Breaking News

Setop Pernikahan Dini dengan Program GenRe, Solutifkah?

Spread the love

Oleh. Wahyu Utami, S.Pd (Guru di Bantul, Yogyakarta)

Muslimahtimes.com– Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Yogyakarta terus meningkatkan peran Generasi Berencana (GenRe) untuk mencegah pernikahan dini pada anak dan remaja di DIY. Hal ini dilatarbelakangi oleh angka pernikahan usia dini di Yogyakarta yang naik hampir 78,4 persen. Tingginya angka pernikahan dini ini dipicu oleh kehamilan tidak diinginkan akibat pergaulan bebas.

“Angka pernikahan usia dini di Yogyakarta naik hampir 78,4 persen. Hal itu terjadi akibat kehamilan yang tidak diinginkan. Makanya, BKKBN mendorong semakin digencarkan program GenRe di kalangan remaja untuk mencegah pernikahan di usia anak dan remaja,” kata Kepala Perwakilan BKKBN Yogyakarta Shodiqin dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

GenRe diharapkan dapat mengajak cegah pernikahan dini melalui konten edukasi yang lebih mudah disampaikan pada teman sebayanya. BKKBN Yogyakarta juga terus meningkatkan pengetahuan para pendidik dan konselor sebaya melalui berbagai lokakarya. “Naiknya jumlah pernikahan dini tersebut menjadikan perhatian serius, apalagi Yogyakarta sebagai menjadi tujuan pelajar dan mahasiswa dari luar daerah untuk melanjutkan jenjang pendidikan,” katanya.

Ketua Forum GenRe DIY, Ferian Fembriansyah, mengatakan anggota forum sangat aktif menyebarluaskan materi-materi edukasi bagi remaja termasuk materi tentang Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP). GenRe terus aktif menyebarkan konten-konten terkait mencegah pernikahan dini yang menekankan pemahaman 10 dimensi kesiapan perkawinan, melalui media sosial seperti live Instagram dan talkshow webinar. Semuanya dikemas menjadi konten edukasi dengan gaya penyampaian khas remaja.

“Kami bekerja sama dengan media membuat ILM terkait pendewasaan usia pernikahan, lalu kami juga melakukan siaran bersama Radio Saka FM untuk melakukan komunikasi, informasi dan edukasi tentang penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja,” kata Ferian.

Mampukah program GenRe mengatasi tingginya angka pernikahan dini? Kalau kita telusuri, tingginya angka pernikahan dini pada remaja bukanlah semata disebabkan oleh kurangnya pengetahuan remaja akan risiko pergaulan bebas dan kesiapan pernikahan. Yang lebih utama adalah pemahaman batas-batas pergaulan dengan lawan jenis sesuai batasan agama. Juga kekuatan iman yang akan menjadi benteng dari godaan hawa nafsu seksual.

Saat ini, ide kebebasan membolehkan setiap orang melakukan apa pun dan tidak ada pengaturan pergaulan laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan boleh bergaul bebas asal tidak berisiko pada kehamilan yang tidak diinginkan. Remaja hanya dibekali dengan pengetahuan seks aman dan tidak beresiko. Tidak ada larangan tegas untuk tidak melakukan hubungan khusus dengan lawan jenis. Boleh pacaran asal tidak hamil.

Apalagi saat ini pengaruh media sosial sangat besar. Para remaja terlibat dalam pergaulan bebas setelah berkomunikasi dan berinteraksi dengan kenalan di medsos. Baru saja kenal, tapi langsung mau diajak bertemu di tempat baru. Tidak sedikit yang ternyata berakhir dengan hubungan seksual. Akhirnya terjadilah kehamilan yang tidak diinginkan.

Selain paham kebebasan, faktor lainnya adalah output dunia pendidikan. Bekal apa yang diberikan dunia pendidikan? Saat ini kurikulum lebih berorientasi menghasilkan SDM yang berdaya saing tinggi dalam dunia kerja. Pemahaman agama diberikan tapi dalam porsi yang sangat sedikit. Pelajar menjadi cerdas akademik dan tenaga siap kerja tapi lemah iman. Jadilah remaja tidak siap menghadapi berbagai godaan kehidupan dunia yang hedonis dan liberal.

Oleh karena itu, kita perlu melihat masalah ini dengan lebih mendalam. Akar masalah semua problematika ini sesungguhnya karena penerapan sistem kapitalisme yang memberikan kebebasan berperilaku pada setiap manusia. Agama hanya dipakai saat beribadah dan tidak dipakai dalam aturan kehidupan. Padahal, manusia memiliki hawa nafsu yang harus dikendalikan dengan kekuatan iman. Termasuk dalam hal ini nafsu berkaitan dengan kesukaan kepada lawan jenis.

Agama Islam sebagai agama yang sempurna telah mengatur hubungan laki-laki dan perempuan. Islam mendorong laki-laki atau perempuan yang telah baligh dan memiliki kesiapan untuk menikah. Jika mereka belum siap menikah, Islam memberikan pengaturan hubungan laki-laki dan perempuan seperti perintah menutup aurat, larangan berdua-duaan tanpa mahram (kholwat), perintah menjaga pandangan (ghadul bashor) dan lain-lain. Jika terjadi pelanggaran seperti perzinahan maka Islam memberikan sanksi tegas bagi pelaku zina.

Dari sini, untuk mengatasi maraknya pernikahan dini pada anak akibat pergaulan bebas, hanya satu solusi yaitu membentuk remaja berkepribadian Islam (memiliki pola pikir dan sikap Islam). Remaja harus dibekali dengan iman dan takwa. Juga pemahaman pergaulan yang benar sesuai batas-batas agama. Hanya saja sistem pendidikan Islam ini perlu dibarengi dengan aturan tegas dalam sistem kehidupan yang lainnya. Hal ini hanya bisa terwujud dalam sistem Islam yang sempurna dan menyeluruh.