Breaking News

Muslimah Berhijab, Mengapa Dipermasalahkan?

Spread the love

Oleh. Choirin Fitri

(Kontributor Muslimahtimes.com) 

Muslimahtimes.com–Sebagai sebuah negeri dengan penduduk muslim terbesar, pemandangan wanita berhijab di negeri ini tentu tak bisa ditampik. Di mana pun kita berada, tentu wanita yang meyakini hijab adalah kewajibannya sebagai seorang muslim tak akan ditinggal, musti dikenakan. Malah sangat aneh jika ada yang menyatakan seorang muslimah, tetapi dalam kesehariannya hijab tidak melekat di tubuhnya. Sepakat ya?

Nah, saat ini yang banyak menjadi sorotan adalah pernyataan seorang Senator Bali. Dalam sebuah potongan video, Arya Wedakarna menyinggung soal penutup kepala yang dikenakan seorang muslimah. Dalam pernyataannya, Arya meminta agar wanita berhijab tidak ditaruh di posisi penyambut tamu (frontliner) Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali.

“Saya enggak mau yang frontline-fronline itu, saya mau yang gadis Bali kayak kamu, rambutnya kelihatan terbuka. Jangan kasih yang tak penutup-penutup enggak jelas, this is not Middle East. Enak aja di Bali. Pakai bunga kek, apa kek, pakai bije di sini. Kalau bisa, sebelum tugas, suruh sembahyang di pure, bije pake!” ucap Arya.

Coba perhatikan! Jika kamu, para muslimah berada di posisi muslimah yang langsung kena ucapan si senator ini, bagaimana rasanya? Sakit hati tidak?

Tentu, bagi seorang muslimah yang masih Allah tetapkan keyakinan dalam dadanya akan merasa sakit hati. Mengapa? Pasalnya, keyakinannya terhadap Allah sebagai Pencipta dan Pengatur sedang dikoyak.

Sebagai seorang muslimah kita sadari bahwa posisi kita adalah hamba Allah, ciptaan Allah. Tentu kita pun juga menyadari bahwa Dialah sebaik-baik Pengatur kita. Jika Allah telah memerintahkan kita untuk berhijab, itu artinya hijab adalah bagian penting dalam hidup kita yang tidak bisa kita tinggalkan meskipun dalam kondisi sedang mengerjakan kemubahan, seperti bekerja.

Allah Swt. berfirman dalam surah An-Nur ayat 31 yang berbunyi:

وَقُلْ لِّلْمُؤْمِنٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ اَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى جُيُوْبِهِنَّۖ

“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.”

Dalam ayat ini jelas sekali yang diseru Allah bukanlah wanita sembarangan, tetapi spesial untuk para wanita yang beriman. Allah memerintahkan agar para wanita beriman ini menjaga pandangannya dan kemaluannya, tidak boleh menampakkan auratnya (perhiasannya), serta mengenakan kerudung yang menutupi dada.

Ini artinya berhijab atau menutup aurat adalah perintah Allah dan bagian dari ajaran Islam. Tidak boleh bagi seseorang dari agama lain menghina atau bahkan sampai mencampuri urusan keagamaan dari seorang muslimah. Apalagi ada pernyataan, “Kalau bisa, sebelum tugas, suruh sembahyang di pure, bije pake!”

Perhatikan kembali, pernyataan ini terkesan ada pemaksaan dalam beragama. Padahal, di negeri ini keyakinan beragama seseorang dijamin oleh negara dan tidak diperkenankan untuk saling memaksakan agamanya untuk orang lain.

Sungguh miris sekali jika di negeri muslim terbesar ini, kebebasan para muslimah untuk melaksanakan syariat berhijab dalam kesehariannya masih mendapatkan tantangan. Padahal, seharusnya negara memberikan perlindungan bahkan menerapkan Islam sebagai sebuah sistem kehidupan agar tidak ada lagi yang melecehkan syariat Allah yang digenggam oleh para muslimah.

Sayang seribu sayang, negeri ini terlanjur menjadikan sekularisme, pemisahan antara agama dan kehidupan sebagai sistem yang dipakai dalam mengatur urusan individu, masyarakat, juga negara. Sehingga, perilaku diskriminatif akan sering didapatkan para muslimah di ranah publik. Mengapa? Hal ini dikarenakan agama hanya diyakini sebagai urusan privasi. Agama hanya cukup mengatur urusan diri sendiri, sedangkan dalam kehidupan, agama tidak boleh turut campur. Alhasil, para muslimah tidak akan dibiarkan mengenakan pakaian kemuliaannya di publik. Miris!

Lalu, bagaimana kita menyikapi hal ini? Tentu kita tidak boleh membiarkan. Sebagai seorang muslimah kita harus menuntut seseorang yang telah mengungkapkan kebenciannya terhadap ajaran Islam ini sebagai bentuk pelecehan terhadap agama kita. Minimal kita menyadarkan para muslimah bahwa sistem sekularisme itulah yang menjadi biang kerok ketidakbebasan para muslimah dalam menjalankan kewajibannya. Kita pun harus berperan aktif untuk menyampaikan bahwa para muslimah wajib terikat dengan hukum-hukum Allah dalam setiap detail kehidupannya, termasuk dalam bernegara. Sehingga, diskriminasi terhadap perempuan yang beriman dan melaksanakan kewajibannya tidak akan terus terjadi.

Tak lupa sebagai seorang muslimah yang memiliki iman kepada Allah, kita pun harus menyadarkan pada para punggawa negeri kita hanya dengan syariat Islam saja para muslimah akan terjaga. Islam telah memuliakan perempuan dengan menjadikan posisinya sebagai kehormatan yang wajib dijaga. Posisi ini meniscayakan negara harus berperan aktif untuk menjaga kehormatan muslimah, termasuk dalam hal mengenakan hijab di ruang publik. Tidak boleh ada satu orang pun yang mendeskriditkan pakaian muslimah yang dikenakannya, meski dalam posisi bekerja.

Namun, tentunya akan sangat sulit jika negeri ini masih menjadikan sekularisme sebagai landasan bernegara. Untuk itu mau tidak mau negeri ini harus bersegera menanggalkan sekularisme dan mengambil Islam sebagai jalan kehidupan secepatnya.