Breaking News

Booming Skin Care, Primadona Industri Kosmetik

Spread the love

Oleh. Kholda Najiyah
(Salehah Institute)

Muslimahtimes.com– Industri kosmetik benar-benar sedang booming, khususnya produk perawatan kulit atau skin care. Para pelaku bisnis ini tergolong melejit dalam capaian omset maupun penguatan branding. Hal Ini tak lepas dari dukungan dunia digital yang membuat promosi penjualan sangat masif. Seperti di market place maupun media sosial yang juga sudah bertransformasi menjadi media marketing.

Seperti yang sempat trending topic baru-baru ini, dr. Richard Lee mencetak rekor dunia dalam mencapai omset penjualan produk perawatan kulit di sebuah platform. Saat live streaming TikTok live ia mencetak omset Rp 40 miliar hanya dalam satu hari. Sebelumnya, pemilik brand skin care itu juga pernah meraup omset Rp8 miliar hanya dalam waktu 2,5 jam di platform lainnya. Hal itu diungkapkan oleh dr. Richard di kanal Youtube miliknya Sabtu (19/8) lalu.

Nama dokter ini semakin melejit, khususnya di kalangan para wanita. Selain punya klinik kecantikan di beberapa kota, ia sering mengulas produk-produk skin care untuk mengedukasi para wanita.

Maklum, hari ini banyak sekali produk skin care abal-abal yang merugikan para penggunanya. Diduga, hal itu lantaran ada kandungan berbahaya seperti merkuri dan hydroquinon yang tidak sesuai dengan standar ketentuan dalam produk perawatan kecantikan. Akibatnya, ada yang mukanya malah menghitam atau gosong gara-gara bahan berbahaya tersebut.

Seperti dialami Tya, wanita asal Kalimantan Timur. Setahun setelah berhenti memakai skin care, muncul flek-flek hitam dalam jumlah banyak dan hampir merata ke seluruh wajahnya. Diduga skin care yang ia pakai mengandung merkuri (detikHealth).

Bahan ini memang punya kemampuan menghambat tirosinase, hingga kulit gelap menjadi putih. Cara kerja merkuri yang efektif membuat muka glowing dalam waktu singkat itulah, yang mendorong produsen skin care yang tak bertanggung jawab menggunakannya.

Terbius Standar Cantik

Dewasa ini, para wanita merasa sangat penting berpenampilan menarik dengan wajah putih, bersih, dan mulus tanpa flek. Hal Ini tak lepas dari berkembangnya dunia digital yang membuat siapa saja berusaha eksis dengan gambar dirinya.

Nah, untuk meningkatkan rasa percaya diri, mereka pun mengikuti standar cantik yang terlanjur menjadi opini umum di benak para perempuan, yaitu: tubuh langsing, kulit mulus, putih dan wajah glowing. Seperti itulah impian semua wanita.

Akibatnya, mereka mudah sekali tersihir dengan skin care yang dapat mencerahkan wajah, membuat glowing, putih, dan menghilangkan flek hitam. Problem kulit yang dialami banyak wanita, khususnya para muslimah di Indonesia yang memiliki karakter kulit yang cenderung gelap, tidak mulus dan berflek. Siapa yang tak ingin cantik, ya kan?

Tidak salah. Bahkan, keinginan untuk cantik, menunjukkan kesadaran perempuan dalam merawat kulitnya. Maklum, saat ini, lingkungan sangat buruk oleh polutan. Belum lagi sinar ultraviolet yang bersifat “jahat” dan bisa merusak kulit. Perempuan tak lagi bisa cuek agar kulitnya tidak semakin rusak. Jadi, kulit memang penting untuk dirawat.

Meningkatnya kesadaran kaum perempuan, bahkan termasuk remaja putri inilah yang mendorong naiknya permintaan akan produk-produk perawatan kulit. Hal itu yang memicu munculnya produk-produk skin care berbagai merek. Toh cara membuatnya gampang, tinggal maklon atau dibuatkan di pabrikan kosmetik yang sudah eksis. Sementara, keuntungannya sangat besar. Inilah yang membuat industri skin care berkembang pesat. Termasuk produk abal-abal yang berbahaya.

Pasar yang Gurih

Data dari portal Statista memproyeksikan, pertumbuhan pasar industri kosmetik Indonesia mencapai 4,59 persen pertahun dari 2023-2028 (katadata). Mencakup produk perawatan kulit (skin care) dan diri (personal care). Jumlah pelaku usaha di bidang ini pun melesat, dari 819 unit usaha pada 2021 menjadi 913 unit usaha pada 2022; demikian temuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Sementara itu, hasil Sensus Penduduk 2020, jumlah penduduk laki-laki 136,66 juta orang, atau 50,58 persen. Sementara, jumlah penduduk perempuan di Indonesia sebanyak 133,54 juta orang, atau 49,42 persen. Bayangkan, jika remaja putri dan wanita dewasa yang jumlahnya ratusan juta ini semuanya memakai skin care, betapa dahsyatnya potensi bisnis di sektor primadona ini. Apalagi tingkat repeat order-nya sangat tinggi. Ya, sekalinya cocok, setiap bulan pasti beli.

Itulah yang menggiurkan para produsen nakal, hingga merilis produk skin care berbahaya. Padahal, produk tersebut akan membuat iritasi kulit, reaksi alergi, kerusakan kulit, efek samping kesehatan dan masih banyak lagi. Namun, begitulah corak sistem ekonomi kapitalis, di mana demi tujuan uang, mereka menghalalkan segala cara. Tak peduli merusak wajah wanita dan merusak masa depannya.

Perlindungan Negara

Seharusnya, produsen-produsen nakal segera ditindak oleh negara. Produk skin care abal-abal harus segera diberantas agar tidak berjatuhan lebih banyak korban. Tertibkan pelaku industri kosmetik ini. Adalah tugas negara menjamin keamanan dan kehalalan produk kosmetik apapun.

Negara wajib menjamin kandungan bahan bakunya aman dan halal, mengingat mayoritas bahan baku ini pun ternyata dari luar negeri (kompas). Ini juga menjadi PR bagi negara, bagaimana agar mampu memenuhi sendiri kebutuhan akan bahan baku ini. Di dunia maya sudah banyak influencer yang mengulas merek-merek skin care yang diduga kuat mengandung bahan berbahaya. Negara tinggal mem-follow up-nya. Jangan tunggu banyak korban baru bergerak.

Kesadaran Perempuan

Sementara itu, akar masalah booming-nya bisnis skin care ini juga harus diatasi. Yaitu, paradigma yang keliru tentang makna kecantikan. Paradigma sekuler kapitalis yang memandang kemuliaan perempuan dari glowingnya wajah, jelas tidak sejalan dengan pandangan Islam yang meninggikan perempuan dengan ketakwaannya.

Boleh merawat wajah dan mencerahkannya kembali, yang penting bukan diniatkan untuk sekadar eksis. Sebab, kita maklum, para perempuan memang lebih percaya diri jika merasa penampilannya cukup menarik. Namun, tentu saja hasrat untuk mengubah warna kulit menjadi putih bukanlah cita-cita hakiki kaum muslimah.

Perempuan sekuler akan menghabiskan umurnya di depan cermin, salon kecantikan, gerai fashion, dan layar market place, demi mendapat sebuah pengakuan baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Tak habis-habisnya mereka mengulas soal penampilan. Menghabiskan waktu dan tenaga untuk memaksimalkan tampilan lahiriyah.

Tidak demikian dengan muslimah. Sudah saatnya mereka diberdayakan ke ranah lebih serius dari sekadar mengurusi penampilan. Seperti menghadirkan perempuan yang kritis dan berani, ideologis, dan bersyakhsiyah Islamiyah. Perempuan harus benar-benar membina diri dengan ilmu, tsaqofah dan nilai-nilai spiritual, hingga tidak mudah tergoda dengan produk yang menjanjikan hasil dalam sekejab. Sebaliknya, kritis dan berani membongkar tipu daya skin care abal-abal.

Percayalah, rasa bahagia dan kepuasan diri karena wajah cantik dan bersinar akan semakin terpancar jika diiringi dengan nilai-nilai ketakwaan. Karena, dengan takwa itulah akan muncul rasa syukur.(*)