Breaking News

Menakar Kebangkitan Nasionalisme

Spread the love

Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
(Revowriter Sidoarjo)

MuslimahTimes-Tanggal 20 Mei, bertepatan dengan negara kita memeringati hari bersejarah, yaitu Hari Kebangkitan Nasional atau sering disingkat Harkitnas. Sekaligus memeringati berdirinya organisasi Boedi Oetomo. Pada 20 Mei 1908, Boedi Oetomo didirikan oleh sejumlah mahasiswa School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA), yaitu Soetomo, Mohammad Soelaiman, Gondo Soewarno, Goenawan Mangoenkoesoemo, R Angka Prodjosoedirdjo, Mochammad Saleh, R Mas Goembrek, Soeradji Tirtonegoro, dan Soewarno. Walaupun Boedi Oetomo bukan organisasi pergerakan nasional yang pertama di Indonesia, menurut Mohammad Hatta dalam tulisannya di majalah Star Weekly, pada 17 Mei 1958, Boedi Oetomo sudah mengandung ”kecambah semangat nasional”.

Soewardi Soerjaningrat saat menjalani masa pembuangan di Belanda menulis sebuah artikel di Nederlandsch-Indie Oud & Nieuw terbitan tahun ketiga, 1918-1919. Di awal artikelnya Soewardi menulis, “Tanpa ragu, kini saya berani menyatakan bahwa tanggal 20 Mei adalah Hari Indisch-nationaal (Indisch-nationale dag) atau Hari Kebangkitan Nasional.” Soewardi adalah orang pertama yang menyatakan bahwa hari lahir Boedi Oetomo adalah Hari Kebangkitan Nasional.

Latar belakang berdirinya Boedi Oetomo bertopang pada kesadaran para mahasiswa akan masa depan Indonesia yang bergantung di tangan mereka. Organisasi ini pada awalnya hanya bersifat sosial, ekonomi, dan budaya. Tidak ada unsur politik di dalamnya.

Boedi Oetomo bertujuan untuk memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan, teknik dan industri, ilmu pengetahuan dan seni budaya bangsa Indonesia. Dan hanya menerima anggota dari kalangan priyayi. Namun mulai 1920 Boedi Oetomo menerima anggota dari kalangan rakyat biasa.
Seiring berjalannya waktu dan melihat semangat nasionalisme anggotanya, Boedi Oetomo berpindah haluan ke dalam dunia politik. Hal ini dimulai dari menempatkan Mas Ngabehi Dwidjosewojo dan Raden Sastrowidjono sebagai perwakilan di Volksraad atau “Dewan Rakyat”, sebuah lembaga perwakilan di Hindia Belanda. Tujuan Boedi Oetomo mengirim perwakilan di Hindia Belanda adalah untuk menjalin kerja sama kooperatif guna mencapai kemerdekaan Indonesia.

Jika kita menelaah lebih dalam, yang nampak menonjol dalam pergerakan ini adalah semangat nasionalisme sebagai motor penggerak adanya perubahan. Cinta tanah air dijadikan satu-satunya wasilah yang mampu mengantarkan kepada kemerdekaan Indonesia. Parahnya, yang menjadi sandaran kerjasama adalah kaum kufar, jelas ini adalah bunuh diri politik. Secara de facto, bisa jadi Indonesia memang merdeka, namun secara de yure indonesia tak bebas dari penghambaan kepada manusia. Karena ideologi yang memancarkan aturan di dalamnya untuk menyelesaikan persoalan bangsa adalah hukum buatan Belanda.

Arti kebangkitan sendiri adalah beralihnya seseorang atau negara dari kondisi yang buruk ke arah yang lebih baik. Dan kebangkitan yang sempurna adalah secara revolusioner. Bukan sebagian-sebagian.

Menurut Syeh Taqiyuddin An-Nabhani dalam kitab Nizom Islam mengatakan bahkwa kebangkitan yang revolusioner membutuhkan ikatan yang kuat. Karena perjalanan menuju ke sana adalah berat. Sementara di dunia ini ada banyak ikatan yang mengikat manusia. Ada yang sahih ada yang tidak.Beliau menjelaskan lebih lanjut, ikatan yang tidak sahih, salah satunya adalah nasionalisme. Ide yang menjadikan tanah kelahiran sebagai landasan ikatan ini. Maka ikatan ini adalah ikatan yang rendah nilainya, hina , temporal dan tidak akan pernah bisa membawa manusia kepada perubahan. Dikatakan rendah karena ikatan ini hanya muncul jika dalam keadaan terancam. Ini bisa dilihat dari komunitas bebagai hewan. Mereka hanya terbang ketika ada ancaman, sementara jika tidak ada serangan, dalam keadaan aman mereka kembali berkumpul.

Ikatan Nasionalisme juga rentan menimbulkan pertentangan dan perselisihan. Sehingga tak layak untuk dijadikan pengikat antar manusia dalam rangka menuju perubahan. Seringkali tidak memanusiakan manusia. Karena yang berbicara hanya kepentingan kelompok bukan kemaslahatan umum.Kemudian beralih kepada ikatan yang sahih, hanya ada satu-satunya di dunia, Akidah Islamiyah. Akidah ini akan meniscayakan penganutnya untuk benar-benar beriman dengan sebaik-baiknya iman dan meninggikan kalimat hak. Dan telah terbukti Islam sebagai pedoman dan hidup pemecah persoalan .

Namun ironinya, masyarakat sekarang hanya percaya kepada hukum buatan Belanda dan mencampakan hukum buatan Allah. Maka menciptakan kesadaran untuk kembali kepada aturan yang sahih inilah sekarang yang paling urgen. Karena hanya dengan melaksanakan hukum yang berasal dari Allah SWTlah kebangkitan itu akan bisa diraih. Wallahu a’ lam biashowab.

[Mnh]

Leave a Reply

Your email address will not be published.