Oleh: Tari Ummu Hamzah
MuslimahTimes— Semenjak dicabutnya BHP ormas Hizbut Tahrir Indonesia, opini terhadap perjuangan Islam kaffah dan penegakkan kembali khilafah makin menguat. Akan tetapi opini ini bukan tanpa pro dan kontra. Berbagai macam opini tandingan untuk menyesatkan ide khilafah semakin menjamur pula. Tudingan tentang khilafah akan memaksa orang-orang kafir masuk Islam, kudeta, perebutan kekuasaan, perang dll pun mengemuka. Akhirnya framing masyarakat terhadap khilafah menjadi sangat buruk.
Sudah menjadi sunatullah, jika ada kebenaran yang hendak diperjuangkan maka pasti diiringi banyak makar jahat yang hendak menghadang. Ini juga terjadi pada ide khilafah yang sudah bertahun-tahun diperjuangkan oleh HTI. Dimana masa-masa awal perjuangan HTI, ide khilafah hanya dipahami oleh orang-orang yang dekat dengan para kader HTI. Tapi kini ide khilafah seolah menjadi perbincangan panas di negeri ini. Jika diibaratkan kondisi saat ini hampir sama ketika sahabat Rasulullah Mus’ab Bin Umair, menyebarkan dakwah ke Madinah. Tidak ada satu rumah pun yang tidak memperbincangkan Islam. Pun sama dengan kondisi saat ini. Banyak orang yang memperbincangkan ide khilafah.
Tapi yang mereka perbincangkan tidak melulu mengenai makna dan arti khilafah itu sendiri. Tapi juga mengenai narasi sesat untuk meruntuhkan ide khilafah di benak kaum muslimin. Narasi ini acap kali digaungkan oleh kubu kontra khilafah, yang mengatakan bahwa ide khilafah itu hanya mitos, ahistoris, utopis, sia-sia belaka, bak mimpi di siang bolong, atau malah mereka menuding HTI sebagai pihak yang menunggangi ide khilafah untuk merebut kekuasaan sebuah negara. Sungguh tudingan yang jahat!
Inilah narasi sesat yang sudah sejak lama mereka gulirkan. Sebab mereka juga sudah memprediksi bahwa Islam akan kembali menjadi pemain utama dunia. Maka dari itu mereka meningkatkan kewaspadaan berkali-kali lipat. Kita tahu bahwa orang-orang kafir tidak rela jika Islam menempati posisi pemain utama di dunia. Sebab jika Islam mendominasi dunia itu berarti keruntuhan bagi bangsa barat. Agar hegemoni mereka terus berlangsung, maka diperlukan upaya-upaya untuk meruntuhkan ide-ide khilafah. Bahkan mereka berupaya menjadikan khilafah sebagai monster yang harus dilawan. Alhasil, framing negatif terhadap Islam dan khilafah membuat masyarakat phobia terhadap agamanya sendiri.
Mengenai upaya penghadangan tegaknya kembali khilafah, sudah banyak cara yang mereka tempuh. Mulai dari pencabutan BHP HTI, kriminalisasi ulama, simbol Islam, ajaran Islam, pengawasan ketat terhadap masjid, dll. Tapi sayangnya upaya mereka rupanya gagal, bahkan mejadi blunder bagi mereka sendiri. Sebab pembungkaman terhadap ide-ide Islam malah menjadikan masyarakat penasaran. Fenomena viralnya ide khilafah jelas sudah tidak dapat dipungkiri. Terlebih lagi di era media sosial saat ini.
Bagaimana seharusnya sikap seorang muslim terhadap makar dan opini sesat tentang ajaran Islam, khususnya khilafah?
Opini serta tudingan orang-orang kafir terhadap ide khilafah memang sangat jahat, tapi bukan berarti tudingan dan opini tersebut tidak layak untuk dikritisi. Justru malah tudingan dan penyesatan ide khilafah akan menuai banyak kritikan dari para ulama-ulama besar, serta dari para ahli sejarah Islam. Sebab secara historis Islam telah mendominasi dunia dalam kurun waktu hampir 14 abad lamanya. Tentu inilah fakta dimana Islam dalam bingkai khilafah pernah terwujud.
Sebagai seorang muslim, kita diwajibkan untuk mentaati syariat serta membela kehormatan Islam itu sendiri. Di samping itu juga diperlukan staqofah serta kesadaran politik. Sehingga seorang muslim mampu membongkar rencana jahat orang-orang kafir dalam memerangi dunia Islam. Serta mampu menganalisa dampak dan penyebab dari makar orang-orang kafir. Pada akhirnya kaum muslimin bisa menyerang mereka dengan opini tandingan Islam, yang mampu mematahkan argumen-argumen sesat orang-orang kafir, terhadap ajaran dan ide Islam dan khilafah. Hingga pada akhirnya ajaran Islam bisa berpengaruh serta menkristal di dalam diri kaum muslimin. Setelah itu, berupaya untuk menggiring umat pada perjuangan menuju perubahan yang hakiki.
Akan tetapi, perjuangan menuju perubahan hakiki ini butuh motor penggerak untuk memobilisasi pergerakan. Sebab pada dasarnya kaum muslimin itu disatukan dengan ukhuwah Islamiyah. Maka sungguh umat butuh sekelompok jamaah yang memperjuangkan Islam dan seluruh ajaran Islam tanpa terkecuali.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.s Ali’Imran: 104)