Breaking News

Sekularisme, Menciptakan Sikap Alergi Islam

Spread the love

Oleh : Tari Ummu Hamzah.

Muslimahtimes– Sejak pemerintah mengeluarkan narasi melawan radikalisme, pelarangan simbol-simbol Islam mulai digencarkan. Tak rela jika ada simbol dan istilah-istilah Islam mulai bertebaran. Padahal sejatinya Indonesia adalah negara mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia. Bagaimana mungkin sesuatu yang telah melekat di negeri ini hendak dicabut satu persatu. Mirisnya lagi perlawanan isu terhadap radikalisme datang dari kementerian Agama. Padahal semestinya ini adalah institusi yang paling memahami soal agama. Terutama agama Islam. Namun,
faktanya selama ini kementrian agamalah yang mengeluarkan larangan terhadap istilah-istilah Islam. Sebagian kalangan pun memandang bahwa, istilah Islam itu tidak bertentangan dengan Pancasila. Bukankah ini membingungkan?

Kenapa masyarakat masih dilarang melakukan hal-hal yang memang tidak bertentangan dengan Islam? Justru malah aktivitas masyarakat yang bermaksud membumikan ajaran Islam dituduh radikal dan tidak pancasilais.

Masyarakat pun semakin risau dan bingung akan tindak tanduk Kementrian Agama. Sikap Kementerian Agama yang seenaknya merubah dan menghilang istilah Islam dalam dunia pendidikan, menuai kontroversi serta seolah menciptakan framing bahwa ajaran Islam itu tidak lagi sesuai dengan masyarakat Indonesia.

Seperti pernyataan dari Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Kamaruddin, dia menerangkan bahwa pelajaran khilafah dan jihad tidak akan lagi diajarkan pada mata pelajaran fikih. Dua konten itu akan masuk dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Materi khilafah dan jihad tidak dihapus sepenuhnya karena merupakan bagian dari sejarah Islam. Namun perlu ada penyesuaian mengikuti perkembangan zaman. (Cnnindonesia.com)

Logika seperti ini jelas tidak benar. Sebab zaman ah yang seharusnya mengikuti Islam. Bukan sebaliknya. Ini juga membuktikan bahwa mentri agama mulai menguliti ajaran Islam. Bukan hanya kementrian agama saja yang menunjukkan sikap ini. Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur meminta pemerintah tegas menyikapi soal ujian Madrasah Aliyah (MA) di Kediri yang memuat soal tentang khilafah.
PWNU pun meminta pihak yang berwajib mengusut siapa tim penyusun soal itu. Wakil Ketua PWNU Jatim, Abdussalam Shohib, mmiliki dugaan bahwa, soal tersebut dipengaruhi oleh seorang tokoh yang bertugas sebagai pembuat panduan. Ia pun mendesak pemerintah mau membongkar identitasnya kepada publik. (Cnnindonesia.co)

Sealergi itu ormas Islam terbesar di Indonesia, terhadap Islam. Padahal Nu adalah wadah bagi para tokoh dan ulama, jelas bahwa ormas ini paham juga tentang ajaran Islam. Lagi-lagi sikap alergi malah datang dari pihak yang paham akan ajaran Islam.

Ada apa dengan negeri ini? Sejak Jokowi maju menjadi Capres untuk periode ke dua, dia menyatakan bahwa Islam di Indonesia haruslah tetap dalam status Islam moderat. Rencana ini didukung oleh Muslimat NU, saat Capres 01 itu menghadiri acara HUT Muslimat NU ke 73 Januari 2019.

Jokowi mengatakan bahwa ini sudah bawaan dari pendiri negeri ini. Akan tetapi sikap ini rupanya memiliki efek domino. Usaha menjadikan Indonesia sebagai Islam moderat juga dibarengi dengan kebijakan melawan radikalisme. Dengan dalih untuk “menyehatkan” demokrasi di Indonesia, Simbol-simbol Islam mulai dipermasalahkan, istilah Islam mulai ditabukan, bahkan Rasulullah SAW pun dilecehkan. Bukankah sikap semacam ini menunjukkan sikap yang tidak sesuai dengan pancasila yang di elu-elukan pemerintah?

Jelas bahwa negeri ini hendak digiring kepada sekularisme. Mirisnya lagi pemerintah menggunakan “jurus mabuk” untuk menebas rival mereka. Siapa? Para pengusung ide dakwah khilafah. “Jurusnya” yang asal tebas menguliti ajaran Islam sama dengan menjauhkan kaum muslimin dari syariat Islam. Dalam artian lain, pemerintah sering menggunakan alasan yang mengada-ada untuk menjauhkan simbol dan istilah Islam. Endingnya? Malah sering blunder sendiri. Akankah penghapusan materi jihad dan khilafah malah akan menumbuhkan sikap simpati kepada pemikiran serta para pengusung ide dakwah Islam kaffah, khilafah, dan jihad? Bisa jadi!

Buktinya aksi pembakaran panji Rasulullah malah menjadikan agenda 212 mengusung tema bela simbol-simbol Islam. Masyarakat berbondong-bondong membawa bendera tauhid.
Bagaimana menuntaskan isu-isu anti Islam?

Ketidakpahaman akan ajaran Islam membuat para pembenci Islam, kurang perhitungan. Mereka juga tidak paham seberapa besar kekuatan Islam. Sebab makin ummat itu ditekan maka akan semakin menimbulkan ledakkan perlawanan terhadap musuh-musuh Islam. Tak terkecuali harus melawan pemerintahan sendiri.
Sebab masyarakat telah paham bahwa Islam tidak cukup hanya seputar Ibadah saja. Ini akan menyakiti seluruh elemen kaum muslimin. Baik itu para ulama, asatidz, atau masyarakat awam. Jika pelajaran tentang khilafah akan dihapus dari kurikulum Madrasah, maka sedikit demi sedikit akan menghilangkan identitas Islam dalam diri anak-anak remaja.

Maka perlu adanya perlawanan terhadap isu anti Islam, dengan menggunakan opini publik yang berpihak kepada Islam dan syariatNya. Agar masyarakat tidak lagi alergi dan merasa anti Islam lagi. Sebagai generasi penerus bangsa dan calon pemimpin peradaban, pemuda haruslah ikut berjuang demi tegaknya kembali peradaban Islam.

Leave a Reply

Your email address will not be published.