Breaking News

Konflik Palestina, di Mana Posisi Kita?

Spread the love

 

Oleh. Yuli Ummu Raihan

(Penggiat Literasi) 

muslimahtimes.com

Ke mana perginya para lelaki

Yang akan memenuhi seruan Ilahi

Di mana jiwa para pemuda berani

Menjual diri untuk surga yang abadi

Umat melolong di gelap malam

Rindukan pelita yang telah hilang

Khilafah kembali bersinar terang

Datanglah wahai para pejuang

Mengapakah kalian membisu

Sementara musuh merampas tanahmu

Menjarah, menindas dan menyiksa

Kalian hanya bisa terdiam terpana

Penggalan lirik lagu nasyid ini, menggambarkan kondisi Palestina dan negeri muslim lainnya yang saat ini masih terjajah oleh kafir penjajah. Sejak Daulah Islam runtuh tahun 1924 M, umat Islam sebagaimana ayam kehilangan induknya, tercerai berai dan menjadi rebutan para kafir penjajah. Umat Islam banyak, namun tidak berdaya seperti buih di lautan.

Perhatian dunia kembali tertuju pada Palestina di mana pada 7 Oktober 2023 lalu militan Palestina Hamas, berhasil menyerang Israel di Jalur Gaza yang berakibat fatal. Disebutkan serangan baru pertama kali sejak 50 tahun terakhir yang membuat Israel langsung mendeklarasikan “perang” dan pengepungan total. Israel juga memutuskan pasokan air, makanan, dan listrik.

Teknologi dan kecanggihan pengamanan Israel yang diklaim paling canggih di dunia akhirnya bisa ditembus Hamas. Mantan Kepala Badan Intelijen, Mossad Efrain Havely, menyebutkan Israel kecolongan. (CNN Indonesia.com, 9/10/2023)

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan kepada bangsa Israel bahwa negaranya sedang dalam kondisi perang, dan memerintahkan pemanggilan pasukan cadangan dan berjanji bahwa Hamas akan “membayar harga yang belum mereka ketahui sebelumnya.

Akibat serangan ini layanan ambulans Israel mengatakan bahwa sedikitnya 40 warga Israel tewas dan ratusan lainnya luka-luka dalam serangan Hamas. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah.

Sementara pejabat kesehatan Gaza, mengatakan 198 warga Palestina tewas dalam serangan balik yang dilakukan Israel. Israel mengatakan pasukannya terlibat dalam baku tembak dengan militan Hamas yang menyusup melintasi pagar pemisah dan bahkan masuk ke Israel melalui udara dengan mengunakan paralayang.

Serangan yang dilakukan Hamas ini disebut oleh Pemimpin bayangan sayap militer Hamas, Mohammed Deif, sebagai “Operasi Badai Al-Aqsa.” Hamas mengatakan serangan yang dilakukan pada 7 Oktober lalu didorong oleh peningkatan gempuran Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat, Yerusalem dan terhadap warga Palestina di penjara-penjara Israel.

Dari sisi perbandingan kekuatan militer antara Palestina dan Israel sangatlah timpang. Mengutip defencestreet, Israel memiliki persenjataan berteknologi canggih, pasukan militer yang terlatih, peralatan modern, kemampuan intelejen, dan infrastruktur pertahanan yang kuat. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sangat kuat. Negara ini menerapkan wajib militer sehingga pasukannya tetap besar dan terlatih. Muncul kekhawatiran bahwa Israel akan bertindak lebih agresif lagi yang akan membuat korban jiwa dan kerusakan infrastruktur akan semakin bertambah.

Beragam reaksi dari dunia baik di Barat maupun di Timur terkait konflik ini. Negara Barat seperti Belgia, Jerman, Perancis, dan Yunani dan banyak negara lain mengutuk keras aksi penyerangan yang dilakukan Hamas. Bahkan mereka menyebut aksi ini sebagai teror terhadap warga Israel.

Sementara di Timur seperti Arab Saudi, Turki, Qatar, dan termasuk Indonesia menyerukan dan mendesak agar konflik ini segera dihentikan. Di dunia maya pun pro dan kontra terjadi. Netizen terbagi menjadi tiga kubu yaitu yang mendukung Palestina, yang mendukung Israel dan yang diam seolah berita ini hanya kejadian biasa dan acuh tak acuh.

Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang notabenenya adalah tempat berkumpulnya bangsa-bangsa di dunia tidak bisa berbuat banyak. PBB pernah mengeluarkan 36 resolusi terkait konflik Palestina dan Israel, tapi tidak mampu mengubah keadaan. Palestina tetap dijajah dan terancam terusir dari tanahnya sendiri.

Begitu pula sikap para pemimpin di negeri-negeri Muslim yang hanya sebatas mengecam, dan mengutuk. Padahal mereka punya pasukan militer yang bisa dikirim untuk membantu Palestina. Ironisnya negeri-negeri muslim terus melakukan agenda normalisasi hubungan dengan Israel.

Beginilah kondisi umat Islam tanpa Khilafah. Mereka hidup dalam sistem rusak bernama Kapitalisme. Asasnya yang memisahkan agama dari kehidupan (sekuler) melahirkan nasionalisme yang akhirnya menyekat negeri-negeri muslim. Nasionalisme membuat rasa peduli mereka terkikis, kalau pun ada hanya tersisa rasa kasihan, memberikan bantuan materi dan mengirimkan doa untuk rakyat Palestina. Atau individu yang tergerak hatinya berangkat ke Palestina sebagai relawan. Padahal semua itu tidaklah cukup untuk mengakhiri derita rakyat Palestina.

Jihad dan Khilafah Solusi bagi Palestina

Tanpa mengecilkan sekian banyak donasi yang telah disalurkan kepada rakyat Palestina, serta doa-doa terbaik khususnya keselamatan untuk mereka kita perlu memahami bahwa semua itu belum mampu mengakhiri derita mereka. Ibarat seseorang yang kerampokan, isi rumahnya dijarah, rumahnya dihancurkan, anggota keluarganya disiksa bahkan dibunuh, akses makan dan kebutuhan mereka dibatasi, namun tetangganya hanya bisa melihat, mengutuk, merasa iba, memberikan bantuan makanan, mengobati luka mereka, dan menyelenggarakan jenazahnya. Rumah mereka yang diporak-porandakan maling tadi diperbaiki/bangun ulang. Sementara si rampok masih ada di sana dan bisa melakukan hal serupa kembali kapan saja.

Hanya dengan jihad dan Khilafahlah derita Palestina dan negeri-negeri lainnya dapat diakhiri. Namun solusi ini berhasil dipropagandakan negatif. Sehingga menimbulkan islamofobia bahkan pada umat Islam sendiri. Hal ini akhirnya melunturkan rasa persaudaraan dan melemahkan persatuan kaum Muslim. Hingga jumlah muslim yang banyak ini tidak mampu melakukan apa pun. Kalau pun ada, biasanya hanya solusi jangka pendek.

Sementara paradigma Islam memandang bahwa umat Islam ini bagaikan satu tubuh. Mereka bersaudara tanpa melihat lagi asal usul, bahasa, ras, dan lainnya. Maka, derita Palestina adalah akan membuat sakit umat Islam di mana saja berada. Maka, seluruh umat Islam akan bersatu untuk melenyapkan penderitaan tersebut. Israel adalah rampok, maka ia harus diusir dan mengembalikan semua yang telah ia rampok. Negara Islam akan mengirimkan pasukan yang terlatih, lengkap dengan peralatan perang yang canggih,serta semangat mencari syahid di jalan Allah. Dengan bersatunya seluruh umat Islam dibawah naungan khilafah insya Allah Israel akan sangat mudah dikalahkan.

Sudah saatnya kita menunjukkan sikap kita, bahkan sekalipun kita bukan seorang muslim, sebagai seorang manusia seharusnya kita mengutuk keras apa yang dilakukan Israel. Tentukan di mana posisi kita. Lakukan apa yang kita bisa, dan maksimalkan. Jangan berdiam diri seolah tidak terjadi apa-apa, atau cuek karena menganggap ini bukan urusan kita, atau malah menyebar fitnah keji dengan mengatakan Hamas teroris, Hamas yang mencari masalah, dan lainnya.

Apa yang terjadi di Palestina ini adalah kemungkaran, maka ingatlah sabda Nabi berikut:

: «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim, no. 49)

Jika punya kekuasaan, maka gunakan kekuasaan itu untuk menolong mereka. Jika punya ilmu maka pergunakan ilmu itu untuk menolong mereka. Begitupun dengan harta, dan potensi lainnya. Saat ini hampir semua orang punya medsos, maka manfaatkan medsos kita dengan mengshare konten-konten terkait Palestina, buatlah status yang mendukung mereka, dan menunjukkan pembelaan kita. Mengungkapkan kejahatan Israel dan sekutunya. Semoga ini bisa menjadi hujah kita kelak di hadapan Allah Swt ketika ditanya: “Apa yang sudah kamu lakukan untuk saudara-saudaramu di Palestina?

Wallahua’lam bishawab.