Breaking News

Marak Bunuh Diri Anak Bukan Hanya Sebab Sakit Mental

Spread the love

Oleh. Putri Eka Savitry

(Pemerhati Masyarakat)

Muslimahtimes.com–Angka tercatat anak bunuh diri kian meningkat. Terakhir diberitakan media masa, bunuh diri dilakukan oleh seorang anak SD di daerah Pekalongan yang mana sebelum ditemukan bunuh diri, orang tuanya meminta berhenti main HP untuk makan siang. Terjadi juga kasus diduga bunuh diri yang dilakukan anak yang terkenal periang. Ia menjatuhkan diri dari lantai 4 sekolah dasarnya di Jakarta Selatan. Pemasangan spanduk anti perundungan pun dilakukan oleh pihak sekolah. Kasus-kasus tersebut hanya sebagian dari ratusan kasus terlapor bunuh diri anak. Kemungkinan jumlahnya lebih banyak bila dihitung dengan yang tidak terlapor.

Pemantik Ide Bunuh Diri Tidak Hanya Kesehatan Mental yang Buruk

Dunia maya sudah menjadi asupan keseharian saat ini. Kecepatan informasi dapat setiap detik diakses oleh pengguna dunia maya. Dengan karunia otaknya, manusia mampu memiliki ide-ide kreatif untuk langsung mempraktikan apa yang dilihatnya. Sayangnya, minimnya literasi digital untuk mampu memilah informasi yang benar menjadikan manusia saat ini sering termakan oleh tren tanpa mempertimbangkan risiko yang mungkin terjadi.

Sebagaimana yang terjadi dalam maraknya bunuh diri. Kemampuan manusia terutama gen Z dan gen alpha dalam mendapat informasi sangatlah cepat dan tidak jarang langsung diikuti. Tren bunuh diri sudah banyak terjadi sejak satu tahun terakhir, tidak sedikit kasus yang berawal dari hanya mencoba mengikuti tren. Kemampuan yang cepat mendapatkan informasi ini tidak diimbangi dengan pengetahuan standar yang mutlak kebenarannya, melainkan hanya bersandar pada hal lumrah di masyarakat. Sebagai contoh tren bunuh diri ini, standar yang salah karena Allah melarang hambanya menyakiti diri sendiri. Namun, pandangan agama yang berasal dari Allah Yang Maha Mengetahui dikesampingkan. Pengesampingan pandangan agama ini termasuk ke dalam perilaku sekuler, yaitu memisahkan agama dari kehidupan dan menganggap agama hanya ritual ibadah semata tanpa menerapkan hal lain termasuk pola pikir dalam kehidupan sehari-hari.

Pola pikir keliru dampak dari sekularisme lainnya yaitu menghilangkan nilai-nilai akhlak yang seharusnya berkaitan dengan moral baik di masyarakat. Perundungan/bully semakin marak terjadi di masyarakat saat ini. Selain degradasi moral, gaya hidup instan dan terkesan praktis serta hanya memamerkan hasil yang didapat juga banyak dipertontonkan secara bebas di media sosial. Hal ini memberikan kesan bahwa seseorang dapat hidup dengan tenang, bahagia, dan cepat bila memiliki hal-hal yang bersifat materi. Bila tidak mendapatkan hal demikian, artinya hidup mereka itu tidak berguna dan memilih jalan cepat pula dengan bunuh diri.

Solusi Tuntas Hingga ke Akar Masalah

Islam bukan hanya sebagai agama, melainkan ideologi yang memiliki cara pandang terhadap kehidupan dunia dan kehidupan setelah dunia. Hanya saja kembali kepada manusia, memilih untuk mengambilnya atau tidak, tergantung bagaimana pandangannya. Bila seorang muslim enggan untuk memiliki pandangan hidup yang berasal dari Islam, maka sudah pasti hidupnya memiliki pandangan sekuler. Allah tidak akan langsung memberi hukuman pada hambanya di dunia, melainkan menundanya sebagian untuk menguji manakah hamba yang pantas mendapat balasan kebaikan.

Penyelesaian maraknya kasus bunuh diri tidak mungkin bisa dilakukan hanya oleh individu maupun keluarga. Contohnya terkait kecepatan informasi melalui media sosial, tidak mungkin seorang individu dan anggota keluarga mampu mengatur algoritma yang masuk ke media sosialnya bila tidak diimbangi dengan kebijakan yang tepat dalam mengatur konten yang masuk ke media sosial warga negara oleh pemerintah. Hal ini bisa digambarkan juga sebagaimana yang terjadi pada kebijakan pembatasan belanja platform online untuk mendongkrak ekonomi sektor ril baru-baru ini.

Perangkat-perangkat seperti individu, keluarga, masyarakat, dan bernegara pun memiliki pengaturannya di dalam Islam untuk menciptakan manusia yang mengoptimalkan kehidupan serta membentuk peradaban yang gemilang. Sebagaimana pepatah yang mengatakan, “Sejarah berulang, maka bukankah pengulangan itu harus dilakukan dengan cara yang juga sama?” Kegemilangan peradaban dengan pengaturan Islam sudah pernah terjadi misalnya pada masa Abbasiyyah yang mencetuskan pertama kali begitu banyak ilmu pengetahuan. Sudah sangat layak saat ini manusia menjadikan Islam sebagai solusi ideologis bukan hanya pada ranah ibadah saja, melainkan pada seluruh ranah kehidupan, sebab Islam diturunkan menjadi rahmat semesta, bukan hanya rahmat bagi kaum muslimin. Wallahu ’alam.