Breaking News

Dakwah Lillah

Spread the love

Oleh. Mariyam Sundari

(Kontributor Muslimah Times/Jurnalis Ideologis)

Muslimahtimes.com–Sebagai seorang muslim, aku mengetahui berdakwah untuk menyampaikan pesan kebaikan kepada orang lain adalah kewajiban. Namun, setiap dakwah sejak masa kenabian sampai sekarang pasti akan ada tantangan, hambatan, dan ujian yang berat. Termasuk akan ada orang yang menawarkan harta, jabatan, penghargaan, kendaraan, serta kehidupan mewah lainnya.

Tapi terkadang memakai syarat tertentu, tak ubahnya bersyarat harus meninggalkan dakwah. Dari tawaran kemewahan seperti ini, ternyata masih banyak muslim yang terlena dan mau meninggalkan aktivitas dakwah yang haq. Kewajiban dakwah tidak hanya dilakukan oleh seorang ulama, kiai, habib, ataupun ustaz saja. Melainkan, semua muslim mukalaf yang sudah ada kewajiban di sisi Allah Swt, untuk menjalankan perintah dan larangan-Nya.

Jika seorang muslim sudah memutuskan untuk menjadi pengemban dakwah dengan tujuan menolong agama Allah Swt, semata. Harus siap menjalankan amanah dakwah dengan sebaik-baiknya atas tujuan hanya mengharapkan pahala dan rida-Nya. Juga siap untuk istikamah dengan tetap berada pada jalan dakwah, apa pun yang menjadi halangan dan rintangannya tidak akan goyah apalagi berpindah termasuk meninggalkan kewajiban.

Begitupun aku yang baru meniti jalan hijrah, sebelumnya berada dalam kehidupan penuh glamor, bebas karena tuntutan gaya hidup. Namun, kini sudah memutuskan untuk menjadi pejuang dakwah supaya bisa menyampaikan nasihat yang haq. Setelah hijrah, aku tinggalkan semua harta, kemewahan, termasuk pekerjaan, dan memutuskan untuk berpindah ke kota lain.

Dalam perjalanan menjadi pendakwah pada kalangan kelompok kecil dan pribadi secara langsung, aku pernah berjumpa dengan orang yang berpengaruh dalam Ormas tertentu, juga seorang pengusaha yang bisa dikatakan sukses. Aku berniat untuk mengajaknya hijrah dan berjuang bersama, dengan cara meninggalkan pemikiran yang merusak. Tapi justru malah berbalik, ditawarkannya kepada saya sebuah jaminan kehidupan.

Dengan cara memberikan fasilitas kemewahan seperti tempat tinggal, sandang, pangan, pendidikan buat keluarga, kendaraan, termasuk mengelola jemaah dan siap untuk duduk di parlemen. Tawaran ini sungguh menggiurkan dan hampir saja aku menyetujui, mengingat setelah hijrah hidupku yang apa adanya bisa dikatakan kekurangan atau masuk ke dalam keluarga tidak mampu.

Di balik tawaran yang menggiurkan itu, ternyata ada syarat yang harus ditinggalkan olehku. Tidak lain, yaitu harus meninggalkan dakwah yang ku emban selama ini. Walaupun sebenarnya tujuannya sama untuk menghapuskan aturan yang berasal dari Barat, hanya bedanya cara mereka menyuarakan dakwah dengan ikut masuk dalam kubangan aturan yang merusak akidah supaya bisa duduk dalam parlemen. Islam itu murni, jika ingin menerapkan aturan Islam juga harus dengan cara yang murni. Jadi, benar-benar menghapuskan ide kufur sampai ke akar-akarnya.

Beberapa hari memikirkan tawaran tersebut untuk ditolak atau diterima. Aku terus mencari referensi untuk menguatkan keputusan. Karena, saat ini yang aku butuhkan hanyalah pendidikan. Hal ini yang membuat perasaanku bimbang untuk menolaknya. Akhirnya aku membaca hadis tentang kewajiban dakwah bagi muslim.

Dari Abdullah bin Amru, dia berkata, bahwa Rasulullah saw, bersabda: “Sampaikanlah dariku meskipun hanya satu ayat” (HR. Tirmidzi). Dari penjelasan hadis ini seolah memberikanku penjelasan bahwa ini merupakan landasan kewajiban untuk berdakwah. Dan kewajiban tersebut berlaku bagi setiap muslim baik itu laki-laki maupun perempuan. Jadi, sudah tidak ada alasan lagi untuk tidak siap dalam menunaikan kewajiban dakwah.

Terkait bagaimana mana cara berdakwah? Rasulullah saw, sudah memberikan teladan yang baik. Beliau berdakwah semata-mata hanya karena perintah Allah Swt. Ketika dakwah beliau yang mulai menampakkan keberhasilan di Kota Mekah juga Jazirah Arab, kemudian terdengarlah oleh raja-raja pada saat itu. Tak terkecuali Raja Persia yang menolak dakwah beliau dengan cara mengirimkan utusan kepada Rasulullah saw dan meminta untuk menghentikan dakwahnya.

Tapi, beliau dengan tegas menolaknya serta menyampaikan bahwa dakwah yang dilakukannya itu bukanlah kehendak pribadi diri sendiri. Namun, semata-mata atas dasar perintah Allah Swt dan mendapat rida-Nya. Dengan demikian, hal utama yang harus ditanamkan dalam diri kita adalah supaya Lillah berada pada jalan dakwah yaitu dengan cara memurnikan niat dalam diri hanya karena Allah semata.

Umar bin Khattab berkata, pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya (sahnya) amal-amal perbuatan adalah hanya bergantung kepada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang diniatkannya. Barangsiapa hijrahnya adalah karena Allah Swt dan Rasul-Nya, maka hijrahnya dicatat Allah Swt dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya karena untuk mendapatkan dunia atau (menikahi) wanita, maka hijrahnya adalah (dicatat) sesuai dengan tujuan hijrahnya tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari penjelasan hadis tersebut dapat diambil pelajaran bahwa niat merupakan suatu syarat akan diterima atau tidaknya segala amal perbuatan kita. Juga setiap amalan ibadah tidak akan pernah mendatangkan pahala disisi Allah Swt kecuali berdasarkan niatnya semata-mata karena-Nya. Sedangkan niat ini, tercatat sejak awal waktu pelaksanaan ibadah. Dan tempatnya berada di dalam hati.

Jadi, jika sejak awal sudah memutuskan niat berdakwah karena Allah Swt semata. Maka apa pun halangan dan ujian yang menerpa, baik itu berupa hambatan, penyiksaan, dijauhi, difitnah, dikucilkan, dan lain sebagainya harus bersabar, teguh pendirian, dan berlapang dada menerimanya. Termasuk juga dalam ujian akan diberikan kemewahan, harta, jabatan, dan lainnya tapi harus meninggalkan dakwah. Maka, bersabar dalam ketaatan adalah lebih baik.

Luqman menasihatkan pada putranya dan ini juga merupakan nasihat bagi para pengemban dakwah. Allah Swt, mengabadikannya dalam Al-Qur’an yang artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman: 17)

Dengan demikian, sejak awal aku sudah meniatkan diri untuk berdakwah semata-mata karena taat perintah Allah Swt. Sehingga, dakwah ini punya kekuatan yang mendalam untuk terus diperjuangkan. Dengan berdakwah harus diyakini bahwa kita akan mendapatkan pertolongan Allah sebagaimana ditolongnya Rasulullah juga para sahabatnya.

Jadi, sesulit apa pun halangan dan tantangan dakwah, tidak akan bergeser sejengkal pun untuk meninggalkannya. Karena, sudah tertanam dalam diri bahwa dakwah ini adalah perintah Allah, dan akan mendapatkan pertolongan-Nya. Jangan sampai hawa nafsu dan godaan setan menipu diri sehingga menyebabkan dakwah diniatkan bukan untuk taat atas perintah Allah.

Oleh sebab itu, dengan penuh keyakinan, aku memutuskan untuk menolak tawaran kemewahan tersebut. Karena, dakwah ini Lillah bukan karena sebab lain, seperti kemewahan, terjaminnya masa depan, harta, maupun jabatan. Dalam berdakwah yang paling terpenting adalah mendapatkan pertolongan dan rida-Nya semata, di mana pun berada.

Karena aku selalu mengingat firman Allah Swt, ini di segala aktivitas dalam mengarungi kehidupan yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu,” (QS. Muhammad: 7).[]