Breaking News

Islamophobia Terus Berulang. Bilamana Bisa Dihadang??

Spread the love
Oleh : Farid Haritsah
#MuslimahTimes — Puluhan orang berkumpul di luar Batley Grammar School di West Yorkshire, Inggris,  pada hari Kamis (25 Maret 2021), seperti dilansir BBC dan The Guardian pada hari Jum’at (26 Maret 2021).  Mereka melakukan protes karena tindakan seorang guru yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad dalam salah satu pelajaran di sekolah tersebut pada hari senin (22 Maret 2021).
Menanggapi insiden ini, Kepala Sekolah Batley Grammar School, Gary Kibble meminta maaf kepada orangtua murid. Namun beberapa dari mereka menuntut agar sang guru (yang tidak disebutkan namanya ) itu dipecat. 
Kepala sekolah menjanjikan penyelidikan terhadap kasus ini. Dituturkan oleh Kibble bahwa pihak sekolah telah menghapus gambar dan konten tersebut, serta akan melakukan pengkajian terhadap mata pelajaran kajian keagamaan — mata pelajaran saat karikatur Nabi ditunjukkan — demi memastikan tidak ada sumber tidak pantas yang digunakan.
KEJADIAN YANG BERULANGKALI
Penghinaan terhadap pribadi Rasulullah SAW terjadi berulangkali. Masih belum lama juga terjadi yaitu pada tanggal 16 Oktober 2020 seorang guru di Prancis bernama Samuel Paty dibunuh oleh seorang remaja usia 18 tahun karena guru tersebut menunjukkan kepada para siswanya karikatur Nabi Muhammad. 
Presiden Prancis Emmanuel Macron yang tiba di lokasi kejadian menyatakan bahwa peristiwa tersebut sebagai serangan teror dan menyerukan kepada warga Prancis untuk bersatu. Dikatakan oleh Macron bahwa guru tersebut dibunuh karena mengajarkan kemerdekaan untuk menyampaikan pendapat. 
Bahkan Pemerintah Prancis 5 hari kemudian, pada 21 Oktober 2020 menampilkan karikatur Nabi Muhammad menggunakan proyektor di gedung balai kota di wilayah Occitanie. Proyeksi karikatur nabi tersebut berlangsung selama lebih dari 4 jam. 
Karena pernyataannya, Macron telah menyerang dan melukai sentimen jutaan muslim di Eropa dan seluruh dunia. Ia menggambarkan Islam sebagai agama dalam krisis. Ia mengatakan negaranya tidak akan berhenti menerbitkan atau membicarakan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad. 
Tidak heran kalau aktivitas tersebut memicu kemarahan umat Islam. Kecaman, kutukan bahkan boikot produk prancis adalah cara yang ditempuh demi membela Rasulullah Sang Junjungan. 
AKIBAT ISLAMOPHOBIA
Islamophobia telah mengakibatkan penderitaan minoritas muslim yang hidup di negara-negara Eropa. Mereka Cenderung mendapat perlakuan diskriminatif.
Survei terbaru menunjukan diskriminasi terhadap Muslim Eropa meningkat dalam satu dekade. Dua dari lima atau sekitar 40 persen Muslim Eropa menghadapi perlakuan tidak adil saat mencari pekerjaan, mencari rumah atau mengakses layanan publik seperti pendidikan dan kesehatan
Seperti yang dilansir Guardian pada 21 September 2017, hampir 30 persen responden dalam survei itu mengatakan mereka telah dihina dan 2 persen telah diserang secara fisik dalam 12 bulan terakhir.
Survei tersebut dilakukan pada akhir 2015 dan awal 2016 oleh badan hak asasi fundamental Uni Eropa dengan melibatkan 10.500 umat Muslim di 15 negara termasuk Prancis, Jerman, Belanda, Spanyol, Swedia dan Inggris.
Sebagian besar dari mereka yang telah diperlakukan tidak adil dalam 5 tahun sebelum survei tersebut mengatakan mereka merasa didiskriminasi karena nama, warna kulit atau penampilannya
Hampir 40 persen wanita yang mengenakan jilbab atau niqab di depan umum merasa didskriminasi saat melamar pekerjaan. Lebih dari 30 persen wanita yang mengenakan pakaian tradisional atau religius mengatakan, mereka telah dilecehkan, paling sering melalui isyarat atau komentar yang menyinggung perasaan.
MENGAPA ISLAMOPHOBIA MEREBAK DI BARAT
Islamophobia yang merebak di Barat tentu bukanlah karena kebetulan. Hal ini  sengaja diciptakan Barat karena ketakutan mereka akan kebangkitan Islam. 
Peristiwa 11 September 2001 adalah tonggak utama penyebab munculnya Islamophobia yang semakin meluas.Di dukung oleh media-media barat yang menggambarkan Islam dengan wajah penuh kekerasan dan terorisme. 
Kemudian dibangun narasi perang melawan terorisme, radikalisme, dan ekstrimisme. Hal ini terus-menerus dikampanyekan para penguasa Barat dan para elit politik. Narasi-narasi ini terus disuarakan bahwa seolah-olah Islam itu musuhnya.
Melalui media massa, Barat menyerukan kebencian terhadap Islam dan kaum Muslim. Kebencian terhadap Islam ditegaskan lagi dalam bentuk kebijakan-kebijakan Islamophobia yang dilakukan oleh negara-negara yang mengklaim demokrasi. 
Kebencian terhadap Islam ini bahkan menjadi budaya bangsa yang mencerminkan kebencian para pemimpin Barat dan organisasi-organisasinya terhadap kaum Muslim di seluruh dunia. Bahkan dalam benak orang yang fobia terhadap Islam mereka memandang bahwa islam itu adalah ideologi setan (evil ideology). 
Islamophobia yang menguat di Barat tidak bisa dilepaskan dari kondisi kapitalisme dunia yang sedang mengalami kemerosotan luar biasa baik secara ekonomi atau pun politik. 
Ada kecenderungan masyarakat berpaling ke ajaran Islam sebagai satu alternatif. Jadi Islamophobia ini sebagai upaya untuk mencegah manusia masuk Islam. Sehingga ajaran Islam itu harus dikriminalkan bahkan dimonsterisasi. 
KHILAFAH ADALAH PENYELAMAT
Penghinaan terhadap Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam tidak hanya pernah terjadi pada masa sekarang ini. Pada masa Khilafah Utsmaniyah, pernah akan ada pementasan teater menghina Nabi Muhammad SAW. Ketika itu Perancis merancang mengadakan pementasan drama teater yang diambil dari karya Voltaire (seorang pemikir Eropa) yang menghina Rasulullah SAW
Seketika itu juga, setelah Sultan Abdul Hamid II -pemimpin pada saat itu- mengetahui kabar akan ada pementasan drama tersebut, beliau langsung memerintahkan duta besarnya yang ada di Perancis untuk memberhentikan pementasan drama tersebut. Tidak hanya itu, Sultan Abdul Hamid II juga mengingatkan akan akibat politik yang bakal dihadapi oleh Perancis jika masih meneruskan pementasan itu.
Pementasan tersebut serta merta dibatalkan. Tidak berhenti sampai disitu, kumpulan teater tersebut pindah ke Inggris untuk melakukan pertunjukan yang sempat batal. Namun lagi-lagi, Sultan Abdul Hamid II tidak setuju dengan pementasan itu. Beliau memerintahkan Inggris untuk menghentikan acara tersebut, namun pemerintah Inggris menolak dengan alasan tiket sudah dijual dan sekiranya dibatalkan, hal itu melanggar prinsip kebebasan rakyatnya. Perwakilan Utsmaniyah di Inggris mengatakan kepada Inggris bahwa walau pun Perancis mengamalkan ‘kebebasan’ tetapi mereka telah mengharamkan pementasan drama itu. Inggris juga menegaskan bahwa kebebasan yang dinikmati oleh rakyatnya adalah jauh lebih baik dari apa yang dinikmati oleh Perancis.
Setelah mendengar jawaban itu, Sultan Abdul Hamid II kembali memberikan perintah: “Saya akan mengeluarkan perintah kepada umat Islam dengan mengumumkan bahwa Inggris sedang menyerang dan menghina Rasulullah kami! Saya akan kobarkan Jihad al-Akbar (Jihad yang besar).” Britania dengan serta merta melupakan keinginannya mengamalkan “kebebasan berpendapat” (freedom of speech) dan pementasan drama itu dibatalkan.
Inilah bukti kehebatan Islam, ketika diterapkan oleh Negara. Tak heran jika Imam Al Ghazali dalam Al Iqtishad fil I’tiqad menuliskan: Agama dan kekuasaan bagaikan saudara kembar… agama adalah asasnya dan kekuasaan adalah penjaganya, apa saja yang tidak memiliki asas maka akan hilang dan apa saja yang tidak memiliki penjaga maka akan hancur.
Apa yang dialami umat Islam saat ini, baik di Barat ataupun di negeri-negeri Islam, semakin menegaskan kebutuhan umat Islam terhadap Khilafah Islam. 
Negara adidaya inilah kelak yang melindungi kehormatan kaum muslimin. Tanpa Khilafah, penghinaan terhadap Rasulullah dan kaum Muslimin akan terus berulang. 
Kita sambut kembalinya Khilafah Rasyidah ‘ala min haajin nubuwwah dengan perjuangan yang pantang menyerah. Dalam barisan yang kokoh. Dalam waktu yang tidak lama lagi. Insya Allah. Allaahu Akbar.