Breaking News

Resesi Seks Melanda Dunia, Bagaimana dengan Indonesia?

Spread the love

Oleh. Wida Nusaibah

(Penulis dan Pemerhati Masalah Global)

Muslimahtimes.com–Fenomena resesi seks tengah menggemparkan dunia. Hal tersebut terjadi lantaran beberapa negara maju dilaporkan mengalami resesi seks dalam tingkat yang sudah sangat mengkhawatirkan. Sebut saja Cina, Jepang, Singapura, Rusia, Korea Selatan, bahkan juga Amerika Serikat.

Dikutip dari CNBC Indonesia, salah satu negara maju yang mengalami resesi seks adalah Cina. Di negara Cina dilaporkan dalam satu dekade terakhir angka kelahiran turun drastis, sejak tahun 1960-an dan pada 2020 lalu merupakan angka terendah.

Dalam pemberitaan media resmi Cina, Global Times, Biro Statistik Nasional Cina mengumumkan angka kelahiran pada tahun 2020 tercatat 8,52 per seribu orang. Selain itu, badan resmi Cina mencatat bahwa tingkat pertumbuhan alami populasi menyumbang 1,45 per seribu. Ini merupakan nilai terendah dalam 43 tahun terakhir.  (17/8/22)

Efek Negatif Resesi Seks Mengancam Dunia

Istilah resesi seks mengacu pada kemerosotan hubungan seks yang berimplikasi pada rendahnya keinginan untuk menikah dan memiliki anak. Efeknya tentu saja memicu rendahnya angka kelahiran, sehingga menyebabkan populasi manusia terancam menyusut. Perkara yang diperkirakan akan terjadi adalah populasi lansia akan lebih mendominasi di masa depan, sementara usia produktif terus berkurang. Hal itu jelas memiliki risiko pada aspek sosial dan ekonomi.

Resesi seks akan menyebabkan negara kehilangan banyak usia muda yang merupakan tonggak tegaknya sebuah peradaban dan yang akan melanjutkan kepemimpinan sebuah negara. Tak hanya itu, seluruh lini kehidupan bernegara akan sakit. Misal saja berkurangnya jumlah pelajar dan mahasiswa akan melemahkan dunia pendidikan. Kemudian juga bisa berimbas ke sejumlah sektor lain, seperti properti maupun otomotif (tak butuh membeli rumah maupun kendaraan karena tak ada anggota baru dalam keluarga).

Selain itu, negara juga akan kekurangan tenaga kerja dalam negeri, sehingga akan mulai mengandalkan pekerja dari luar negeri. Begitu juga dalam lini pertahanan, negara akan kehilangan calon-calon tentara yang akan menjaga negaranya. Dan masih banyak imbas lainnya yang sangat mengkhawatirkan.

Penyebab Resesi Seks

Terjadinya resesi seks disebabkan oleh banyak kondisi. Dirangkum dari sebuah artikel Klikdokter.com yang dimuat pada 11/5/22 menjelaskan sebagai berikut:

Terjadinya resesi seks seperti di Cina dan Jepang akibat adanya kultur jam kerja yang tinggi. Hal itu menyebabkan mayoritas penduduk yang menjadi pekerja kelelahan hingga tak bergairah dalam berhubungan seksual dan terhalang dalam membina rumah tangga karena sudah terforsir waktu dan tenaga untuk bekerja. Sibuk bekerja menyebabkan mereka tak sempat memikirkan hal romantis, karena fokus pada karir. Akhirnya, mereka lebih suka melajang dan enggan untuk menikah. Hal itu juga disebabkan oleh tingginya biaya hidup, sehingga mereka merasa tak mampu jika punya anak ataupun menikah.

Selain itu, para remaja lebih suka melakukan masturbasi daripada berhubungan seks dengan lawan jenis seperti yang terjadi di Amerika Serikat dan Jepang. Hal ini bisa dipicu oleh kemajuan teknologi dalam mengakses internet sehingga mudah membuka konten pornografi yang akan merangsang hasrat seksual.

Ditambah lagi pandangan hidup yang menganggap bahwa hubungan seksual sebagai sesuatu yang menyakitkan juga menyebabkan menurunnya aktivitas seksual. Hal ini dinyatakan dari sebuah studi tahun 2012 yang dilakukan oleh Debby Herbenick, seorang peneliti seks di University of Indiana di Bloomington.

Solusi Semu Kapitalisme

Negara-negara maju memahami jika resesi seks dibiarkan akan membahayakan eksistensi negerinya akibat terus berkurangnya populasi di negara mereka. Oleh karena itu, mereka mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya.

Seperti di China, pengadilan negaranya mulai menindak perusahaan yang menerapkan jam kerja tinggi seperti pola kerja 996, yakni masuk jam 9 pagi pulang jam 9 malam dan selama enam hari kerja. Kemudian, Komite Kesehatan Nasional China, seperti yang dilansir Detikcom, Rabu (17/8/2022) mendesak pemerintah pusat untuk meningkatkan pengeluaran bagi program kesehatan reproduksi dan layanan pengasuhan anak secara nasional.

Pemerintah daerah didorong untuk menawarkan subsidi, potongan pajak, asuransi kesehatan, pendidikan, perumahan, pekerjaan bagi keluarga muda. Bahkan, saat ini kota-kota di Cina yang lebih kaya telah membagikan pajak dan kredit perumahan, tunjangan pendidikan, insentif tunai untuk mendorong perempuan memiliki lebih banyak anak.

Tak beda jauh dengan Cina, Rusia pun membuat program-program untuk mengatasi resesi seks di negaranya agar krisis demografis tak terus berlanjut. Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan dekrit baru. Dia menghidupkan kembali penghargaan “Mother Heroine” era Uni Soviet yang ditujukan untuk wanita yang memiliki lebih dari 10 anak.

Senada dengan Rusia dan China, Singapura juga melakukan sejumlah upaya guna menggenjot tingkat perkawinan di negerinya. Salah satunya dengan menawarkan insentif uang tunai ‘bonus bayi’ untuk menambah semangat warga negara tersebut dalam memiliki anak. Bahkan, Singapura berencana mengizinkan para wanita lajang untuk membekukan sel telurnya. Ini membuka kemungkinan bagi para wanita untuk hamil sekalipun saat tubuhnya tak lagi memproduksi sel telur.

Islam Solusi Hakiki

Berbagai penyebab yang dipaparkan di atas adalah menurut sudut pandang kapitalisme. Di mana Kapitalisme berorientasi pada kepuasan materi dan berakidahkan sekuler, sehingga memisahkan kehidupan dari agama. Dalam hal pemenuhan naluri kasih sayang pun mereka tak mau diatur oleh agama.

Paradigma Kapitalis yang hanya berorientasi pada kepuasan materi telah menyebabkan manusia melawan fitrahnya. Mereka terforsir untuk bekerja. Hak badan pun diabaikan. Padahal, menyukai lawan jenis adalah fitrah yang seharusnya dipenuhi. Ketika naluri tersebut tidak terpenuhi, maka manusia tidak akan tenang dan akan merasa gelisah. Akhirnya, karena tak mampu melakukan aktivitas seksual, mereka pun mengambil langkah lain untuk memenuhi nalurinya, misal dengan melakukan masturbasi.

Negara-negara tersebut di atas wajar mengadopsi aturan kapitalis sekuler, karena mereka bukan muslim dan saat ini ideologi yang menguasai dunia memang kapitalis. Lalu, bagaimana dengan negara berpenduduk mayoritas muslim seperti Indonesia? Wajarkah jika kehidupan seksual tidak mau memakai aturan Islam dan justru mengadopsi aturan kapitalis sekuler?

Sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim, sudah seharusnya Indonesia mengadopsi aturan Islam. Di mana Islam sudah memiliki aturan sempurna, termasuk masalah kehidupan seksual yang merupakan fitrah manusia. Islam sangat menjaga fitrah manusia dengan memberikan aturan dalam pemenuhan naluri kasih sayang (Gharizah nau’) tersebut melalui ikatan suci pernikahan.

Paradigma Islam yang tidak berorientasi pada materi tidak akan menjadikan umatnya hanya fokus mengejar karier, apalagi melawan fitrahnya. Tujuan diciptakannya gharizah nau’ oleh Allah pada manusia adalah untuk melestarikan keturunan, bukan sekadar untuk melampiaskan nafsu syahwat semata. Islam telah mengatur pemenuhan hasrat seksual hanya melalui pernikahan, sehingga manusia didorong untuk menikah.

Oleh karena itu, Rasulullah melarang manusia untuk membujang dan menganjurkan segera menikah. Namun, jika belum siap menikah maka dianjurkan berpuasa dan menundukkan pandangan, bukan dengan melegalkan hubungan seksual di luar pernikahan (zina) maupun masturbasi seperti yang dilegalkan oleh kaum kapitalis sekuler liberal.

Islam juga menganjurkan umatnya memperbanyak keturunan. Dari Anas bin Malik berkata, “Rasulullah Saw. memerintahkan untuk menikah dan melarang keras membujang dan bersabda, ‘Nikahilah wanita yang penyayang dan yang mudah beranak banyak karena aku akan bangga dengan kalian di hadapan para nabi pada hari kiamat’.” (HR. Ibnu Hibban)

Selain itu, Islam mewajibkan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat oleh negara. Dalam hal sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan wajib diberikan kemudahan dalam pemenuhannya. Semua diberikan dengan harga murah, bahkan gratis. SDA wajib dikelola sendiri dan haram menyerahkan penguasanya kepada individu, perusahaan, swasta maupun asing. Semua hasil pengelolaan SDA tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan rakyat agar tercapai kesejahteraan. Dengan begitu, rakyat tidak akan berpikir tak mampu membiayai hidup keluarga.

Islam juga mempermudah urusan pernikahan. Syarat menikah hanyalah cukup ada dua mempelai, saksi, wali, dan ijab qabul. Pernikahan dalam Islam tidak mewajibkan resepsi yang akan menelan biaya besar hingga memberatkan keluarga mempelai. Suasana keimanan yang terbentuk ketika masyarakat menerapkan Islam akan membentuk pribadi yang sederhana dan tidak suka berfoya-foya. Istri dan suami akan memahami tugas masing-masing dan memahami bahwa dari setiap tugas yang dilaksanakan akan mendapatkan balasan dari Allah, sehingga suami dengan ikhlas bekerja dan istri ikhlas mengurus rumah tangga. Hal itu jelas berbeda dengan kondisi kehidupan Kapitalis yang semua diukur dari materi, sehingga pernikahan butuh biaya yang tidak sedikit.

Selain itu, Islam juga mengharamkan masturbasi baik yang dilakukan sendiri maupun orang lain. Pemenuhan gharizah nau’ hanya dilakukan melalui hubungan suami istri yang sah dalam pernikahan, tidak ada jalan lain. Para ulama mazhab Maliki dan Syafi’i mengharamkan masturbasi mengacu kepada Al-Quran Surat An-Nur ayat 33 yang artinya: “Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya.”

Para ulama mazhab Syafi’i juga menyebut masturbasi merupakan kebiasaan buruk yang diharamkan Al-Quran dan hadist. Dalam sebuah hadist, Rasulullah Saw. bersabda: “Orang yang menikah dengan tangannya akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan tangan terikat.” (HR Al-Baihaqi)

Begitulah paradigma Islam mengatur kehidupan. Aturan Islam berasal dari Allah sebagai pencipta manusia, hidup, dan alam. Sebagai pencipta pastilah mengetahui apa yang terbaik dan sesuai bagi ciptaan-Nya. Oleh karena itu, jika manusia sebagai makhluk Allah hendak menandingi aturan-Nya pasti tidaklah bisa, sehingga tak ada pilihan lain sebagai makhluk-Nya wajib mentaati aturan dari Penciptanya agar negeri ini penuh berkah. Wallahu a’lam.