Breaking News

Pengangguran Butuh Problem Solving tanpa Bikin Pusing

Spread the love

Oleh. Latipah Ummu Sumayyah

Muslimahtimes.com–Lapangan pekerjaan adalah tempat yang selalu dicari bagi para pencari nafkah maupun para lulusan baru atau fresh graduate. Namun ternyata pencari kerja yang notabenenya adalah para lulusan baru yang didominasi oleh Generasi Z ini mulai membuat pemerintah angkat bicara.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa hampir 10 juta penduduk Indonesia generasi Z berusia 15-24 tahun menganggur atau tanpa kegiatan (not in employment, education, and training/NEET). Berarti jika berbicara tentang lulusan baru maka sekarang usia para pencari kerja tersebut adalah sekitar 18-23 tahun.

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah, mengungkapkan banyak dari pengangguran berusia muda tersebut tercatat baru lulus SMA sederat dan perguruan tinggi. Pasalnya harapan pemerintah, lulusan baru tentu memiliki keahlian yang mampu menyeimbangi kebutuhan pasar namun nyatanya ada persoalan baru di sana.

Persyaratan Tidak Logis Masuk Dunia Kerja

Keterbatasan lapangan pekerjaan masih menjadi salah satu penyebab terjadinya pengangguran semakin meningkat. Ditambah lagi dengan persayaratan dunia kerja yang semakin tak masuk akal. Beberapa di antaranya seperti calon pekerja harus memiliki pengalam minimal 1 sampai 2 tahun bekerja di bidang yang serupa. Belum lagi ada oknum-oknum yang menjadikan kesusahan ini sebagai ladang penghasilan alias sogok menyogok agar bisa masuk dunia kerja.

Saking sukarnya mendapat pekerjaan yang sesuai, alih-alih para pencari kerja menyerbu lowongan kerja yang dibuka oleh pemilik kedai Seblak. Ini menjadi salah satu bukti sulitnya mencari kerja terlihat pada sebuah video viral tentang warung seblak di Ciamis, Jawa Barat.

Solusi yang Tidak Solutif

Upaya yang dikerahkan pemerintah dalam menangani kasus pengangguran yang terus meningkat ini tetap masif dilakukan namun terlihat parsial dan terkesan tidak begitu serius. Sebab, tidak ada penurunan data pengangguran.

Hasil olahan Tim Jurnalisme Data Harian Kompas terhadap data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Februari tahun 2009, 2014, 2019, dan 2024 menunjukkan adanya tren penurunan penciptaan lapangan kerja di sektor formal. Artinya, Pemerintah belum mampu menangani satu kasus (pengangguran) ini dengan solusi ala manusia melainkan harus ada solusi yang hakiki dipakai dalam kasus besar ini.

Islam sebagai Problem Solving Hakiki

Pengangguran jabariyah (terpaksa) yaitu suatu pengangguran dimana seseorang tidak mempunyai hak sedikitpun memilih status ini dan terpaksa menerimanya. Pengangguran khiyariyah yakni seseorang yang  memilih untuk menganggur padahal dia pada dasarnya adalah orang yang mampu untuk bekerja, namun pada kenyataanya dia memilih untuk berpangku tangan dan bermalas-malasan hingga menjadi beban bagi orang lain. Pemerintah harus jeli dalam menangani kasus ini.

Namun seribu sayang, sistem ekonomi yang diadopsi untuk mengentaskan permasalah yang berujung pada kemiskinan ini bukanlah sistem yang menyejahterakan melainkan menyengsarakan. Selama sistem Kapitalis masih menggerogoti negara dan dunia ini maka nihil angka pengangguran akan landai.

“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari)

Adapun hal pertama yang perlu dilakukan adalah membenahi sistem yang tidak bercermin kepada hukum Allah maka mustahil akan terjadi hal seperti saat ini. Tidak adanya riba dan sogok-menyogok. Dan peraturan yang digunakan dalam dunia kerja pun bercermin kepada hal-hal yang Allah halal dan haramkan.

Kedua, benahi pendidikan dengan pendidikan Islam yang bukan hanya berfokus pada akademik melainkan akidah. Sebab aqidah juga berperan karna ketauhidan hamba pada Rabbnya . Ketika Pemerintah serius dalam membenahi pengangguran maka tidak lupa membenahi SDM karena SDM sangat berpengaruh terhadap sejahteranya ekonomi rakyat. Berikan pendidikan akademik dan pelatihan gratis yang bertaut pada agama agar dapat menyeimbangkan keduanya.

Ketiga, kewajiban bekerja dilakukan oleh lelaki saja kecuali ada pekerjaan yang mengharuskan perempuan di bidang tertentu. Agar para wanita fokus dalam mengurus urusan rumah tangga sebagai ummu warobatul bayt.

Keempat, bangun sarana dan prasarana. Banjiri lapangan pekerjaan untuk para pencari kerja dengan begitu mereka tidak kebingungan lagi dalam mencari pekerjaan.

Kelima, serap tenaga kerja dalam negeri sebanyak-banyaknya agar tidak ada lagi pemberitaan pengangguran kian meningkat.

Dengan ekonomi Islam semua bisa teratasi tanpa harus menimbulkan masalah baru. Dan masyarakat bisa hidup nyaman dalam bingkai Islam dan bisa berfokus pada tujuannya yaitu rida Allah subhanahu wa ta’ala.