Breaking News

PHK Massal, Nasib Rakyat Tersengal

Spread the love

 

Oleh. Gayuh Rahayu Utami

(Pegiat Literasi Kota Malang) 

MuslimahTimes.com – Kondisi ekonomi di negeri ini semakin memburuk dengan adanya resesi yang sebenarnya sudah terjadi sejak pandemi Covid-19 bulan Maret tahun 2020 lalu. Sebagaimana perang Rusia-Ukraina yang telah menghantam industri Tekstil dan Produk tekstil (TPT). Kondisi tersebut telah melemahkan permintaan ekspor dan membuat para pelaku industri TPT terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sebanyak 64.000 lebih pekerja yang berasal 124 perusahaan (Investor.id, 2 November 2022). Krisis ekonomi global sudah tidak bisa dihindari.

Kasus ini menghantam sebagian besar wilayah Jawa Barat yang terkena langsung dampak dari sistem perekonomian yang kian karut-marut hari ini. Peristiwa pemutusan hubungan kerja (PHK) melanda negeri yang menerapkan sistem ekonomi kapitalisme bahkan kondisinya malah jauh lebih buruk belakangan ini ketimbang pandemi Covid-19 yang semakin menunjukkan betapa bobroknya tatanan perekonomian hari ini yang berasal dari ideologi kapitalisme.

Akibat terjadi PHK massal dipastikan angka kriminalitas meningkat dan menjadi momok bagi masyarakat karena lapangan pekerjaan semakin sempit di negeri yang kaya sumber daya alam ini. Pola hidup bermasyarakat merosot dan individualis makin menjadi di era sistem kapitalisme. Jurang antara orang kaya dan orang miskin semakin lebar. Menjadi bom waktu kegelapan kapitalisme yang sejatinya sudah ambruk sejak lama. Nasib rakyat memprihatinkan dan semakin sulit untuk memenuhi biaya hidup yang hingga kini harga-harga kebutuhan pokok melambung bak roket meluncur ke langit.

Dalam genggaman sistem kapitalisme membuat kita ironis terhadap tenaga kerja asing. Sebagai contoh adalah TKA asal Cina. Mereka di sini mendapatkan pekerjaan, baik buruh kasar maupun berada di posisi manajer perusahaan. Sedangkan rakyat pribumi dihantui oleh kejadian yang memilukan yang tentunya berimbas kepada tatanan kehidupan publik dan tatanan keluarga. Dengan kata lain untuk meraih kesejahteraan di era kapitalisme sejatinya adalah omong kosong belaka. Justru yang sejahtera adalah pemilik modal sedangkan rakyat menelan pil pahit akibat sistem yang tidak manusiawi.

Sungguh penguasa hari ini terlihat seperti penguasa yang oligarki. Oligarki yaitu pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu. Merupakan bentuk kemerosotan dari pemerintahan aristokrasi, pemerintahan yang dipimpin cerdik pandai, menjadi dipimpin segolongan kecil yang memerintah demi kepentingan golongan itu sendiri. Jadi, lebih disetir oleh segelintir orang untuk memuluskan kepentingan pribadi yang tidak lain adalah para korporat sedangkan rakyat hidup melarat.

Resesi dalam sistem ekonomi kapitalisme sangat bisa diprediksi. Bisa cepat bisa lambat terjadinya karena mata uang yang digunakan adalah uang kertas di mana mata uang ini memang rawan terjadi inflasi. Sangat berbeda jauh ketika Islam diterapkan secara sempurna. Pertama negara memberikan lapangan pekerjaan seluas-luasnya terutama kepada laki-laki yang berperan sebagai pencari nafkah bagi keluarganya. Memberikan pekerjaan yang layak hingga negara memastikan tidak ada satu pun laki-laki yang menganggur dan diberi upah sesuai keahliannya. Kaum perempuan pun tidak dibebani untuk bekerja di luar rumah oleh negara sehingga bisa dengan maksimal menjalankan perannya sebagai pengatur rumah tangga.

Memang, hukum perempuan bagi muslimah adalah mubah atau boleh dalam pandangan Islam. Pada saat Islam diterapkan secara seutuhnya, perempuan benar-benar bekerja sebagai pilihan yang tidak dipaksakan hingga tidak meninggalkan kewajibannya untuk mendidik anak. Maka, sudah saatnya untuk mengatasi persoalan ini adalah kembali ke sistem ekonomi Islam yang terbukti menyejahterakan rakyat hingga 14 abad. Hasil sumber daya alam diberikan kepada rakyat berupa kesehatan, pendidikan, dan fasilitas publik yang bersifat gratis dan berkualitas. Jadi, laki-laki sebagai pejuang nafkah lebih konsentrasi menjalankan kewajibannya dan tidak tersita waktunya bekerja di luar seperti yang terjadi pada sistem hari ini. Anak pun mendapatkan pengasuhan dan pendidikan yang baik.

Peran ayah bisa optimal hanya dengan penerapan Islam secara sempurna yang insyaa Allah tidak lama lagi kehadirannya. Hidup dalam naungan Islam menjadi kerinduan tersendiri bagi kaum yang memikirkan dan berjuang untuk menegakkan kembali walau rintangan mengadang para pengembannya. Janji Allah suatu kepastian dan tidak ada keraguan di dalamnya.