Breaking News

Wahai Ayah Bunda, Lelahmu Memuliakanmu

Spread the love

Wahai Ayah Bunda, Lelahmu Memuliakanmu

Oleh : Sri Rahmawati

Muslimahtimes – “Barangsiapa bersabar dengan kesusahan yang sebentar saja maka ia akan menikmati kesenangan yang panjang” (Thariq bin Ziyad)

Saya menulis kali ini terinspirasi oleh tausiyah Ustadz Budi Ashari mengenai pendidikan anak dan peradaban Islam.

Saya seorang ibu yang minim ilmu, merasa dituntut untuk bisa menjalankan seabreg tugas yang begitu berat yaitu mendidik anak-anak menjadi manusia yang sholeh.

Sebagai manusia biasa, saya mengalami masa naik turunnya semangat dalam mendidik buah hati, sedihnya masa turun (futur) nya jauh lebih banyak ketimbang masa semangatnya. Saking lelahnya saya, akhirnya membiarkan anak-anak dengan aktifitas masing-masing tanpa memperhatikan kebermanfaatannya, membiarkan mereka seru-seruan berjam-jam main hape, baca komik tidak bermutu, bermalas-malasan, tidak mau belajar, tidak mau membantu orangtua, lalai menjalankan sholat wajib dan amalan-amalan sunah. Biasanya di hari libur juga amal ibadah rutin ikut libur. Orangtua gemar rebahan menghasilkan generasi muda yang gemar rebahan pula, na’udzubillah.

Begitulah, turunnya semangat didik para orangtua kepada anak-anaknya seiring meredupnya semangat belajar anak-anak.
Redupnya semangat menuntut ilmu terjadi ketika munculnya dunia hiburan (seperti mall, film, gadget, televisi, games) dan bersinarnya para artis, menimbulkan krisis idola di kalangan remaja, mereka jauh lebih mengenal artis Korea pujaannya dibanding kisah keteladanan Rasulullah Saw dan para sahabat.

Saat ini, kaum Muslimin mulai sibuk dengan hal remeh temeh, menyebabkan anak mudanya pun senang hiburan, menjadi malas mencari ilmu. Tidak hanya anak-anaknya juga kedua orangtuanya.

Maka, untuk para orangtua, jauhilah anak-anak dari hiburan, agar anak-anak tidak sibuk dengan yang macam-macam, kecuali sibuk dengan ilmu saja.

Masa kebesaran peradaban itu adalah jika ilmu menempati porsi yg sangat besar, sedangkan hiburan menempati porsi sedikit atau berada di bawah.

Budaya muslimin adalah ilmu. Ilmu adalah ruhnya Islam.Jika ada rezeki lebih, untuk menggiatkan minat baca anak, belikanlah buku-buku yang bermanfaat ketimbang membeli handphone dan kuota. Biasakanlah komunikasi sesering mungkin dengan anak, tanyalah pada diri sendiri, seberapa sering kita sebagai orangtua ngobrol seputar Islam dengan anak setiap hari. Jangan sampai peran komunikasi orangtua tergantikan oleh komunikasi anak dengan dunia maya. Berat nanti pertanggungjawaban orangtua di hadapan Ilahi Robbi.

Bila orangtua minim akan ilmu agama, tidak tahu kisah teladan para nabi, maka bisa menyampaikannya dengan membacakannya. Ilmu Islam itu luas, kita bisa mencarinya dari berbagai sumber yang benar dan menyampaikan kembali kepada anak dengan bahasa kita yang sederhana. Beri semangat anak untuk melakukan amalan tidak hanya yang wajib, sunah juga, hidupkan keluarga dengan bersama-sama istiqomah menjalankan puasa sunah, sholat duha, qiyamul lail, belajar Alquran, dan masih banyak lagi. Berikan keteladanan sikap di hadapan anak, tidak merokok, suka menolong, mandiri, disiplin, bersabar menahan amarah, berbicara lemah lembut, tidak meminta-minta, dan menjauhi perbuatan maksiat.

Bila kita berdoa banyak kepada Alloh, ingin anak-anak menjadi sholeh, ahli tahajud, ahli sunah, ahli tafsir, ahli shaum, ahli dakwah, ahli Quran, ahli fiqih, hingga ahli syurga, maka harus seiring dengan ikhtiar kita orangtuanya memantaskan diri dan potensi serta semangat menyampaikan ilmu-ilmu islam tersebut kepada anak.

Jangan sampai peran orangtua dalam mendidik anak tergeser oleh dunia hiburan yang lebih memukau di mata anak-anak.

Cara menghibur diri umat hari ini pun justru menjadi kejatuhan Islam.
Hiburan candaan itu boleh, yang tidak boleh adalah bercanda yang berlebian, berdusta atau bohong, tidak menjatuhkan harga dirinya/orangtua/orang lain agar membuat orang-orang tertawa. Perhatikan tontonan apa yang dilihat anak dengan gadgetnya. Banyak anak yang saat ini menyukai tayangan hiburan penuh tawa yang melalaikan, seperti video prank yang di like oleh jutaan penikmatnya. Beri pengertian yang lembut kepada anak-anak, kelak alasan atau hujjah apa yang kita utarakan di hadapan Alloh sang pencipta saat ditanya mengenai waktu dan usia kita telah dipergunakan untuk apa.

Hiburan level tertinggi adalah hiburannya Rasulullah Saw. Beliau bersabda : “Aku itu mendapat hiburan dengan salat”.
Rasulullah melaksanakan salat tidak merasa beban, enak di hati, dan sangat menikmatinya. Hingga Rasul bilang kepada Bilal : Bilal, buatlah kami istirahat dengan salat. Maksudnya adalah Rasulullah Saw menyuruh Bilal untuk azan/ iqomah.

Hiburan untuk anak haruslah yang bermanfaat, tidak melalaikan tugas dan kewajibannya di dunia dan di akhirat.

Rasulullah Saw bersabda : “Hiburan seseorang bermain dengan kudanya adalah halal dan bermanfaat di dunia (membuat kita sehat, tangkas, bisa untuk berjihad), dan bermanfaat di akhiran (berpahala, dan dianjurkan di dalam alquran).” Itulah tolak ukur hiburan.

Pikirkanlah, apakah hiburan yang dinikmati oleh anak-anak itu halal? Apakah menopang atau memberikan manfaat untuk dunia dan akhiratnya?
Ingatlah masa kejayaan Islam di dunia ketika Khilafah Islamiyah menguasai dunia selama hampir 1400 tahun lamanya.

Akankah masa lalu Islam yang gemilang itu kembali, kita akan larut dalam masa gemilang itu. Kebesaran Islam di muka bumi yang ditopang anak-anak muda yang memiliki cita-cita yang tinggi. Anak-anak muda yang melalui jalur-jalur sulit tetapi berhasil menaklukannya, mereka menaklukannya dengan agama Islam. Di siang hari mereka adalah para ksatria yang menggedor benteng kekafiran dan kemunafikan, tapi di malam hari mereka hening khusyu sedang bersujud di hadapan Allah Swt.

Begitulah Islam melahirkan para pemuda generasi yang ikhlas, merdeka dan penuh amanah.

Khusus usia mudalah yang akan ditanya Allah Swt. Pikirkan waktu muda anak-anak kita dihabiskan untuk apa. Orangtuanya akan ditanya Allah Swt karena ikut andil di dalamnya.
Anak-anak muda kita, jika benar kita memperhatikan dan mendidik mereka, maka kita telah memperhatikan dan mendidik sebuah kebangkitan peradaban. Orang-orang besar yang diabadikan di dalam kitab suci adalah para generasi muda. Kita sedang berebut dengan kebatilan, kebatilan menyasar anak-anak muda, kalau yang haq diam saja maka anak-anak muda akan diambil oleh kebatilan.

Mari kita siap berlelah-lelah, karena yang batil pun berlelah-lelah. Mari kita keluarkan harta kita untuk mendidik mereka, karena yang batil pun telah mengucurkan dana besar untuk menghancurkan generasi muda kita.

Kalau lelah itu adalah biasa, seperti sakit, penat, perih, pedih, maka orang kafir pun sama demikian malah mereka tidak tidur untuk menghancurkan generasi kita, bedanya kita punya harapan di sisi Allah Swt, mereka tidak punya harapan itu.

Kita harus merebut generasi generasi muda kita dari tangan orang-orang yang memperjuangkan kebathilan. Karena di hadapan kita ada kebesaran Islam, dan kebesaran itu ada di pundak anak muda.

Dengan kita atau tanpa kita, peradaban Islam akan muncul.

Mari memilih untuk memantaskan diri menjadi bagian dari kabilah bangkitnya peradaban Islam, melalui memberikan pendidikan terbaik orangtua kepada anak-anaknya.

Mudah-mudahan kita menyaksikan kebesaran Islam nanti. Aamiin

Wallohu a’lam bish showab

Leave a Reply

Your email address will not be published.