Breaking News

Jangan Abaikan Hal Ini Bila Hendak Menikah Lagi

Spread the love

Oleh. Kholda Najiyah
(Founder Salehah Institute)

Muslimahtimes.com–Lagi-lagi kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) mencuat, pasca seorang artis yang juga politisi melaporkan suaminya ke polisi. Sang artis bahkan bertekad akan menggugat cerai karena mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Padahal, sebelum menikah, kedua figur publik itu sering mengumbar kemesraan akibat terlalu bucin (budak cinta, istilah gaul bagi orang yang dimabuk cinta).

Terlepas dari alasan dan penyebab KDRT, peristiwa ini lagi-lagi menjadi peringatan bagi para pasangan yang hendak melangsungkan pernikahan, agar berhati-hati dalam memilih calon. Setidaknya perlu mempertimbangkan banyak hal, agar tidak menjadi korban bucin.

Apalagi, jika pernikahan itu dilakukan oleh pasangan yang sudah matang dalam hal usia, yang sebenarnya bukan pernikahan baru bagi keduanya. Ya, menikahi janda atau duda, tentu memiliki konsekuensi yang berbeda dibanding pasangan yang masih lajang. Meskipun begitu, peringatan ini berlaku untuk semua pasangan sebelum menikah. Apa itu? Hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:

1. Kenali Karakter Bawaannya dan Ketundukannya pada Syariat

Manusia bisa berubah, seiring dengan perubahan pemahaman, pola pikir dan mindsetnya. Tetapi, kalau menyangkut karakter dasar bawaan sejak lahir, sangat sulit berubah. Bahkan hampir-hampir tidak bisa diubah. Padahal, perilaku sehari-hari seseorang, disetir oleh pola pikir plus karakter bawaannya ini.

Misal, pria yang punya sifat temperamental, selamanya akan temperamental, kecuali pola pikirnya telah tunduk dan bisa dikendalikan oleh syariat. Kalau orang itu sudah hijrah, yakni ngaji dan memperdalam aspek spiritual, bisa saja sifat temperamental itu ditekan. Walaupun jika ada pemicunya, potensi marah itu akan tetap ada.

Demikian pula sikap egois pada wanita, sulit dihilangkan. Hanya bisa ditundukkan dengan syariat. Ketika paham agama, ia akan taat pada suami selama tidak melanggar syariat. Termasuk dalam memberikan pelayanan selama dalam kondisi sehat dan mampu.

Inilah pentingnya menjadikan agama sebagai pertimbangan nomor satu dalam memilih pasangan. Sebab, sifat bawaan seburuk apapun, agama kuncinya. Yang sudah ngaji dan paham agama saja tidak menjamin untuk menjadi pribadi yang lembut dan penyabar, apalagi yang tak pernah bergaul dengan kajian.

2. Jangan Abaikan Track Record

Setiap manusia memiliki masa lalu. Apalagi yang sudah menyandang status janda dan duda. Pasti punya pengalaman rumah tangga sebelumnya. Baik kesuksesan maupun kegagalan. Ini informasi yang tidak boleh diabaikan sama sekali. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab kegagalan itu, hendaknya diketahui untuk menjadi pelajaran agar tidak terulang.

Memang, sebelum menikah, tidak ada hak untuk mengorek-ngorek masa lalu jika calon pasangan tidak mengizinkannya. Masa lalu sebaiknya dikubur dalam-dalam, untuk dilupakan demi membuka lembaran hidup baru. Namun, jika masa lalu itu memang bisa ditelusuri atau jujur diakui, tidak ada salahnya untuk diketahui.

3. Cermati Jejak Digitalnya

Zaman sekarang, ada media sosial yang bisa dijadikan sebagai cerminan dari sepak terjang seseorang. Bisa diintip profil dan postingan-postingannya selama ini, karena sedikit banyak hal itu menggambarkan citra diri seseorang. Dia memperkenalkan diri sebagai siapa, siapa saja pertemanannya, aktif di wadah apa, dan dengan siapa berkomunitas,

Misal, apakah dia pecandu konten porno. Apakah pendukung kaum penyimpangan seksual. Apakah pendukung partai politik tertentu. Apakah pernah berbagi hal yang tak senonoh. Ataukah didominasi postingan-postingan kebaikan.

Semua itu bisa menjadi bahan pertimbangan. Meskipun, bisa saja dia menjadikan akun media sosialnya untuk sekadar pencitraan atau bahkan kepalsuan akan identitas aslinya, tetapi mengintip jejaknya di sini tidak ada salahnya.

4. Dengarkan Masukan Sekitar

Jangan tutup telinga dari informasi dan masukan sekitar. Baik dan buruk rumor tentang calon, adalah sinyal untuk lebih memperhatikan dengan teliti akan orang tersebut. Positif thinking saja bahwa yang memberi masukan itu berniat baik, dan tidak ingin membuat bingung. Bisa dicari kebenarannya. Dibuktikan. Jika tidak terbukti, bisa diabaikan.

Memang, orang bucin paling susah menerima masukan dan nasihat. Karena itu, sekali lagi jangan abaikan nasihat tersebut. Ingat kata pepatah, “Gajah di lautan tampak, semut di depan mata tidak tampak.” Saking bucinnya banyak pasangan mengabaikan informasi buruk tentang calonnya dan menganggap itu sebagai angin lalu. Bahkan menuduhnya sebagai upaya mencegah cinta mereka berdua. Walaupun fakta di depan mata, namun dibutakan oleh besarnya cinta. Hati-hati, cinta bisa menghancurkan.(*)