Breaking News

Kritik Kurikulum Pendidikan, Kritik Dasar Arah Pembangunan Generasi

Spread the love

 

Oleh. Amiratush Shalihah

MuslimahTimes.com – Pendidikan adalah aspek penting dalam sebuah negara, karena pendidikan yang baik akan melahirkan generasi yang unggul. Selama pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung cukup lama ini, pendidikan haruslah diperhatikan karena sedikit banyaknya pandemi covid-19 sangatlah memengaruhi proses pendidikan, mulai dari UN ditiadakan, pembelajaran daring dll, sehingga kritik terhadap pendidikan dan pencarian solusi pendidikan di tengah pandemi terus berlangsung.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB), Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin), meminta agar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makariem segera diganti. Dia melihat saat ini terjadi krisis serta darurat pendidikan sepanjang pandemi covid-19 yang belum bisa tertangani dengan baik. Dan belum ada terobosan yang signifikan yang dilakukan Nadiem sebagai solusi dalam mengatasi darurat pendidikan nasional. Oleh karena itu, dia sudah meminta Ketua Komisi X DPR yang juga Ketua DPW PKB Jawa Barat, Syaiful Huda, untuk mengambil inisiasi atas krisis stagnasi pendidikan nasional saat ini. Dia menambahkan, hingga sekarang tidak ada terobosan yang nyata yang bisa dirasakan masyarakat dari Mendikbud dalam menangani darurat pendidikan nasional. Padahal kondisinya sekarang butuh penanganan yang serius, tidak bisa sambil lalu apalagi diabaikan.

Mendikbud Nadiem Makariem, memetakan dasar kurikulum pendidikan saat ini. Dalam sistem pembelajaran berbasis proyek atau project based learning, yaitu kolaborasi dunia pendidikan dengan sektor industri. Program utama kurikulum pendidikan berbasis pendidikan vokasi dan konsep link-match. Dalam sistem ini terjadi proses timbal balik. Tampaknya dasar dari kurikulum ini masih menyasar pada peluang teknis saja. Aspek mendasar yang terkait dengan visi pendidikan belum tersentuh sempurna.

Karena itu, hendaklah visi-misi pendidikan era pandemi berupa program penjagaan generasi, yakni dengan penguatan landasan kehidupan. Ini baik dari sisi akidah peserta didik maupun keterikatan peserta didik terhadap hukum syariat dalam kehidupannya. Sedangkan kurikulum yang berbasis vokasi ini akan melahirkan output yang memiliki keilmuan profesional, namun kering secara spiritual. Visi dan misi hidupnya diarahkan hanya untuk meraih materi sebanyak-banyaknya.

Gaya hidup yang serba hedonis, dan sekuler. Karena dalam sistem sekuler saat ini generasi muda harus dituntut profesional serta produktif, sesuai dengan semboyan  “kerja, kerja, kerja”. Sedangkan produktif dalam sistem sekarang adalah kreatif menghasilkan uang, totalitas dalam bekerja dan mandiri dalam wirausaha.

Dalam sudut pandang Islam, generasi muda dibentuk bukan sekadar produktif bekerja dengan tujuan menghasilkan uang saja. Namun lebih dari itu, keberkahan adalah salah satu modal besar dalam membangun sebuah peradaban khususnya peradaban Islam. Peserta didik harus menyadari betul perannya sebagai hamba Allah. Kewajiban antara dunia dan akhirat harus diseimbangkan, bukan hanya memikirkan dunia saja. Setiap Muslim harusnya tidak meninggalkan aktivitas amar maruf nahi mungkar, membina masyarakat dan berjuang untuk menegakkan hukum Allah agar tegak di muka bumi secara menyeluruh.

Begitulah gambaran sistem pendidikan negara Islam. Negara Islam akan memfasilitasi pendidikan tidak sekadar fisik, tapi juga membangun ketakwaan kepada Allah Swt. Tak heran, sistem pendidikan Islam selain menghasilkan generasi yang profesional terhadap ilmu dunia tapi juga ahli dalam agama.