Breaking News

Resesi di depan Mata, Korban PHK Harus ke mana?

Spread the love

Oleh: Tari Ummu Hamzah

Muslimahtimes – Kondisi resesi dunia akibat pandemi Covid19, memang tidak bisa terelakkan. Bayang-bayang jatuhnya ekonomi nasional dan global sudah menghantui di sejumlah negara-negara di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Kondisi ini menjadikan Indonesia mengalami ketidakpastian, serta tidak ada jaminan bahwa Indonesia terbebas dari resesi. Resesi itu sendiri adalah kondisi ketika produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi suatu negara negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Hal itu juga pernah dijelaskan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (Detikfinance.com)

Kondisi Indonesia saat ini sedang menuju kondisi itu. Sebab geliat ekonomi belum menunjukkan kenaikan dan pertumbuhan ekonomi. Imbas dari kondisi ini adalah adanya PHK besar-besaran. Ini menandakan bahwa sebentar lagi jumlah masyarakat miskin di Indonesia makin banyak. Sebab tak ada lagi sumber pendapatan masyarakat yang mereka dapatkan.
Sayangnya para penganguran ini tidak diberikan bekal serta pelatihan skill atau menciptakan lapangan kerja mandiri di luar kemampuan kerja mereka sebagai buruh. Mengingat bahwa masyarakat di Indonesia tidak dididik sebagai masyarakat yang kreatif dan mandiri. Alhasil skill peserta didik diarahkan untuk memenuhi kebutuhan industri. Serta tidak ada peran besar pemerintah untuk menciptakan para wirausahawan sebesar-besarnya. Yang ada adalah menciptakan tenaga kerja sebesar-besarnya.
Ini menimbulkan pertanyaan, persiapan seperti apakah yang harus dilakukan oleh para korban PHK? Lalu kemana perginya para korban PHK? Dadakan jadi wirausahawan kah? Apakah mereka sudah dipersiapkan untuk jadi wirausaha oleh perusahaan tempat mereka bekerja, sebelum mereka di PHK? Atau sudahkah pemerintah mempersiapkan penyuluhan dan pelatihan bagi masyarakat korban PHK?

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira dan Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah, sama-sama berpendapat bahwa masyarakat harus berhemat mulai dari sekarang, untuk menyiapkan dana darurat selama resesi.
Masalahnya sebelum pandemi saja masyarakat banyak yang dalam kondisi susah. Bahan pokok naik, iuran BPJS naik, iuran sekolah makin mahal, segala macam pajak harus dibayarkan oleh masyarakat. Bagaimana masyarakat bisa menyisihkan pendapatan mereka jika masyarakat dipalak habis-habisan oleh negara. Ditambah lagi pil pahit yang harus ditelan masyarakat akibat gelombang PHK besar-besaran. Sungguh masyarakat dalam kondisi terhimpit!

Negara pun juga seperti setengah hati dalam memberikann pelatihan. Sebab kasus video pelatihan kerja yang melibatkan CEO ruang guru, menampakkan wajah asli pemerintah akan keberpihakan kepada siapa? Jelas kepada pemodal! Masyarakat? Hanya mendapat janji manis dan menentukan sendiri nasib mereka.
Bagaimana dengan pihak industri sebagai objek pemberi lapangan kerja, apakah mempersiapkan karyawan yang di PHK dengan pelatihan kewirausahaan? Jelas tidak! Jangankan pelatihan pesangon saja mereka tidak dapat. Kondisi ini menyebabkan stress masal. Sebab para korban PHK banyak yang bingung dan pontang panting mencari sumber pendapatan baru.
Krisis ekonomi yang berkali-kali menghantam negeri kita, tidak lepas dari tabiat ekonomi kapitalis. Negara sekelas Amerika yang notabene pemegang kekuatan ekonomi kapitalis dunia saja sudah beberapa kali mengalami resesi dan krisis ekonomi tiap sepuluh tahun sekali. Ini menunjukkan bahwa sejatinya ekonomi kapitalis menunjukkan tabiatnya sebagai biang kerok krisis dunia. Sebab ekonomi kapitalis ditopang dengan sektor non rill yang semu.
Sehingga ketika dunia dihantam dengan pandemi virus Corona ekonomi kapitalis pun seolah sedang menemui ajalnya. Akibat masyarakat kecil pun harus merasakan dapat pahitnya kehilangan pekerjaan. Sehingga masyarakat korban PHK hanya mampu mengandalkan diri sendiri. Banyak diantara mereka yang menjadi penjual. Ini membuat mereka harus bertarung dengan virus Corona dan persaingan pasar yang ketat dan sepi.

//Butuh Solusi Fundamental//

Kembali ke pertanyaan sebelumnya apa yang harus dipersiapkan masyarakat? Cukupkah hanya dengan bergaya hidup hemat? Tentu tidak. Selain berhemat memang dianjurkan dalam Islam, mulai meningkatkan skill dan menggali bakat dan potensi diri. Kemudian yang tak kalah pentingnya adalah mengubah pemikiran masyarakat. Dari yang sebelumnya sekular dan liberal, kini harus memahami tentang konsep Islam kaffah. Sebab masyarakat perlu adanya solusi fundamental. Solusi itu hanya ada dalam Islam. Akan tetapi menguatkan akidah dan pandangan hidup tentang Islam juga amat penting. Sebab seluruh aturan Islam itu diawali dengan penguatan akidah. Tak terkecuali dengan sistem ekonomi Islam.
Sistem ekonomi Islam dibangun atas tiga pilar, yaitu kepemilikan, pengelolaan kepemilikan, serta distribusi. Dengan berjalannya tiga pilar ini maka memiliki imunitas yang kuat terhadap krisis ekonomi. Selain itu ekonomi Islam juga mampu memberikan modal kepada masyarakat yang membutuhkan untuk mencari nafkah. Modal ini bisa diberikan dari Baitul Mall. Sehingga akan mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan geliat perekonomian.

Akan tetapi ekonomi Islam hanya bisa diterapkan jika sistem negaranya Islam juga. Sebab penerapan Islam tidak boleh hanya satu sektor saja, tapi harus mencakup seluruh sektor. Hingga tercipta susana Islam kaffah dalam bingkai institusi negara Islam, yaitu khilafah.

Leave a Reply

Your email address will not be published.