Breaking News

Resensi Buku “The Power of Istri”

Spread the love

Judul Buku : The Power of Istri

Penulis : Annisa Hana, Rofi’ Maryam, Aida Muhaddatsa
Penyunting : Iwan Januar
Penerbit : Al AzharFreshzone Publishing
Cetakan : Agustus 2017
Tebal Buku : 140 halaman
Ukuran Buku : 13,5 x 20,5 cm
Peresensi: Laila Thamrin

Muslimahtimes – Buku ini berkisah tentang bagaimana seorang istri dengan “the power” atau kekuatannya mampu menjalani rumah tangganya dengan baik. Ada tiga bagian yang dituliskan oleh masing-masing penulisnya. Yang secara umum mereka menggambarkan begitu variatifnya persoalan yang dihadapi masing-masing rumah tangga. Ibarat sebuah kapal, di saat berlayar tentu terkadang akan diterpa gelombang. Terkadang hanya riak kecil gelombang. Namun, adakalanya gelombang besar menghadang. Disini lah “the power” atau kekuatan seorang istri diuji agar bisa menjadi penyeimbang para suami yang berperan sebagai nakhoda di kapal ini.

Buku ini menyajikan banyak pelajaran berharga bagi seorang muslimah yang telah menyandang status sebagai istri. Saat rumah tangga mulai dibina, bahagia dan romantisme pasangan pengantin baru pastilah seru. Namun, seiring waktu biasanya keromantisan dan keseruan ini mulai pudar. Tak ada lagi sapaan sayang, rayuan gombal, apalagi kecupan mesra. Hambar. Nah, mulailah benih ketidaknyamanan bertumbuh.

Ada yang suaminya ternyata temperamental sehingga tak bisa ada salah paham sedikit saja, pukulan akan melayang ke tubuh istrinya. Tak hanya sekali terjadi, tetapi terus berulang. Sehingga terkadang istri menginginkan perceraian. Namun, ada pula yang tetap bersabar untuk tetap bersama suaminya, sebab dia tetap ingin mendapatkan pahala di sisi Rabbnya. Dia rela menahan luka dengan takwa.

Ada lagi kasus seorang istri yang jarang mendapatkan nafkah batin dari suaminya, padahal suaminya seorang dai. Tapi ternyata, bukan keluh kesah apalagi tak melayani suami yang dia lakukan. Justru disaat itu, si istri ini terus bersabar untuk menanti kasih sayang suaminya. Dia berupaya terus merangkai romantisme bersama suaminya, sembari menutupi semua aib diantara mereka.

Di kisah yang lain ada kasus pernikahan jarak jauh, dimana suami dan istri tak satu atap karena berbagai sebab. Long Distance Relationship (LDR) istilahnya ya. Kesabaran istrinya menunggu datangnya suami dan kekuatan dirinya menjaga kepercayaan suaminya, ternyata menbuahkan kebahagiaan yang indah.

Di bagian lain, ternyata ada lagi kisah ketika suami justru over protektif kepada istrinya. Istrinya tak boleh keluar rumah, kecuali jika bersama suaminya. Terlihat seperti pengekangan kepada sang istri. Namun, dalam buku ini diberikan solusi yang bisa ditempuh para istri dengan kondisi seperti ini. Sehingga semua kewajibannya sebagai istri dan ibu tetap terlaksana dengan baik dan sempurna.

Lalu bagaimana jika istri harus dihadapkan pada suami yang sedang sakit? Atau suami yang ternyata tidak bekerja karena satu dan lain hal? Atau suami yang sangat buruk akhlaknya sehingga istri harus menanggung akibatnya? Atau suami yang tak mendukung dakwah istri atau tak satu perahu dengan istri dalam dakwah? Atau bahkan ada suami yang suka lalai menjalani kewajiban utamanya sebagai seorang Muslim dan sibuk selalu dengan pekerjaan juga gadgetnya? Begitu pun ketika suami “puber kedua” lalu menginginkan berpoligami. Semua ada diulas dalam buku ini secara lugas, bahasa yang mudah dicerna dan mengedepankan syariat Islam sebagai pijakannya.

Buku ini sungguh pas untuk menjadi bacaan para istri agar bisa menjalani rumah tangganya dengan baik. Menempatkan diri sebagai sahabat terbaik untuk suaminya. Serta memberikan tuntunan yang mudah dalam menjalani rumah tangga yang dibalut ketenangan, ketentraman, kesabaran serta kesyukuran yang tiada habisnya.

//Kesimpulan//

Dari keseluruhan buku ini, saya bisa mengambil benang merahnya bahwa menjadi seorang istri diperlukan ilmu. Baik ilmu terkait dengan agama, sehingga kita bisa meraih pahala dalam posisi kita sebagai istri. Mau pun ilmu kerumahtanggaan yang sangat mendukung peran kita sebagai istri dan ibu dalam keluarga kita.

Rasulullah saw bersabda :
Jika seorang wanita selalu menjaga sholatnya lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya sebagaimana syariat mengaturnya, dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepada wanita itu : “Masuklah ke surga dari pintu mana pun yang kalian inginkan.” (HR. Ahmad)

MasyaAllah, ketika telah menjadi seorang istri ketaatan utama seorang wanita adalah kepada suaminya setelah ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Baik dan buruk suaminya adalah perkara yang wajib diterimanya sebagai istri. Jika ada kebaikan pada suaminya, maka doronglah dia untuk terus dalam kebaikan itu. Jika nampak keburukan pada suaminya, maka tutupilah aibnya sebagaimana pakaian menutupi tubuhnya. Dan teruslah untuk berjuang bersama memperbaiki keburukan itu agar tetap berbuah kebaikan. Atau minimal, tidak keluar menjadi dosa yang berketerusan. Syukuri apa yang telah Allah berikan. Lalu bersabar atas semua ujian dari-Nya.

Di sinilah power seorang istri. Dia punya kekuatan super untuk mengendalikan emosinya dengan bersandar pada syariat Allah. Memahami tugas dan perannya sebagai istri yang ditetapkan syariat. Memenuhi kewajibannya dengan baik. Kemudian berupaya mendapatkan haknya dengan cara yang ma’ruf. Maka, jika seorang istri telah menjalani semua ini dengan kesabaran dan kesyukuran, dan semata melakukan semua itu Lillah (karena Allah), insyaAllah rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah akan bisa diraih. Dan Allah akan memberkahi rumah tangganya hingga ke Jannah-Nya.
Wallahua’lam bish shawwab.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published.