Breaking News

Menilik Efektifitas Green Jobs sebagai Tren Peluang Kerja Masa Depan

Spread the love

Oleh. Rut Sri Wahyuningsih

(Institut Literasi dan Peradaban)

Muslimahtimes.com–Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 02, Gibran Rakabuming Raka, mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara besar, sudah seharusnya bersyukur lantaran memiliki sumber daya alam (SDA) yang sangat kaya, yang mana memiliki cadangan nikel terbesar dunia dan cadangan timah terbesar nomor dua (Republika co.id, 21/1/2024).

Maka, program hilirisasi harus dilanjutkan dan diperluas cakupannya. Tidak hanya hilirisasi tambang, tapi hilirisasi pertanian, maritim, dan hilirisasi digital. Intinya kita tidak boleh lagi mengirim barang mentah,” ujar Gibran saat Debat Cawapres dengan tema “Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat dan Desa” di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Ahad (21/1/2024).

“Jika agenda hilirisasi, pemerataan pembangunan, transisi energi hijau, ekonomi kreatif, UMKM, bisa kita kelola, insya Allah akan terbuka 19 juta lapangan kerja untuk generasi muda dan perempuan,” ucap Gibran. Lima juta di antaranya ialah green job yakni peluang kerja di sektor kelestarian lingkungan. Gibran menilai green job akan menjadi tren peluang kerja masa kini dan masa depan.

Gibran berjanji akan mendorong transisi energi hijau seperti bioavtur, biodiesel, dan bioetabhol dalam mengurangi ketergantungan pada energi fosil, meneruskan program yang sudah berjalan seperti B35 dan B40, ia juga menyebut perlunya kerja sama pentahelix ke depan untuk meningkatkan program tersebut.

Pentahelix atau multipihak adalah unsur Pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, dan media bersatu padu berkoordinasi serta berkomitmen untuk mengembangkan potensi lokal Desa dan kawasan perdesaan.

Gibran juga mendorong mekanisasi dan smart farming dalam meningkatkan produktivitas petani. Untuk reforma agraria, Gibran akan melanjutkan kebijakan terkait kepemilikan tanah dan pemanfaatan yang lebih berkeadilan seperti program PTSL.

Gibran menilai anggaran dana dana desa terbukti menurunkan angka desa tertinggal dan meningkatkan desa berwenang dan mandiri. Untuk itu, Gibran berjanji akan meningkatkan anggaran dana desa sesuai dengan kekuatan fiskal negara. RUU masyarakat hukum adat akan didorong lebih berkeadilan sesuai prinsip SDGs, tidak ada satu pun yang tertinggal. Narasi besarnya, keberlanjutan dan penyempurnaan tutup Gibran.

Program Berkelanjutan dan Penyempurnaan?

Untuk apa jika visi misi calon pemimpin lima tahun ke depan adalah melanjutkan dan menyempitkan program selanjutnya? Padahal sekarang pun sudah nampak kegagalannya. Dari berbagai aspek yang disebutkan Gibran, tak ada satu pun yang menyentuh kesejahteraan masyarakat. Padahal mewujudkannya adalah tugas negara dan ini katagori kebutuhan pokok.

Hilirisasi, dengan maksud agar seluruh hasil eksplorasi dari seluruh tambang alam dan energi yang kita miliki tidak keluar dalam bentuk bahan mentah tidak terlalu berpengaruh, pasalnya kepemilikan tambang bukan lagi milik kita, melainkan investor asing. Pun mesin smelter yang digunakan dalam proses hilirisasi diserahkan pula pada asing. Dari sisi negara ini legal sebab dipayungi sejumlah peraturan presiden maupun menteri terkait.

Pada akhirnya, rakyat Indonesia sendiri yang tergusur dari tanah kelahirannya, proyek berkedok PSN ( Proyek Strategis Nasional) telah sukses merampas ruang hidup masyarakat, terutama perempuan dan anak. Lagi-lagi rakyat menjadi korban, dan para pemimpin seolah kerbau dicocok hidungnya hanya melanjutkan kebijakan rezim terdahulu.

Green Job, Kita Tukang Sampah bagi Negara Kapitalisme

Sekalipun diklaim visi dan misi para calon pemimpin itu adalah program melanjutkan dan menyempurnakan jika bingkainya masih demokrasi sudah bisa dipastikan kegagalannya sejak hari ini. Kita tak akan pernah maju selangkah, sebab asas ekonomi kapitalis yang diadopsi hari ini adalah sekular. Allah sebagai satu-satunya pemegang kedaulatan atau pembuat hukum, dibuang dan digantikan manusia.

Green Job yang dikatakan bakal memenuhi lima juta lapangan pekerjaan di masa depan hanyalah omong kosong, program ini ibarat kita adalah tukang sampah para kapitalis dunia. Bagaimana tidak, merekalah yang berambisi membuka lahan besar-besaran, membakar hutan, menebas lahan persawahan, sementara industri mereka mayoritas berbahan batu bara dengan alasan lebih murah, namun kemudian karbon hasil pembakaran semua aktifitas di atas ditimpakan ke negara berkembang dengan narasi seolah merekalah trouble maker. Belum ada kecanggihan teknologi dan keterbatasan biaya.

Peluang Pekerjaan di Masa Depan, Ilusi Kapitalisme

Nafsu serakah para kapitalis tak hanya di aspek sumber daya alam, tapi juga sumber daya manusianya, dengan mengkapitalisasi berbagai pelayanan kebutuhan pokok rakyat, seperti kesehatan, pendidikan, keamanan, perumahan, ekonomi dan lainnya.

Bahkan meski pendidikan hari ini outputnya diarahkan berdaya di ranah ekonomi semata, namun hanya tenaga murah dan terampil, yang hanya layak menempati strata buruh. Banyak pula investasi asing yang masuk ke negeri ini sepaket dengan alat, modal dan tenaga kerjanya sehingga makin mempersempit peluang anak negeri mendapatkan pekerjaan.

Alih-alih menyediakan lapangan pekerjaan bagi perempuan, justru yang terjadi lagi-lagi eksploitasi. Peran ibu direduksi hanya menjadi mesin uang, padahal yang demikian itu batil. Tak sesuai fitrah, dampaknya adalah rusaknya generasi.

Islam Solusi Sejahtera Hakiki

Sebagai seorang muslim, semestinya bukan condong bahkan mati-matian memperjuangkan demokrasi yang hanya menyajikan program lanjutan. Namun beralih kepada Islam yang memberi hidup dan kehidupan. Dengan syariat yang diterapkan oleh pemimpin muslim yang bertakwa, mampu ciptakan peluang kerja yang luas.

Yaitu dari pembangunan industri pengelolaan kepemilikan negara dan umum berupa barang tambang, hasil hutan, hasil laut, sumber energi dan lainnya. Pemberian bantuan langsung berupa tanah, uang, pelatihan dan apapun yang dibutuhkan rakyat dari negara. Programnya adalah mewujudkan kehidupan Islam dengan menerapkan syariat secara Kaffah. sebagaimana sabda Rasulullah saw.,” Imam adalah pemimpin yang pasti akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya” (HR. Al-Bukhari). Wallahualam bissawab.