Breaking News

Godaan Menjelang Pernikahan

Spread the love

Oleh. Kholda Najiyah

(Founder Salehah Institute)

MuslimahTimes.com – Jodoh memang rahasia Allah. Bahkan saat hari-H pun, bisa saja pernikahan batal. Ada saja gangguan atau hambatan yang mengganjal di detik-detik menjelang pernikahan. Nah, untuk para single yang siap-siap menikah, atau para orang tua yang akan menikahkan putra-putrinya, harus mewaspadai hal-hal yang membuat resah menjelang ijab sah. Di antaranya sebagai berikut:

1. Muncul Keraguan

Karena menikah hanya sekali, seseorang tentu berusaha mendapatkan pasangan yang tepat dan terbaik untuknya. Yang cocok dan sesuai harapan. Karena itu, meski sudah diawali ta’aruf atau pengenalan satu sama lain, masih banyak yang belum dikenal secara mendalam. Hingga akhirnya muncul keragu-raguan, “Akankah dia pilihan yang terbaik.

Hati-hati, munculnya keragu-raguan itu bisa jadi datangnya dari setan. Makhluk Allah yang satu ini tidak suka melihat hamba-hamba-Nya taat syariat. Setan tak membiarkan pasangan menikah demi ibadah, mereka lebih suka menjerumuskan dalam zina.

Sebaliknya, bisa juga keragu-raguan ini adalah sinyal dari Allah untuk meneliti lebih dalam lagi profil sang calon. Karena itu, untuk menepis keraguan, perdalam lagi hal-hal prinsipil tentang pasangan dan keluarganya yang hendak dikenali. Teliti kembali dan observasi lagi dengan menggali informasi sebanyak-banyaknya.

Jangan lupa minta petunjuk pada Allah, dengan salat istikharah dan salah hajat agar bisa menepis keraguan dan menggantinya dengan keyakinan. Jika sudah yakin dan mantap, lanjutkan dan jangan dengarkan bisikan setan.

2. Mendadak “Laris Manis

Seseorang yang sudah dikhitbah atau dilamar dan sudah siap menuju akad nikah, tiba-tiba banyak yang menanyakan. Banyak yang ingin melamar dan mengajukan curiculum vitae (CV). Ini godaan, karena “merasa diri laku” seolah menaikkan value, hingga ada kesempatan untuk melirik calon lain yang barangkali lebih oke.

Tentu saja, jika sudah menerima khitbah, tidak boleh menerima CV lain. Sebab nanti berpotensi membuat ragu, karena membandingkan yang satu dengan lainnya. Karena itu, pastikan sebelum menerima khitbah, sudah dipikirkan masak-masak. Jika ingin pilih-pilih dulu, harusnya dilakukan sebelum khitbah.

3. Mendadak Ingat Mantan atau Pasangan Idaman

Bagi seseorang yang sudah punya pengalaman menjalin hubungan dengan lawan jenis sebelumnya, godaan menjelang nikah adalah ingat mantan. Atau bahkan didekati mantan menjelang hari-H. Itulah mengapa Islam melarang pacaran, supaya jangan sampai punya mantan-mantan yang kelak hanya menjadi batu sandungan dalam pernikahan. Sebaiknya abaikan dan lupakan.

Demikian pula seseorang yang sebenarnya punya sosok yang diimpikan akan menjadi pasangannya, namun ternyata yang bersangkutan tidak memilihnya. Dia sendiri tidak berani mengajukan penawaran untuk meminta dijadikan pasangan. Hanya dipendam dalam hati.

Menjelang hari-H, akan ada bisikan-bisikan dalam hati, masih berharap agar menikah dengannya dan bukan dengan calon pasangannya ini. Na’udzubillah. Hati-hati dengan hati. Lebih baik fokus menerima yang sudah jelas, daripada berharap pada yang belum pasti. Nanti kecewa jadinya.

4. Ditampakkan Kekurangan-kekurangan Pasangan

Menjelang nikah, mungkin seseorang akan mendapatkan informasi-informasi dari berbagai pihak tentang kekurangan dan kelemahan pasangannya. Atau selama interaksi menjelang hari-H, ada hal-hal yang membuat tidak sreg di hati, hingga merasa dia tidak sebaik yang disangka.

Ingat, manusia tidak ada yang sempurna. Selama kekurangan dan kelemahan itu bukan hal mendasar yang dikhwatirkan mengganggu pernikahan, jangan dibesar-besarkan. Sekali lagi, silakan teliti lebih dalam tentang dia.

5. Problem Keuangan

Menjelang hari-H akan banyak pengeluaran yang dibutuhkan. Antara lain untuk biaya pernikahan, juga berbagai kebutuhan pascanikah. Maklum, akan membangun rumah tangga baru, tentunya banyak daftar kebutuhan yang menunggu anggaran.

Kadang hal ini menjadi sandungan dalam pernikahan, ketika salah satu pihak mengajukan tuntutan yang sulit untuk dikabulkan. Atau, tiba-tiba ada ujian keuangan yang dialami sang calon hingga pernikahan terancam batal.

Untuk itu, diskusikan dengan baik. Musyawarahkan. Cari solusi dan jalan keluar. Sederhanakan proses menjelang hari-H. Masing-masing pihak hendaknya rela berkorban untuk saling meringankan satu sama lain. Calon mempelai pria mengupayakan yang terbaik. Sementara pihak calon mempelai wanita, harus lebih realistis meminta sesuai dengan kemampuan calon suaminya.

6. Keluarga Tidak Kompak

Menikah tak hanya melibatkan kedua calon, juga kedua belah orang tua masing-masing. Ada kalanya, menjelang hari-H, kedua belah pihak tidak kompak dan saling pengertian. Maklumlah, akan melepaskan anak tercinta, masing-masing ingin anaknya melepas masa lajang dengan momen terbaik. Mereka pun ingin agar anaknya mendapatkan jodoh terbaik, dan mertua terbaik. Untuk itu, pihak keluarga harus saling terbuka dan saling mendukung hingga pernikahan dapat berlangsung sesuai harapan.(*)