Breaking News

Rusia dan Jepang Larang LGBT, Apa Kabar Indonesia?

Spread the love

Oleh : Tri Ayu Lestari
(Novelis Remaja, Penulis & Aktivis Dakwah Islam)

Muslimahtimes.com– Parlemen Rusia pada Kamis (24/11/2022) menyetujui RUU yang memperluas larangan propaganda LGBT dan membatasi tampilan LGBT. Hal ini tentu saja akan membuat ekspresi LGBT di Rusia hampir mustahil. Berdasarkan informasi yang dilansir dari Reuters, Undang-Undang baru ini masih membutuhkan persetujuan dari majelis tinggi parlemen dan Presiden Vladimir Putin. UU ini dikatakan akan mengatur setiap tindakan atau Informasi yang dianggap sebagai upaya untuk mempromosikan homoseksualitas, baik di depan umum, online atau dalam film, buku atau iklan, dapat dikenakan denda yang berat.

Bergeser kita pada wilayah Asia, ada Jepang yang juga putuskan larangan pernikahan sesama jenis. Pengadilan Tokyo mengatakan larangan pernikahan sesama jenis di negara itu adalah konstitusional. Tetapi juga mengatakan bahwa tidak adanya sistem hukum bagi pasangan sesama jenis untuk membetuk keluarga adalah hal yang melanggar hak asasi manusia.

Jepang digadang-gadang sebagai satu-satunya anggota G7, sebuah industri maju yang mempertahankan larangan pernikahan sesama jenis. Seperti beberapa negara di Asia, budaya konservatif Jepang memang kurang ramah terhadap isu LGBTQ.

Keputusan yang diambil oleh Rusia maupun Jepang semestinya menjadi bahan renungan bagi Indonesia. Sebagai negara berpenduduk mayoritas Islam, yang mengusung nilai-nilai religius sesuai aturan Allah, maka seharusnya Indonesia merupakan negara paling vokal menentang isu LGBT ini. Bukan alih-alih bungkam dan memberikan ruang bagi aktivitas LGBT marak di sudut-sudut negeri ini.

Mirisnya, kita bisa dengan mudah mendapatkan konten-konten berbau LGBT di sosial media. Bahkan di YouTube, mereka sering diundang dalam obrolan tentang ide-ide ini. Mencuri perhatian masyarakat dengan kisah yang dibuat semengharukan mungkin, agar mendapatkan empati dari masyarakat. Hingga akhirnya dampak dari tidak terbatasnya ruang itu, mereka pun memperoleh perhatian serta ruang di hari masyarakat, mendapatkan dukungan.

Sungguh telah semakin terlihatlah wujud dari dampak pemikiran liberal yang mengakar di negeri ini. Hingga akhirnya menerabas habis nilai-nilai adat serta agama. Menjadikan lumrah hal yang semula kita anggap tabu ataupun haram.

Belum lagi cara Barat untuk menyusupi pemikiran ini ke tengah-tengah umat sangatlah apik. Datang dengan polesan-polesan yang indah, diberikan latar belakang yang apik hingga kisah-kisah para pelaku LGBT itu seolah begitu menyentuh hati. Belum lagi pada bidang hiburan, kisah-kisah LGBT dalam bentuk film, buku ataupun komik menjadi genre baru yang memberikan variasi berbeda sehingga berhasil menarik minat penggemar. Mirisnya penikmat itu semua ialah kaum hawa, termasuk para muslimah.

Naudzubillah min dzalik, semoga Allah senantiasa memberikan kita ampunan. Sungguh persoalan LGBT ini tidak bisa terhenti begitu saja tanpa adanya usaha dan upaya apapun dari kita. Kekuatan jemaah dakwah tidak ada apa-apanya bila tidak kita bersamai dengan pendekatan pada umat untuk membongkar makar-makar yang disebarkan oleh kafir penjajah.

Jika kafir penjajah begitu berisiknya mempromosikan ide-ide liberal-sekuler-kapitalis mereka dengan sebegitu niatnya sampai tidak tidur, maka kita seharusnya tak boleh kalah dan jsutru memberikan serangan balik, yakni dengan cara menyuarakan ide Islam dengan berisik. Memberikan gambaran pada umat akan laknat yang didapatkan pelaku LGBT ataupun pendukungnya di masa Nabi Luth dulu.

Sudah seharusnya ide yang berlandaskan ideologi Kapitalis yang batil dilawan pula dengan ideologi yang hak (benar) yaitu ideologi Islam. Nyatanya hanya Islam saja yang mampu menuntaskan pundi-pundi kemaksiatan di atas bumi ini. Islam merupakan agama sekaligus mabda (ideologi), akidah yang memancarkan aturan-aturan hidup di dalamnya. Maka sudah semestinya kembalinya umat ke dalam Islam saja lah yang mampu menjadi solusi agar terjauhkannya kita dari perbuatan fasik. Perbuatan-perbuatan yang melampaui batas.

Wallahu’alam Bisshoowab.