Breaking News

Pentingnya Melek Politik

Spread the love

Oleh : Mariyam Sundari

Muslimahtimes.com – Buta yang terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak berbicara dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik.
Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, harga sepatu dan obat semua tergantung pada keputusan politik.

Orang buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik.
Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir semua pelacur, anak terlantar dan pencuri terburuk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional. “(Bertolt Bracht, penyair Jerman) [Sumber : dakwatuna.com, 27/01/2014]

Benar sekali apa yang dikatakan oleh Bertolt Bracht, penyair Jerman tersebut. Di sinilah pentingnya melek politik, karena kita sebagai manusia yang hidup di muka bumi ini, tidak bisa lepas dari yang namanya politik, mulai dari urusan kamar mandiul, dapur, sampai urusan negara.

Filsuf Yunani yaitu Socrates dan Aristoteles pun pernah menyatakan bahwa manusia adalah zoon politicon artinya manusia adalah makhluk yang berpolitik. Apa yang dikatakan Socrates dan juga Aristoteles itu memang tidaklah berlebihan, dengan segenap potensi hidupnya manusia mampu untuk mengatur dan mengurusi dirinya, komunitasnya dan lingkungannya.

Di sinilah pentingnya pula memahami makna politik baik secara bahasa maupun secara istilah dan tentunya pula menurut Islam sehingga kita memiliki kepahaman yang komprehensif perihal politik tersebut dan kita pun semakin melek politik.

//Pengertian Politik//

Politik secara bahasa merupakan hasil serapan dari bahasa Inggris, yaitu politic, kata padanan lainnya policy. Dalam bahasa Arab diistilahkan dengan kata siyasah. Realitas (fakta) yang dimaksud, dalam bahasa Inggris politic artinya mengatur, dalam bahasa Arab, siyasah berasal dari kata sasa-yasasu-siyasatan artinya mengurus, dalam bahasa Indonesia kata yang sejalan dengan makna politik adalah urus, mengurus.
Jadi, fakta politik menurut bahasa adalah mengatur atau mengurus.

Sedangkan politik secara istilah, menurut Prof. Dr. Miriam Budiardjo, dalam bukunya ‘Pengantar Ilmu Politik’, istilah politik adalah berbagai kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Apa saja kegiatan dalam sistem politik, dimulai dari pengambilan keputusan (decision making) oleh organisasi negara (state) melalui pemerintah (government). Mengenai apakah yang menjadi tujuan politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih. Untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan umum yang menyangkut pengaturan dan pembagian atau alokasi dari sumber-sumber dan pengaturan sumber daya yang ada.

Politik secara istilah menurut Al-‘Allamah asy-Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani Rahimahullah (Syaikhul Azhar dan Pendiri serta Amir Hizbut Tahrir pertama) dalam bukunya ‘An-Nizhamu Hukmi fill Islam’. Beliau menjelaskan pengaturan politik (Siyasah) adalah pengaturan urusan masyarakat (rakyat, publik, umat, bangsa), baik di dalam maupun di luar negeri dengan hukum-hukum tertentu dan dilakukan secara praktis oleh penguasa atau pemerintah dan dikontrol, diawasi oleh masyarakat atau umat.
Jadi kesimpulannya, fakta pengertian politik secara istilah (terminologi) adalah pemeliharaan atau pengaturan urusan umat baik di dalam maupun di luar negeri. Proses aktivitas dilakukan oleh negara secara praktis dengan mengambil keputusan untuk menjalankan aturan atau cita-cita tertentu bersama umat.

//Pentingnya Politik//

Politik memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Politik adalah fitrah kemanusiaan, karena manusia itu adalah makhluk yang berpolitik (zoon politicon). Artinya secara alamiah manusia mustahil hidup dengan baik tanpa melakukan pengaturan atau pengurusan ataupun pemeliharaan kehidupannya baik yang menyangkut nalurinya (gharizah) dan kebutuhan pokoknya (hajatul ‘udhwiyah) mulai dari urusan pribadi, keluarga, masyarakat hingga urusan negara.

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, karena itu manusia membutuhkan manusia yang lainnya dalam melangsungkan kehidupannya di muka bumi.
Namun, tidak sedikit di antara kita yang bahkan tidak memahami karakteristik dasar yang sejatinya dimiliki setiap manusia sebagai makhluk yang berpolitik tersebut. Manusia kekinian seolah kehilangan jati dirinya setelah abai dengan urusan dan aturan yang melingkupi hidupnya.

Kenyataannya, kita cenderung apatis dan skeptis dalam memandang politik dengan anggapan politik itu adalah sesuatu yang amat berat dan sangat memusingkan kepala.
Kita pun cenderung pula apolitis dalam menyikapi setiap persoalan hajat hidup orang banyak atau masyarakat, karena sudah terlanjur alergi berat atau fobia akut memperbincangkan soal pengurusan dan pengaturan tersebut.

Bahkan parahnya kita pun menganggap politik itu kotor dan najis sehingga kita memiliki persepsi yang salah terhadap politik dan berasumsi bila politik dicampur dengan agama atau sebaliknya hanya merusak agama dan membawa petaka bagi umat manusia. Itu semua dikarenakan persepsi yang salah kaprah dalam memaknai politik hingga beranggapan politik itu kotor dan najis, sedangkan agama itu adalah suci, sehingga semakin parah dengan berupaya keras memisahkan agama dari politik dan politik dari agama. Ini akibat dari terkooptasi oleh paham kufur sekularisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan dan berujung pemisahan agama dari negara.

Inilah realitas politik dan pengertian politik yang hakiki. Politik itu aktivitas yang bertujuan mengatur urusan umat, penguasa dan rakyat sebagai pemain utama. Adapun perbedaan yang sering terjadi adalah soal konsep politik sehingga ada penguasa yang tidak adil dan ada penguasa yang adil. Karena pengurusan yang dilakukan kepada rakyatnya berbeda satu sama lain.

Masyarakat sendiri adalah kumpulan individu yang memiliki pemikiran, perasaan dan aturan tertentu sehingga mereka mampu memenuhi kebutuhan dan tujuan keberadaannya. Untuk itu harus ada yang memimpin dan yang dipimpin serta harus ada proses pengaturan. Inilah politik, kita bisa melihat di masyarakat manapun dalam tingkat peradaban apapun, pengaturan ini pasti terjadi. Ini semata-mata masyarakat ingin hidup teratur.
Wallahu’allam bishowab.