Breaking News

Varian Baru Virus: Tanggung Jawab Negara Dipertanyakan

Spread the love
Oleh. Agustinae
#MuslimahTimes — Indonesia tepat tanggal 2 Maret 2021 kemarin diketahui “merayakan hari lahirnya” Covid-19 atau virus corona yang ke satu tahun. Bagaikan “perayaan hari lahir” yang sesungguhnya, Indonesia  mendapatkan “Kado” yang tidak disangka-sangka yaitu dengan masuknya varian baru virus atau dikenal dengan sebutan Covid-19 B117.
Munculnya varian baru virus corona ini membuat masyarakat sangat resah meskipun ada pernyataan dari pemerintah yang meminta masyarakat untuk tidak khawatir. Namun demikian, dengan  melihat kinerja pemerintah selama satu tahun menangani Covid-19 ini membuat masyarakat kurang begitu percaya dengan pemerintah. Lalu, sebenarnya apa itu varian baru virus corona atau Covid-19 B117? Mengapa pemerintah dengan tenang memberikan pernyataan agar masyarakat tidak khawatir? Yuk kita telusuri faktanya.
Dilansir dari Kompas.com (Kamis, 4 Maret 2021), varian baru virus corona Inggris atau yang disebut virus B117 sudah masuk diindonesia. Di negara-negara lain varian baru Covid-19 terus bermunculan, seperti varian yang diduga memicu lonjakan kasus di wilayah Amazon Brasil muncul di Minnesota. Varian virus corona yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan sudah muncul di Carolina Selatan dan Maryland.
Maraknya varian baru yang terus bermunculan di berbagai negara ditambah lagi dengan penyebaran virus yang tidak terkendali di seluruh dunia membuat virus memiliki banyak kesempatan untuk bermutasi. Ada empat varian baru yang sangat mengkhawatikan salah satunya, yaitu varian B117.
Varian B117 diketahui memiliki cara penularan yang sama dengan virus yang sebelumnya yaitu Covid-19, akan tetapi ternyata varian B117 ini lebih mudah untuk bermutasi memasuki sel manusia. Artinya, jika seseorang menghirup udara yang mengandung partikel virus di dalamnya, partikel tersebut akan lebih mungkin menginfeksi beberapa sel di sinus atau hidung dan akhirnya masuk ke dalam paru-paru. Perubahan yang mengkhawatirkan dari varian B117 adalah lonjakan protein spike yang ada pada permukaan virus (berupa paku-paku di permukaan dan menjadi pintu masuk virus ke sel) lebih mudah menempel di sel. Inilah yang membuat orang lebih mungkin terinfeksi saat terpapar virus corona SARS-CoV-2 dengan varian B117.
Varian B117 sendiri diketahui sudah masuk diindonesia lebih tepatnya dibawa oleh dua orang warga Karawang, Jawa Barat yang merupakan pekerja imigran Indonesia. “ Bapak, ibu, saudara-saudara sebangsa, setanah air, saya mengimbau bapak, ibu, saudara semuanya untuk tidak perlu khawatir karena ditemukannya dua kasus positif Covid-19 dengan mutasi virus dari Inggris atau B117” kata Jokowi dalam video yang diunggah kanal YouTobe Sekretariat Presiden, Kamis (4/3). (CNNIndonesia, Kamis 04/03/2021 )
Namun demikian, tingkat kepercayaan masyarakat sendiri kepada pemerintah semakin rendah dengan melihat kinerja pemerintah  selama satu tahun ini kasus Covid-19 belum juga teratasi dengan baik.  
Dilansir dari Detiknews (04-03-2021), untuk rata-rata kematian Covid-19 Indonesia lebih tinggi dibandingkan rata-rata tingkat kematiaan Covid-19 dunia. Persentase kematian Covid-19 diindonesia per 3 Maret 2021 adalah 2,71% dibandingkan angka kematian Covid-19 didunia yaitu 2,22%“Nah, ini yang harus kita perhatikan dan kita harus bekerja agar angka kematian di Indonesia bisa berada dibawah angka rata-rata kematian dunia. Tapi angka kematian ini sudah jauh membaik dibandingkan awal penanganan Covid, dan kerja keras kita selama ini saya kira memberikan hasil yang baik”, tutur Jokowi. 
Angka kematian Covid-19 yang tinggi di Indonesia dibandingkan angka kematian Covid-19 di dunia, menandakan bahwa sampai saat ini negara belum bisa menjaga dan melindungi rakyatnya. Hal inilah yang membuat semakin kurang percayanya masyarakat kepada pemerintah. Negara ibarat seorang ibu dan rakyat adalah anaknya. Secara fitrah, seorang ibu memiliki rasa cinta kepada anaknya, maka ibu akan melakukan berbagai cara untuk melindungi anaknya. Begitu pula negara, jika rakyatnya dalam bahaya maka ia akan berusaha melindungi bahkan rela mengorbankan dirinya demi kemaslahatan dan keamanan rakyatnya. 
Negara Indonesia sendiri sejak munculnya wabah ini, perlindungan kepada rakyatnya sangat minim. Mulai dari karantina total yang tidak dilakukan hingga kebijakan “new nomal” yang diberlakukan, hasilnya rakyat yang menjadi korban. Rakyat yang dihantui rasa was-was akan mengakibatkan imun tubuh menurun sehingga bisa menyebabkan tubuh akan dengan mudah terinfeksi virus. 
Negara yang diibaratkan seorang Ibu dan rakyat adalah anaknya, maka dalam Islam negara (pemimpin) seharusnya menjadi perisai bagi rakyat. Rakyat yang terjamin kebutuhan hidupnya, terjaga kesehatannya, tersedia tempat tinggalnya, dan terlindungi dari musuh yang nyata maupun tidak akan merasa tenang dan nyaman. Rakyat akan dengan sepenuh hati memercayai dan mencintai pemimpinnya. 
“Sebaik-baiknya pemimpin kamu adalah mereka yang kamu cintai dan mereka pun mencintaimu, kamu menghormati mereka dan mereka pun menghormati kamu. Pun sejelek-jeleknya pemimpin kamu adalah mereka yang kamu benci dan mereka pun benci kepada kamu. Kamu melaknat mereka  dan mereka pun melaknatmu”. (HR. Muslim)
Pemimpin yang baik adalah ia yang bisa melindungi rakyatnya dari serangan penyakit. Jika pemimpin ingin menjamin keselamatan dan kesehatan rakyat, maka ia akan melakukan berbagai cara untuk melindunginya, diantaranya yaitu dengan melakukan karantina total, melarang WNA masuk ke dalam negeri dengan alasan apapun, melakukan tes massal dan menjamin seluruh kebutuhan hidupnya.
Contoh kebijakan ini pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw dan para Sahabat pada masa Umar Bin Khaththab saat di negeri Syam terjadi wabah, Khalifah Umar melarang orang masuk kesana sekaligus melarang orang Syam keluar dari wilayahnya. Kebijakan ini diambil oleh Umar atas hadis Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw bersabda “Tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka, apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid)
Begitulah seharusnya pemimpin memperhatikan rakyatnya, seperti Khalifah Umar yang tidak mementingkan kepentingan lainnya. Beliau hanya melindungi rakyat dan memutuskan kebijkan hanya dengan tuntunan syariat, sehingga beliau mendapatkan penuh kepercayaan rakyat. Apabila ingin mendapatkan dukungan dan kepercayaan penuh dari rakyat, maka cara yang seharusnya dilakukan adalah cukup dengan kembali pada seruan Allah dan menjadikan tujuan hidup hanya untuk meraih rida Allah.