatannya dalam melihat masalah yang nyata dan paham solusi riilnya, serta yang memiliki peta jalan juang yang lurus.

Bila ketiga hal tersebut sudah terstruktur kembali dengan baik di tengah umat, maka sungguh bukan hanya Trump yang mampu dilengserkan, tetapi AS dan segenap antek serta kaki tangannya di belahan bumi manapun akan mampu dikalahkan oleh tentara-tentara Allah yang ikhlas berjuang, digantikan dengan terbitnya kembali fajar peradaban Islam yang agung yang akan menjadi kabar bahagia bagi seluruh manusia.

Wallahu a’lam bisshawwab.